Expertise

Menakar Patriot Bond Jilid II

Oleh Paul Sutaryono, Pengamat Perbankan, Assistant Vice President BNI (2005-2009), Staf Ahli Pusat Studi Bisnis (PSB), UPDM Jakarta dan Advisor Pusat Pariwisata Berkelanjutan Indonesia (PPBI), Unika Atma Jaya Jakarta

BADAN Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) menerbitkan Patriot Bonds dengan target Rp50 triliun. Eh, tanpa diduga, hingga Agustus 2025 telah terkumpul Rp51,75 triliun dari 46 konglomerat nasional.

Artinya, target Rp50 triliun telah tercapai, melebihi permintaan (oversubscribe). Apakah Danantara akan menerbitkan Patriot Bond Jilid II? Ya! Apa saja faktor kunci keberhasilan (key success factors) agar Patriot Bond laris manis?

Apa itu Patriot Bond? Patriot Bond adalah surat utang atau obligasi (bonds) yang diterbitkan oleh Danantara yang meliputi dua seri, masing-masing dengan tenor lima dan tujuh tahun. Obligasi ini khusus ditujukan kepada pengusaha besar.

Tingkat kupon Patriot Bonds hanya 2 persen atau 3 persen di bawah suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 5 persen dan lebih rendah daripada obligasi pemerintah sekitar 6,1 persen. Penerbitan Patriot Bonds itu bertujuan untuk membantu dalam membiayai proyek strategis jangka panjang. Katakanlah transisi energi, pengelolaan limbah, dan penciptaan lapangan kerja di sektor yang memiliki nilai tambah tinggi.

Dalam pidato kenegaraan pada 15 Agustus 2025, Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa ada dua mesin pertumbuhan ekonomi, yakni APBN dan Danantara. APBN 2026 mencapai Rp3.786 triliun dengan target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen, inflasi 2,5 persen, dan nilai tukar Rp16.500.  

Danantara dengan total aset mencapai Rp16.000 triliun dan membawahkan seluruh badan usaha milik negara (BUMN) beserta anak cucu mereka bakal menjadi mesin pertumbuhan ekonomi nasional. Patriot Bonds itu menjadi instrumen pembiayaan strategis yang bisa digunakan di berbagai negara, seperti Amerika Serikat (AS) dan Jepang.

Baca juga: RUU Danantara dan Patriot Bond Masuk Prolegnas 2026, Celios Kasih Wanti-Wanti

Aneka Faktor Kunci Keberhasilan

Lantas, apa saja faktor kunci keberhasilan (key success factors) untuk dipenuhi supaya Patriot Bond laris manis?

Pertama, Patriot Bonds Jilid I hanya menawarkan kupon yang boleh dikatakan sangat rendah 2 persen. Kupon obligasi adalah imbalan atau bunga yang dibayarkan kepada investor secara berkala.

Oho, mengapa kupon begitu rendah? Lantaran Patriot Bonds ini memiliki spirit gotong royong. Dengan bahasa lebih bening, Danantara ingin mengajak para pengusaha papan atas untuk bersama-sama dalam membiayai pembangunan nasional dengan memeluk Patriot Bonds. Ternyata, para kongomerat menyambut hangat terbitnya Patriot Bonds tersebut. 

Kedua, sekali lagi, apakah Danantara akan meluncurkan Patrito Bonds Jilid II? Kemungkinan itu terbuka lebar. Hal itu seiring dengan pesan Presiden Prabowo Subianto bahwa Danantara diharapkan dapat menyumbang minimal USD50 miliar atau sekitar Rp808 triliun per tahun untuk menutup defisit APBN dan mendukung pendanaan pembangunan nasional.

Penerbitan Patriot Bonds itu sebagai salah satu alat pemerintah untuk merangkul kalangan swasta untuk berperan aktif dalam membiayai pembangunan nasional. Langkah itu patut diapresiasi. Sarinya, pemerintah jangan hanya mengandalkan BUMN dalam melanjutkan pembangunan nasional.

