Categories: Analisis

Menilik Potensi Kredit Properti di 2016

Percepatan pembangunan infrastuktur dan tingginya permintaan KPR menjadi signal positif bagi penyaluran kredit properti tahun depan. Seberapa besar potensinya? Dwitya Putra

Jakarta–Potensi pertumbuhan kredit properti dinilai masih cukup positif tahun depan. Ditengah percepatan pembangunan Infrastruktur perbankan memiliki peluang besar untuk menyalurkan kredit konstruksi. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah yang siap menggelontorkan dana hingga Rp313 triliun untuk infrastruktur.

Peluang pembiayaan properti bagi perbankan tidak hanya dipicu oleh rencana pembangunan infrastruktur, tetapi juga pembiayaan perumahan. Salah satu market leader Kredit Pemilikan Rumah (KPR), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) meyakini, pasar properti di tanah air masih akan mengalami pertumbuhan pada 2016. Hal ini didorong masih cukup tingginya pasar properti di segmen menengah ke bawah.

Direktur Utama BTN, Maryono mengklaim, masih terdapat sebanyak 1,5 juta pelanggan potensial yang bisa digarap oleh BTN tahun depan. Melihat hal itu, ia pun berharap tahun depan pihak pengembang atau develover bisa mengimbangi tingginya permintan dengan penyediaan (supply).

“Jadi tergantung developer, demand sudah ada. Kalau ini ada ballancing, akan mendorong sektor properti lebih tinggi lagi (pertumbuhannya),” kata Maryono beberapa waktu lalu.

Namun, besarnya potensi tersebut tentu harus diimbangi oleh makro ekonomi yang kondusif. Tantangannya adalah bagaimana pemerintah bisa menjaga perekonomian bisa tumbuh dengan stabil. Hal ini untuk menjaga daya beli masyarakat tetap terjaga. Jika tidak, potensi kredit properti yang sudah ada didepan mata bisa sirna seiring menurunnya daya beli masyarakat.

Sektor properti dan perbankan juga masih dihantui oleh adanya potensi kenaikan suku bunga AS di akhir tahun ini. Jika hal itu terjadi tentu suku bunga acuan perbankan  juga berpotensi ikut naik. Hal ini tentu akan mempengaruhi penyaluran kredit perbankan ke sektor konstruksi dan KPR.

Dilain kesempatan, Direktur Keuangan PT Pakuwon Jati Tbk, Minarto Basuki juga meyakini, bahwa sektor properti masih akan bergeliat di tahun 2016.Namun, lanjutnya, hal itu harus didorong beberapa indikator yang ada seperti pertumbuhan Ekonomi, perkembangan nilai tukar dan ekspektasi pasar. Minarto mengungkapkan, hal itu terbukti dari pencapaian kinerja perusahaan yang di gawanginya, yang masih mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang positif. Hingga kuartal ketiga 2015, perseroan membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 31,13% menjadi Rp3,56 triliun, dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,71 triliun.

“Pertumbuhan bisnis (revenue) tahun ini dengan tahun depan masih sama, yakni 30%. Tahun depan saya optimis, bisa tetap tumbuh 30%, bahkan lebih,” ungkap Minarto.

Tidak hanya itu, dampak dari aturan baru terkait loan to value (LTV) pun dinilainya telah meningkatkan permintaan sektor properti. Hal itu pun dampaknya masih akan terasa pada 2016 mendatang.

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) telah merevisi aturan LTV untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR), apartemen, dan kendaraan bermotor. LTV atau pembiayaan yang ditanggung bank untuk KPR maupun KPA konvensional dinaikkan 10%, sementara untuk syariah dinaikkan sebesar 5%. Artinya, down payment (DP)  KPR konvensional lebih ringan, yakni  hanya 20% dari sebelumnya 30%, dan untuk syariah menjadi hanya 15%.

Berdasarkan data Biro Riset Infobank, penyaluran kredit konstruksi perbankan hingga September 2015 tumbuh sebesar 16,36% dari Rp147,27 triliun menjadi Rp171,36 triliun. Kontributor pertumbuhan diperoleh dari penyaluran kredit oleh kelompok Bank Buku 3 dengan  pertumbuhan sebesar 22,52%, disusu;l oleh Bank Buku 4 sebesar 17,70% dan bank Buku 1 sebesar 17,11%.

Sementara itu, penyaluran kredit morgage perbankan hingga triwulan ketiga 2015 tumbuh sebesar 4,78% menjadi Rp358,46 triliun. Pertumbuhan KPR  tercatat mencapai 5,29%, sementara kredit ruko tumbuh 2,13%. Penurunan terjadi pada KPA (kredit Pemilikan Apartemen) sebesar 1,80%.

Apriyani

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

2 mins ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

12 mins ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

2 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

2 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

4 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

4 hours ago