Analisis

Melawan Mimpi Buruk di Era Pandemi

NEGARA-NEGARA di dunia tengah bergulat melawan pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Bukan hanya krisis kesehatan yang sudah ditimbulkan, tapi juga krisis ekonomi. Lembaga-lembaga internasional sudah membuat revisi proyeksi tentang perkembangan ekonomi global menjadi mencekam. Pada 2020 JP Morgan dan Fitch Ratings masing-masing memprediksi ekonomi global anjlok 1,1% dan 1,3%. International Monetary Fund (IMF) memprediksi penurunan lebih dalam lagi, yaitu minus 3%. Pemerintah Indonesia masih membuat skenario positif dengan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dalam negeri sebesar 2,3% dengan skenario sangat berat pertumbuhannya minus 0,4%.

Tanda-tanda ekonomi akan menukik sudah kelihatan dengan terpukulnya rantai pasokan global yang menurunkan aktivitas perdagangan internasional, ditambah pemerintah yang mengimbau masyarakat untuk melakukan social distancing sejak medio Maret 2020. Sejak itu, roda perekonomian mandek. Banyak kegiatan bisnis yang melibatkan kerumunan orang terpukul, seperti seminar dan pameran; pariwisata dan turunannya, seperti penerbangan dan perhotelan; bioskop; ritel modern; transportasi; dan pusat kuliner. Sistem work from home (WFH) yang diterapkan banyak perusahaan membuat para pekerja harian dan informal banyak yang kehilangan penghasilan.

Namun, di tengah kesulitan ada bisnis yang berkembang. Misalnya, kegiatan usaha yang bergerak di bidang kesehatan. Begitu juga bidang rumah tangga dan kebutuhan pokok, seperti makanan dan minuman. Hanya, model pemasarannya berubah dari offline ke online. Pada Maret lalu, Tokopedia sebagai e-commerce terbesar di Tanah Air mencatat lonjakan penjualan produk-produk kesehatan hingga tiga kali lipat. Bahkan, penjualan masker mengalami kenaikan hingga 197 kali. Jumlah penjual baru di kategori kesehatan meningkat 2,5 kali. Pertumbuhan secara overall masih sama seperti kondisi normal.

Kenaikan penjualan produk kesehatan, rumah tangga, makanan, dan minuman mengompensasi penurunan penjualan produk-produk untuk kebutuhan sekunder maupun tersier. Pada masa pandemi masyarakat umumnya mengabaikan pembelian produk-produk yang tak penting untuk menjaga likuiditas. Apalagi, sebagian besar masyarakat mengalami penurunan penghasilan akibat menyusutnya omzet bisnis maupun gaji bulanan. Bahkan, sebagian sudah kehilangan income sama sekali, seperti buruh harian maupun pekerja informal. 

Lalu bisnis apa saja yang bisa memberikan peluang di saat terjadi pandemi? Baca di Majalah Infobank edisi Mei 2019 untuk tahu lebih jelas! (*)

Paulus Yoga

Recent Posts

Stasiun Whoosh Karawang Dibuka 24 Desember, Perjalanan Jakarta-Karawang Hanya 15 Menit

Jakarta - Stasiun Whoosh Karawang akan resmi melayani penumpang mulai 24 Desember 2024. Pembukaan ini… Read More

9 hours ago

Pemerintah Targetkan Revisi Aturan DHE SDA Terbit pada Januari 2025

Jakarta – Pemerintah tengah mempersiapkan aturan mengenai revisi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA)… Read More

13 hours ago

Ekspansi Bisnis, J Trust Bank Tambah Kantor Cabang Baru di Bali

Jakarta - PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank) terus melakukan ekspansi bisnis dengan memperluas… Read More

13 hours ago

BI Uji Coba Penerapan QRIS Tap Berbasis NFC untuk Pembayaran Lebih Cepat dan Praktis

Jakarta – Bank Indonesia (BI) bersama Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) pionir layanan dan Perum DAMRI… Read More

15 hours ago

Bank Mandiri Salurkan Rp3 Triliun untuk Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

Jakarta – Bank Mandiri kembali menegaskan komitmennya dalam pemberdayaan ekonomi perempuan melalui kolaborasi strategis dengan… Read More

15 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Bertahan di Zona Hijau ke Level 6.983

Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (20/12) kembali ditutup bertahan pada… Read More

15 hours ago