PARA bankir sedang sibuk melakukan dua hal: restrukturisasi dan transformasi. Dua tahun terakhir kualitas kredit bank menurun, sementara bank-bank harus merespons dunia pelayanan yang serbadigital. Non performing loan (NPL) masih menunjukkan tren meningkat dari 2,93 persen per Desember 2016 menjadi 3,31 persen per Februari 2017. Bank yang asetnya masih digerogoti kredit macet wajib melakukan restrukturisasi aset produktifnya. Pada saat yang sama mereka juga harus melakukan transformasi ke sistem operasional dan pelayanan berbasis teknologi.
Restrukturisasi dan transformasi menuntut gaya kepemimpinan berbeda, tapi harus dilaksanakan secara bersamaan. Inilah tantangan para bankir saat ini. Untuk menyelesaikan kredit bermasalah, mereka harus mengambil keputusan cepat karena waktu untuk meraih kepercayaan sangat terbatas. Di lain sisi, dalam memimpin transformasi, para bankir harus lebih memotivasi dan menjalin komunikasi serta menampung banyak ide dari jajarannya. Kredit macet harus diselesaikan, tapi inovasi juga sangat penting untuk menciptakan efisiensi dan merespons tantangan baru yang kini dihadapi dunia perbankan, yaitu munculnya penyedia teknologi keuangan atau financial technology (fintech).
Dua kesibukan tersebut menguras energi. Namun, para bankir tidak boleh lupa bahwa ada risiko fraud yang selalu mengikuti segala aktivitas transaksi keuangan di perbankan. Faktanya, pembobolan bank masih menjadi bahaya laten yang diam-diam terus terjadi. Terbongkarnya kasus kredit fiktif alias kredit topengan kepada PT Rockit Adelway adalah buktinya. Dengan dokumen palsu, perusahaan tersebut berhasil menipu tujuh bank senilai total Rp836 miliar. Itu kasus fraud dari penanaman dana.
Kasus fraud dari sisi penghimpungan dana baru saja menimpa Bank Tabungan Negara (BTN). Dana empat nasabah BTN sebesar Rp255 miliar dibajak komplotan pembobol yang bekerja sama dengan oknum pegawai bank. Modusnya adalah pemalsuan deposito dana nasabah korporasi, yaitu PT Surya Arta Nusantara Finance, Mega Life, Asuransi Umum Mega, dan Indosurya Inti Finance.
Bank-bank dihantui pembobolan ketika para bankir sibuk menyelesaikan kredit macet dan melakukan tranformasi ke layanan digital. Bagaimana membangun pelayanan prima yang mampu mengikis celah-celah bagi pembobol rekening? Seperti apa hasil survei pelayanan prima menurut “Bank Service Excellence Monitor (BSEM) 2017” dan bagaimana peta pelayanan prima ke depan? Semua diulas tuntas di Infobank edisi Mei 2017.
Jakarta - Bank Mandiri bersinergi dengan PT Delta Mitra Sejahtera untuk menghadirkan Cikande Business Residence… Read More
Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More
Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More