Jakarta – Penurunan aktivitas ekonomi global secara signifikan yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 memiliki dampak yang besar terhadap pasar modal sejak awal tahun. Pada semester pertama 2020, ekonomi Indonesia terkontraksi akibat tertundanya investasi pada sektor riil ditambah permintaan secara domestik turun cukup drastis karena Covid-19. Pasar keuangan tentu terkena dampaknya.
Meski begitu, Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya menyatakan pembukaan kembali ekonomi secara gradual memberikan optimisme akan mulainya pemulihan ekonomi, meski masih dibayangi dengan kembali meningkatnya kasus Covid-19.
“Semester II-2020 diharapkan menjadi titik balik pemulihan ekonomi setelah mengalami penurunan yang dalam pada semester I, khususnya pada kuartal II-2020,” kata Ivan pada kesempatan yang sama.
Ivan melihat investor masih memiliki appetite yang besar terhadap produk-produk reksa dana. Berdasarkan Data Statistik Pasar Modal Minggu ke-4 Mei 2020 yang dilansir OJK, dana kelolaan reksa dana di Indonesia tercatat sebesar Rp476,3 triliun, atau turun 12,2% dibandingkan dengan posisi per Desember 2019. Namun perlu dicatat juga, kata dia, bahwa dari titik terendahnya di level 3.937 pada 24 Maret 2020, IHSG telah naik sebesar 30% ke level sekarang di 5.000-an dalam tiga bulan terakhir ini.
Ivan pun memperkirakan jumlah pembelian reksa dana bisa meningkat di kuartal III 2020. Meski demikian, minat investasi akan mulai kembali normal seperti sebelum pandemi dalam jangka waktu menengah ketika pengembangan vaksin Covid-19 sudah lebih jelas. Selain itu, yang terpenting bagi investor di masa apapun adalah diversifikasi aset dan tetap menyesuaikan pilihan investasinya dengan tujuan Investasi, profil risiko dan jangka waktu Investasi.
Pada saat ini, lanjutnya, investor disarankan untuk menyesuaikan alokasi aset portofolionya. Untuk investor dengan profil risiko balanced direkomendasikan untuk sementara mengurangi porsi saham dan mengalihkan ke obligasi untuk menurunkan tingkat volatilitas portofolio, dengan proporsi 25% reksa dana saham, 40% reksa dana pendapatan tetap atau obligasi, 35% reksa dana pasar uang.
Sedangkan untuk investor dengan profil risiko agresif idealnya memiliki portofolio yang terdiri dari 60% reksa dana saham, 25% reksa dana pendapatan tetap atau obligasi dan 15% reksa dana pasar uang. Dan agar tetap aman, berinvestasi dari rumah saja melalui digital yaitu bisa dari internet atau mobile banking. (*)
Editor: Rezkiana Np
Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More
Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More
Jakarta - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More
Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More