Categories: Analisis

Membidik Fee Based Dari Jual Beli Online

Bisnis e-commerce merupakan celah bagi bank menyuburkan pendapatan berbasis biaya. Ria Martati.

Jakarta– Perbankan tak pernah kurang akal dalam menabung pundi-pundi keuntungannya, di tengah ekonomi lambat, dan ekspansi kredit yang terhambat tentu perbankan tak bisa banyak mengandalkan pendapatan bunga. Namun, pendapatan berbasis biaya (fee based income) masih bisa digembungkan. Jadi apa yang harusnya dilakukan bank agar nasabahnya rajin berbelanja dan bertransaksi menggunakan kartu debit dan kreditnya atau melalui sistem electronic banking (e-banking) bank ?

Kemudahan dan keandalan sistem pembayaran tentu menjadi perhatian nasabah. Pasalnya, nasabah masyarakat kelas menengah yang saat ini digadang-gadang menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia itu sebenarnya telah rajin bertransaksi. Namun berbeda dengan tren sebelumnya yang rajin berbelanja di pusat perbelanjaan. Lewat tren baru jual beli online, nasabah kelas menengah dapat bertransaksi dengan mudah bahkan dalam genggaman tangannya. Dengan berbagai kemudahan teknologi, bisnis electronic commerce (e-commerce) telah tumbuh laksana jamur di musim penghujan. Lihat saja bagaiamana toko-toko online marak beriklan di berbagai media dan menawarkan berbagai macam barang dari makanan hingga barang elektronik.

Menteri Telekomunikasi dan Informatika Rudiantara pernah menyebut, kendati bisnis e-commerce Indonesia masih kalah dengan China, namun transaksi dari bisnis tersebut tiap tahun menunjukkan peningkatan. Pada 2013 data menunjukan, transaksi e-Commerce Indonesia mencapai US$8 miliar, dan pada 2014 mencapai US$12 miliar. Pada tahun depan, transaksi e-commerce  diperkirakan dapat mencapai di atas US$20 miliar. Angka itu merupakan potensi yang besar bagi bank untuk mengeruk fee based income dari transaksi para nasabahnya di bisnis jual beli online. Pasalnya tren baru itu juga menyuburkan tren baru sistem pembayaran, seperti sms banking, internet banking, dan transfer ATM. Pekerjaan rumah bagi bank adalah bagaimana bank bisa menarik nasabah agar mau menggunakan jasanya, supaya nasabah lebih suka membayar melalui sms banking, ATM, atau internet banking ketimbang bayar di tempat (cash on delivery).

Beberapa bank memang sudah melirik tren ini. PT Bank Negara Indonesia, (BNI) misalnya, mengaku bisnis e-commerce memang sedang hangat-hangatnya. Saat ini BNI baru memulai membidik sektor e-commerce sebagai penyumbang fee based income-nya. Sebagai pemain baru, BNI baru menggandeng 15 rekanan toko online. Namun Perseroan mengaku total transaksi belanja online yang melewati BNI bisa mencapai Rp1 triliun dengan total item barang mencapai 200.000 item dalam sebulan. Vice President Deputy General Manager Transactional Banking BNI, Sri Indira mengaku, BNI terus mengembangkan layanan sesuai tren nasabah.

“Semua kita kembangkan, di satu sisi kalau transaksional lebih menghimpun transaksi. Sekarang trennya ke mana ya kita adakan itu,” kata dia di kantornya, Senin 12 Oktober 2015. BNI sendiri memang termasuk andal dalam menyuburkan transaksi e-banking nasabahnya. Per semester satu tahun ini, secara year on year nominal transaksi via ATM tumbuh 14,6% dari Rp199 miliar menjadi Rp228 miliar. Sementara nominal transaksi sms banking tumbuh 22% dari Rp9 triliun menjadi Rp11 triliun. Dari transaksi internet banking tercatat kenaikan sebesar33,3% dari Rp24 triliun menjadi Rp32 triliun.

Ditilik dari volume transaksinya, ATM tumbuh 17,6% dari 330 juta menjadi 388 juta, sms banking tumbuh 33,3% dari 87 juta menjadi 116 juta, sedangkan internet banking tumbuh 50% dari 6 juta transaksi menjadi 9 juta transaksi. Pada periode tersebut, jumlah mesin ATM tumbuh 25,9 % dari 11.200 menjadi 14.157. Jumlah pengguna sms banking tumbuh 18,3% dari 6 juta menjadi 7,1 juta dan jumlah pengguna internet banking tumbuh 30,2% dari 713.000 menjadi 928.000.

Berbeda dengan BNI, PT Bank Mandiri, Tbk mengaku kendati bisnis e-commerce telah berkembang pesat, namun kontribusi fee based income dari electronic banking terhadap total fee based di bank ini masih kecil. Strategi Bank Mandiri untuk meningkatkan fee dari transaksi e-commerce-nya adalah dengan menggandeng lebih banyak mitra.

“Strateginya kita bekerjasama dengan player-player e-commerce untuk memberikan layanan payment dan juga program-program marketing,” kata SEVP Transaction Banking Bank Mandiri, Rico Usthavia Frans kepada Infobanknews.com.

Apriyani

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

6 mins ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

17 mins ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

2 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

2 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

4 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

4 hours ago