Jakarta – PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) membukukan laba bersih sebesar Rp828,9 miliar di semester I 2022. Angka itu tumbuh 70,1% year on year (yoy). Perolehan laba bersih BFI Finance disokong kenaikan pembiayaan baru yang mencapai Rp8,53 triliun, atau meningkat 40,8% secara tahunan.
Pertumbuhan pembiayaan terjadi di semua lini bisnis BFIN dan didorong peningkatan mobilitas masyarakat dan kegiatan ekonomi seiring pandemi COVID-19 yang melandai. Kenaikan pembiayaan berimbas pada meningkatnya total pendapatan BFI Finance yang mencapai Rp2,45 triliun, atau tumbuh 25,3% di paruh pertama 2022. Total aset perseroan pun mengembang 27,7%, atau menjadi Rp18,1 triliun.
“Tren positif ini didorong oleh pulihnya daya beli masyarakat dan dunia usaha sehingga meningkatkan kebutuhan untuk penggantian unit lama serta penambahan unit baru untuk mendukung aktivitias bisnis konsumen. Hal ini tampak dari meningkatnya nilai pembiayaan kami secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Kami terus menjaga momentum pertumbuhan dengan mengoptimalkan layanan dan coverage serta bunga yang kompetitif sehingga dapat melampaui target yang ditetapkan sebelumnya,” terang Sudjono, Finance Director BFI Finance, Kamis 27 Juli 2022.
Kualitas pembiayaan juga terjaga, dengan rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) gross berada di posisi 1,08%. Sedangkan NPF netto terjaga di posisi 0,31%. Perseroan juga melakukan langkah antisipasi penurunan kualitas pembiayaan dengan memupuk pencadangan. NPF coverage atau besaran tingkat cadangan piutang dibanding NPF mencapai 4,6 kali. Jauh di atas rata-rata NPF coverage industri multifinance yang pada Mei 2022 sebesar 2,1 kali.
Menurut Sudjono, kualitas portofolio yang bagus ini tidak lepas dari keberhasilan perseroan mempertahankan konsumen yang juga berkualitas baik. Jumlah piutang pembiayaan neto BFI Finance hingga Juni 2022 sebesar Rp15,94 triliun, tumbuh 26,65% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp12,59 triliun.
Adapun restrukturisasi pembiayaan di BFIN makin melandai. Dari persentase tertinggi 35,5% pada September 2020, sisa kontrak restrukturisasi kredit terus menurun hingga saat ini hanya 4,5% dari total nilai piutang pembiayaan perseroan. Sebanyak 79,4% dari total sisa kontrak restrukturisasi itu pun sudah Kembali membayar angsuran secara penuh.
“Saat ini BFI Finance sudah hampir menuntaskan seluruh kontrak restrukturisiasi yang timbul akibat pandemi Covid-19. Dari 4,5% restrukturisasi outstanding, hanya 0,9% konsumen yang masih melakukan pembayaran dengan nilai di bawah angsuran normal dan tergolong restrukturisasi aktif, sementara sisanya sudah kembali melakukan pembayaran normal di lebih dari 12 angsuran terakhir, sehingga seharusnya mereka sudah bisa dikeluarkan dari kategori restrukturisasi,” imbuh Sudjono.
Pencapaian positif sepanjang semester I 2022, lanjut Sudjono, menunjukkan bahwa target BFIN untuk mengembalikan size bisnis ke level normal, seperti periode sebelum pandemi Covid-19 sudah on the track. (*) Ari Astriawan.
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut tren pertumbuhan UMKM cenderung melambat, sejalan dengan risiko kredit UMKM… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti pentingnya peningkatan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia… Read More
Bandung - PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) mengambil langkah agresif untuk mengatasi… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan mengalami penurunan sebesar 1,73 persen di… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan yang signifikan pada periode pekan lalu… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 17 Tahun… Read More