Ketiga, sebelumnya, bolehlah kita melirik bagaimana Patrot Bonds di luar negeri. Patriot Bonds yang diterbitkan oleh Danantara itu mirip obligasi seri EE (EE bonds) yang sering juga disebut sebagai Patriot Bonds di AS. EE bonds itu merupakan obligasi tabungan pemerintah AS yang tidak dapat diperdagangkan namun berbunga. Obligasi ini dijamin nilainya setidaknya dua kali lipat selama jangka waktu awal 20 tahun.

Obligasi tabungan itu merupakan kiat menabung dengan risiko rendah. Obligasi itu menghasilkan bunga secara berkala 30 tahun. Namun, investor dapat mencairkannya kapan saja sebelum 30 tahun.

Tingkat komposit untuk obligasi yang diterbitkan mulai Mei 2025 sampai dengan Oktober 2025 mencapai 3,98 persen. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga acuan The Fed 4,25 persen-4,50 persen. Hal itu mirip dengan Patriot Bonds dengan kupon 2 persen di bawah suku bunga acuan BI 4,75 persen.

Keempat, apa perbedaan Patriot Bonds dari EE bonds? Patriot Bonds tidak menyebutkan minimal dan maksimal jumlah investasi. Sebaliknya, EE bonds menawarkan minimal jumlah investasi US$25 (setara Rp400.000 dengan kurs Rp16.000 per 1 dolar AS) dan maksimal jumlah investasi US$10.000 (setara Rp160 juta) setiap tahun kalender. Investor memegang EE bonds minimal 12 bulan.

Siapa investor Patriot Bonds dan EE bonds? Patriot Bonds khusus ditujukan kepada investor yang berasal dari pengusaha papan atas Indonesia. Sebaliknya, EE bonds dapat dimiliki oleh investor perorangan atau perusahaan tanpa memandang kewarganegaraan.

Dengan demikian, dari sisi kepemilikan investor, EE bonds lebih mirip dengan obligasi negara ritel (ORI) yakni surat berharga yang ditawarkan kepada warga negara Indonesia sebagai alternatif investasi yang aman dan menguntungkan.

Saat ini, pemerintah menawarkan ORI seri ORI028 mulai 29 September 2025 hingga 23 Oktober 2025. Minimal jumlah investasi Rp1 juta dan maksimal Rp5 miliar.

Terdapat dua tenor yakni tiga tahun (ORI028-T3) dengan imbal hasil 5,35 persen per tahun dan tenor enam tahun (ORI028-T6) dengan imbal hasil 5,65 persen. Kedua imbal hasil tersebut berada jauh di atas suku bunga acuan BI 4,75 persen dan suku bunga deposito sekitar 4 persen.

Imbal hasil itu bersifat tetap (fixed) yang berarti meskipun kelak suku bunga acuan BI mengalami penurunan di bawah 4,75 persen, imbal hasil ORI tetap tidak berubah hingga jatuh tempo.

Kelima, oleh karena itu, Danantara dapat memberikan pemanis (sweeteners) bagi investor Patriot Bonds Jilid II. Misalnya, pemangkasan pajak. Hal ini lebih menarik bagi investor untuk kembali memeluk erat Patriot Bonds.

Keenam, tetapi ingat bahwa Patriot Bonds memiliki potensi risiko berupa ketidakseimbangan (mismatch) tenor Patriot Bonds yang “hanya” lima tahun dan tujuh tahun itu dengan proyek yang dibiayai dengan tenor jangka panjang.

Pada umumnya, proyek strategis seperti transisi energi memerlukan waktu yang lebih panjang misalnya 10 tahun. Artinya, proyek itu lebih panjang daripada tenor Patriot Bonds yang lima dan tujuh tahun. Intinya, ketika Patriot Bonds sudah jatuh tempo, tetapi proyek ternyata justru belum selesai sepenuhnya.

Untuk itu, layak bagi Danantara untuk mempertimbangkan tenor yang lebih panjang minimal 10 tahun untuk Patriot Bonds Jilid II. Ini akan menjadi opsi yang lebih cantik bagi konglomerat nasional.

Baca juga: Patriot Bond: “Palak Halus” untuk Pengusaha, Duh!

Membentuk Unit Pengelolaan Utang

Ketujuh, sejatinya, kondisi mismatch seperti itu juga mendorong Danantara untuk menerbitkan Patriot Bonds Jilid II. Hal itu bertujuan untuk menutup kekurangan dana pengembalian obligasi yang telah jatuh tempo (reprofiling). Opsi itu hampir pasti akan dilakukan di masa mendatang.

