Menabung dinilai bukan hanya menyimpan uang di bank, namun menabung juga bisa berupa saham. Dwitya Putra
Jakarta – Produk investasi di pasar modal saat ini sudah banyak macamnya, baik dari yang paling murah hingga mahal pun ada. Bahkan dari yang beresiko kecil hingga besar juga ada. Sayangnya, meski dari sisi produk sudah cukup banyak, namun jumlah investor di pasar modal saat ini masih minim atau belum beranjak signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Terakhir jumlah investor pasar modal masih dikisaran angka 400 ribuan.
Lalu apa yang membuat masyarakat masih enggan masuk pasar modal? Padahal, investasi itu dinilai sangat penting untuk menjaga nilai asset seseorang agar tidak termakan inflasi.
Banyak pengamat dan penasehat keuangan berangapan pola pikir masyarakat akan pasar modal masih sanggat sempit. Terlebih munculnya kasus-kasus investasi bodong beberapa tahun silam. Sehingga edukasi yang rutin secara terus menerus perlu dilakukan regulator maupun stakeholder pasar modal, untuk meyakini masyarakat pentingnya berinvestasi.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio mengakui, tersedianya ragam produk investasi di pasar modal Indonesia belum dapat menjamin ketertarikan investor menjadikan pasar modal sebagai tujuan utama dalam berinvestasi. “Ini disebabkan, karena kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang investasi di pasar modal yang dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan instrumen investasi lainnya,” kata Tito beberapa waktu lalu.
Usaha BEI sendiri tidak putus-putus dalam melakukan edukasi ke masyarakat akan dunia pasar modal. Terakhir BEI mengampanyekan budaya menabung saham melalui program ‘Yuk Nabung Saham’ guna mendorong pengembangan pasar modal nasional. Lewat program tersebut diharapkan dapat meningkatkan investor dan membangun kesadaran masyarakat untuk berinvestasi.
Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan menyampaikan, pertengahan Desember 2015 pihak BEI akan melakukan expo bertema ‘yuk nabung saham’ di gedung Bursa Efek Indonesia. Sementara di daerah, BEI berupaya menggandeng masyarakat dari nelayan sampai perguruan tinggi.
“Semacam expo, teman-teman perwakilan juga bergerak mengikuti, beberapa berita kita sudah masuk programnya nelayan. awal Desember kita sudah masuk yuk nabung saham dengan mahasiswa. salah satu perguruan tinggi di jateng akan memulai “yuk nabung saham” untuk mahasiswa. 1500 mahasiswa,” jelasnya akhir pekan kemarin.
Nicky kembali mengimbau agar masyarakat berfikir bahwa menabung bukan hanya menyimpan uang di bank, namun menabung juga bisa berupa saham. Hal tersebut sama dengan menyisihkan uang untuk berinvestasi emas di pegadaian dimana manfaat hasilnya dapat dirasakan di kemudian hari.
Program “Yuk Nabung Saham” sendiri merupakan inisiatif BEI yang salah satunya mengubah paradigma masyarakat jika menabung tidak hanya di bank. “Karena kebiasaan atau pemikiran kita, nabung kesannya ke bank padahal kalo bank nabungnya uang. tapi kan nabung bukan monopoli bank,” tuturnya.
Sebagai informasi, program Yuk Nabung Saham sendiri diluncurkan pada 12 November 2015 dengan diresmikan oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.
Ia mengatakan ukuran kesejahteraan masyarakat dapat dinilai dari banyak sisi seperti penghasilan masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan lainnya. Namun, salah satu acuan yang tepat adalah investasi. (*) Dwitya Putra
Jakarta - Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi agar bisa menghindari middle income trap.… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini (22/11) ditutup… Read More
Jakarta – Maya Watono resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama (Dirut) Holding BUMN sektor aviasi dan… Read More
Jakarta - PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp158,60… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan tegas melaksanakan langkah-langkah pengawasan secara ketat terhadap PT… Read More
Jakarta - Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (22/11) Indeks Harga Saham Gabungan… Read More