Categories: Moneter dan Fiskal

Menanti Sinyal Dari The Fed

Ketidakpastian The Fed untuk menaikkan suku bunganya, akan membuat ekonomi Indonesia semakin jatuh yang diiringi dengan depresiasi rupiah yang semakin tajam. Rezkiana Nisaputra

Jakarta – Kebijakan Federal Reserve AS (The Fed) yang memutuskan untuk menunda kenaikan suku bunganya (fed fund rate) pada September tahun ini, telah membuat ketidakpastian pasar keuangan di seluruh negara termasuk Indonesia.

Pernyataan tersebut seperti disampaikan Pengamat Ekonomi Ryan Kiryanto di Jakarta, Jumat, 21 Agustus 2015. “Sekarang seluruh dunia dibikin dag-dig-dug, kapan kenaikan itu (suku bunga AS) akan di lakukan, yang selalu diundur-undur, belakangan September ternyata ini di-cancel lagi,” ujarnya.

Menurutnya, yang membuat ketidakpastian di seluruh dunia saat ini, adalah kapan The Fed akan segera mengumumkan kenaikan suku bunganya. “Nah kitakan gak tahu di cancel-nya ini sampai kapan, apakah Desember ini atau Semester I 2016 depan, ini yang bikin dag-dig-dug,” tukasnya.

Lebih lanjut Ryan menilai, adanya ketidakpastian The Fed untuk menaikkan suku bunganya, dikhawatirkan akan membuat ekonomi Indonesia semakin jatuh yang juga diiringi dengan depresiasi mata uang rupiah terhadap dolar AS yang semakin tajam.

“Hari ini saja rupiah sudah depresiasi, karena ini sentimen dari The Fed juga, semakin menunda-nunda maka mata uang rupiah kita semakin rentan. Sentimen ini bisa dilawan dengan fakta bahwa ekonomi Indnesia itu growth, tapi ini gak menjamin,” tukasnya.

Sebelumnya Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung, juga sempat mengungkapkan, bahwa penundaan kenaikan suku bunga AS yang seharusnya diumumkan bulan September ini, justru memicu ketidakpastian yang semakin tinggi.

“Artinya, ada spekulasi lagi (kenaikan Fed funds rate) menjadi Desember atau Januari (2016). Jadi, ketidakpastian makin tinggi,” ucap dia.

Dengan demikian, dia menegaskan bahwa adanya kondisi tersebut, tentu akan memaksa BI untuk mempertahankan stance kebijakan moneter ketat. Namun, sejauh ini Bank Indonesia belum memiliki perubahan rencana kebijakan terkait dengan antisipasi kenaikan suku bunga AS.

Dinamika sosial ekonomi di AS yang cepat berubah, kata dia, dimungkinkan akan mempengaruhi kebijakan yang ditempuh BI. “Data sangat cepat berubah di sana (AS), seperti data tenaga kerjanya. Tetapi, sepanjang ini kami belum ada perubahan stance,” paparnya.

Menurutnya, jika The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunganya, maka akan ada tekanan tambahan pada rupiah dan kondisi tersebut diperkirakan bakal memicu untuk terciptanya capital outflow. “Oleh sebab itu BI akan tetap waspada,” tutupnya. (*)

@rezki_saputra

Apriyani

Recent Posts

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

7 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

7 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

8 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

9 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

10 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

10 hours ago