Jakarta – PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) resmi dicatatkan pada Papan Pengembangan BEI sebagai perusahaan tercatat ke-17 (tujuh belas) di tahun 2018.
Tentu ini menjadi tonggak sejarah baru perusahaan, menjadi salah satu perusahaan Asuransi yang menyandang status terbuka atau Tbk.
Artinya, sebagai perusahaan asuransi TUGU memiliki tanggung jawab lebih besar lagi, tidak hanya terhadap nasabahnya, namun kini terhadap investor. Karena investor tentu menaruh harapan lebih kepada TUGU akan kinerjanya kedepan.
Bagaimana potensi kinerja Asuransi yang termasuk anak usaha dari PT Pertamina (Persero) ini di 2018? Karena perusahaan mematok pertumbuhan bisnis secara keseluruhan lebih dari 15 persen di 2018.
Jika melihat kinerja Asuransi Tugu Pratama Indonesia di awal tahun atau paling tidak sampai dengan April 2018, boleh dibilang cukup cemerlang.
Hingga April 2018, perusahaan berhasil mencatatkan laba bersih sebesar US$9,4 juta atau berkisar Rp131,6 miliar (kurs Rp14.000), naik 21 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu.
Perolehan itu didorong oleh pendapatan premi bruto selama empat bulan tahun ini yang tercatat sebesar US$76,1 juta atau berkisar Rp1,06 triliun (kurs Rp14.000) dan hasil underwriting sebesar US$14,8 juta atau berkisar Rp207,2 miliar. Adapun, total premi tersebut didominasi lini asuransi properti dari sektor migas, energi dan aviasi.
Artinya bila disepanjang tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan bisnis secara keseluruhan mencapai lebih dari 15 persen, tentu bukan hal yang sulit.
Baca juga: Pelemahan Mulai Berkurang, Saham TUGU Siap Bergerak Positif
Apalagi tahun ini, perusahaan mulai masuk ke sektor ritel. Tentu strategi tersebut bisa menjadi modal tambahan untuk perusahaan menggenjot kinerja tahun ini.
Presiden Direktur Asuransi Tugu, Indra Baruna sempat mengatakan kepada media, bahwa dengan memasuki bisnis ritel, hasil underwriting akan jauh lebih stabil dibandingkan bertumpu hanya pada bisnis korporasi.
“Hingga saat ini, bisnis ritel memang baru berkontribusi sekitar 3% dari keseluruhan bisnis. Sebagai perusahaan asuransi umum, Asuransi Tugu terus berupaya untuk melakukan diversifikasi usaha mengikuti dinamika ekonomi maupun kebutuhan masyarakat yang lebih luas” kata Indra beberapa waktu lalu.
Indra menyebut, Asuransi Tugu berkesempatan untuk memasuki pasar asuransi ritel karena pertumbuhan premi pasar ritel sangat besar.
Baik personal lines maupun financial lines, ia menilai memiliki pertumbuhan yang tinggi dibandingan dengan bisnis korporasi, kondisi ini menjadikan pengembangan bisnis ritel sebagai salah satu fokus perusahaan untuk menjaga portofolio bisnis secara keseluruhan.
Hal itu telah dibuktikan dengan rencana perusahaan yang tengah menyiapkan produk baru guna menyambut Idul Fitri 1439 H. Peluncuran produk tersebut juga merupakan salah satu strategi guna kembangkan produk ritel dan SME miliknya pada tahun ini. Indra juga mengaku akan meluncurkan produk tersebut pada awal bulan Juni mendatang.
“Untuk produk lain kita udah buat schedule. Ada yang kami luncurkan menjelang lebaran. Kita ada paket mudik yang akan dipasarkan di beberapa SPBU. Dan ini paket mudik aman untuk kecelakaan diri bagi pemudik, ini bisa didapatkan di SPBU di bright store,” sambungnya.
Demi menjaga kesuksesan produk itu, perusahaan juga telah berkomitmen menjalin kolaborasi dan kerjasama dengan induk perusahaan yakni Pertamina dan juga anak perusahaan lain seperti Pertamina ritel dan Pertamina lubricant. (*)
Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More
Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More
Jakarta - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More
Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More