Oleh karena itu, Danantara sudah sepatutnya membentuk Unit Pengelolaan Utang di bawah Komite Investasi Danantara. Hal itu bertujuan untuk menangkis potensi risiko berupa aneka krisis fiskal dan/atau moneter, baik yang bersifat nasional, kawasan maupun global.

Kedelapan, lebih dari itu, Danantara perlu meningkatkan efisiensi penataan dan pengelolaan utang dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. BUMN yang kini di bawah komando Danantara juga sangat perlu didorong untuk mengerek tingkat efisiensi terus-menerus.

Sayang sekali, penambahan kementerian dan badan serta wakil menteri masih terus berlangsung. Hal itu sungguh terang benderang berlawanan arah dengan efisiensi anggaran yang selama ini didengung-dengungkan.

Meningkatkan Tata Kelola

Kesembilan, sebagai pengingat, pembentukan Danantara itu berpedoman pada Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Perubahan Ketiga atas UU Nomor 19 Tahun 2023 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada 4 Februari 2025.

Pada UU Nomor 1 Tahun 2025 tersebut terdapat pasal 3X ayat 1 yang berbunyi: Organ dan pegawai Badan bukan merupakan penyelenggara negara. Hal itu mengandung arti bahwa Organ dan pegawai Badan tidak dapat diawasi dan diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Inilah titik lemah pengawasan pada Danantara. Karena itu, UU BUMN tersebut patut segera dilakukan revisi yang bermakna. Hal itu bertujuan final untuk mengerek tingkat kepercayaan (trust) investor nasional, regional, dan global. Jangan pernah alpa bahwa dunia investasi itu sarat dengan unsur trust. Trust itu tidak bisa dibeli!

Baca juga: Danantara Targetkan Himpun Dana Rp662,8 Triliun dalam 5 Tahun

Untunglah pada 2 Oktober 2025, DPR melakukan revisi pasal 3X tersebut dengan menghapus ketentuan bahwa anggota direksi, dewan komisaris, dan dewan pengawas BUMN bukan merupakan penyelenggara negara. Ini kabar gembira. Konsekuensi logisnya, BPK, BPKP, dan KPK memiliki wewenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap Organ dan Badan.

Dengan bahasa lebih tegas, Danantara dituntut untuk terus menggenjot tata kelola yang baik (good corporate governance/GCG). Prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas harus menjadi prioritas utama. Selain itu, Danantara pun wajib meningkatkan penerapan manajemen risiko (risk management) dan asas kepatuhan (compliance).

Ketika pelbagai faktor kunci keberhasilan itu telah terpenuhi dengan jitu, Patriot Bonds Jilid II niscaya bakal laris manis. Danantara pun akan menjadi badan pengelola investasi sekaligus mesin pertumbuhan ekonomi yang unggul!

Galih Pratama

Recent Posts

Hadapi Disrupsi Global, Dua Isu Ini Menjadi Sorotan dalam IFAC Connect Asia Pacific 2025

Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More

16 mins ago

BAKN DPR Minta Aturan Larangan KUR bagi ASN Ditinjau Ulang, Ini Alasannya

Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More

47 mins ago

IHSG Sesi I Ditutup Menguat ke 8.655 dan Cetak ATH Baru, Ini Pendorongnya

Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More

2 hours ago

Konsumsi Produk Halal 2026 Diproyeksi Tumbuh 5,88 Persen Jadi USD259,8 Miliar

Poin Penting Konsumsi rumah tangga menguat jelang akhir 2025, didorong kenaikan penjualan ritel dan IKK… Read More

3 hours ago

Menteri Ara Siapkan Ratusan Rumah RISHA untuk Korban Banjir Bandang Sumatra, Ini Detailnya

Poin Penting Kementerian PKP tengah memetakan kebutuhan hunian bagi korban banjir bandang di Sumatra melalui… Read More

3 hours ago

Livin’ Fest 2025 Resmi Hadir di Bali, Bank Mandiri Dorong UMKM dan Industri Kreatif

Poin Penting Livin’ Fest 2025 resmi digelar di Denpasar pada 4-7 Desember 2025, menghadirkan 115… Read More

3 hours ago