Categories: Keuangan

Masyarakat dan Perbankan Masih Butuh Industri Multifinance

Jakarta – Meski industri perusahaan pembiayaan (multifinance) tengah mengalami tekanan, keberadaannya masih dibutuhkan masyarakat dan perbankan. Masyarakat butuh akses pembiayaan, sedangkan perbankan butuh multifinance sebagai mitra bersinergi untuk masuk ke segmen yang tidak tergarap langsung oleh perbankan.

“Perbankan melihat multifinance diperlukan untuk mengisi kekosongan segmen pembiayaan di masyarakat. Di sisi lain, pertumbuhan industri multifinance juga bergantung pada pendanaan, termasuk dari perbankan,” kata Deputi Direktur Pengawasan Pembiayaan I Otoritas Jasa keuangan (OJK) dalam Seminar Nasional “Arah & Kebijakan 2020” yang digelar Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) di Jakarta, Kamis, 20 Februari 2020.

Sebab itu, OJK mendorong para pelaku industri perusahaan pembiayaan untuk terus meningkatkan tata kelola yang baik (good corporate governance/GCG). Tujuannya agar industri multifinance lebih kredibel dan profesional. Dengan begitu, kepercayaan investor dan kreditur akan meningkat.

“Sekarang ini profesionalisme perusahaan yang bapak ibu kelola sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya. Dengan penerapan GCG, multifinance tidak akan dipandang sepele. Confidence perusahaan pembiayaan jadi lebih baik di mata perbankan,” jelas Indra.

Untuk meningkatkan kualitas industri multifinance, saat ini OJK tengah melakukan reformasi di sektor Industri Keuangan Non Bank (IKNB). Beberapa kasus yang terjadi di industri multifinance pada tahun 2017-2018 lalu memang menjadi tantangan. Tapi hal itu sudah mulai reda dengan adanya respon cepat dari regulator dan asosiasi, termasuk lewat asset registry. Trust level perbankan dan investor yang sempat tergerus perlahan mulai kembali pulih.

“Untuk asset registry saat ini sudah 80 perusahaan pembiayaan yang bergabung. Beberapa bank juga sudah bergabung. Fintech juga banyak yang mau bergabung,” tambah Suwandi Wiratno, Ketua Umum APPI.

Kinerja industri multifinance sepanjang 2019 tumbuh dibawah target yang awalnya diproyeksi di kisaran 7%. Berdasarkan data OJK,  per Desember 2019, piutang pembiayaan hanya tumbuh 3,65% year on year menjadi Rp452,22 triliun. Total aset tumbuh 2,65% menjadi Rp518,14 triliun. Sementara dari sisi laba meningkat 13,14% menjadi Rp18,13 triliun. (*) Ari Astriawan

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Laba BRK Syariah Kuartal III 2025 Tumbuh 3,46 Persen, Ini Penopangnya

Poin Penting Laba BRK Syariah kuartal III-2025 naik 3,46 persen menjadi Rp218,20 miliar didorong pembiayaan… Read More

22 hours ago

BCA Siapkan Rp42,1 Triliun Uang Tunai untuk Nataru 2025/2026

Poin Penting BCA menyiapkan uang tunai Rp42,1 triliun untuk Nataru 2025/2026 agar transaksi nasabah tetap… Read More

22 hours ago

Aliran Modal Asing Keluar RI Rp0,13 Triliun di Pertengahan Desember 2025

Poin Penting Aliran modal asing keluar pada minggu kedua Desember 2025 nonresiden tercatat jual neto… Read More

23 hours ago

Bank Muamalat Catat Kenaikan Double Digit pada Pembiayaan Multiguna iB Hijrah

Poin Penting Pembiayaan Multiguna iB Hijrah Bank Muamalat tumbuh 41 persen secara tahunan (YOY) hingga… Read More

24 hours ago

Keluarga Ini Jadi Paling Tajir di Taiwan Berkat Bank dan Asuransi, Intip Siapa Mereka

Poin Penting Daniel dan Richard Tsai jadi orang terkaya Taiwan dengan kekayaan USD13,9 miliar dari… Read More

1 day ago

Bank Mega dan Metro Hadirkan Season of Elegance Fashion Show, Diskon hingga 70 Persen

Poin Penting Bank Mega dan Metro menggelar Season of Elegance Fashion Show yang menampilkan karya… Read More

1 day ago