Sedangkan pada tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 10-12 persen. Target konservatif tersebut akan dikejar dengan tetap memerhatikan kualitas kredit yang turun pada tahun lalu. Rasio kredit bermasalah (NPL) secara gross meingkat dari 0,21 persen di 2015 menjadi 3,14 persen.
“2016 NPL di luar dugaan, ada imbas dari finance company, 85 persen portofolio kami di sana. Antisipasi mencanangkan CKPN (cadangan kerugian penurunan nilai) Rp19,8 miliar dari potensi laba. Tapi itu laba untung lebih tinggi dari 2015,” jelas Edy.
Kenaikan NPL juga, lanjutnya, disebabkan oleh kinerja kredit yang turun pada tahun lalu. Hal ini, terang Edy, disebabkan oleh penurunan industri otomotif sebagai bisnis utama mitra debitur perseroan. “Industri otomotif itu memang melemah, menyebabkan NPL lembaga keuangan nonbank meningkat. Kami punyai target NPL 2 persen di 2017,” ujarnya.
Per akhir 2016, Bank Ina mencatat posisi outstanding kredit sebesar Rp1,38 triliun, turun 5,35 persen secara setahunan. Adapun rasio keuangan lainnya tercatat rasio kecukupan modal meningkat ke posisi 30,36 persen. Marjin bunga bersih (NIM) naik 5,10 persen. Return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) di level 1,02 persen dan 5,23 persen. (*)
Page: 1 2
Poin Penting Tri Pakarta merelokasi Kantor Cabang Pondok Indah ke Ruko Botany Hills, Fatmawati City,… Read More
Jakarta - Bank Mandiri terus memperkuat dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah dengan menghadirkan Livin’ Fest… Read More
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More