Penampakan salah satu infrastruktur dari PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE). (Foto: Istimewa)
Jakarta – Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan, energi baru dan terbarukan (EBT) cukup menjanjikan karena menjadi bisnis masa depan.
Sejalan dengan target pemerintah Indonesia untuk merealisasikan green economy dan zero carbon, Myrdal menilai perusahaan seperti PT Pertamina Geothermal Energy Tbk pun memiliki prospek yang bagus karena memiliki lini bisnis di bidang EBT, terlebih dengan masuknya PGEO ke dalam indeks LQ45 belakangan ini.
“Pertamina Geothermal Energy saya lihat performa bisnisnya baik ya dari tahun lalu. Ini kalau kita lihat dari 2022 juga berkesinambungan. Perkembangan dari ekspansi bisnis cukup kuat, terutama eksplorasi sumber energi baru dan hijau,” ujar Myrdal dikutip Sabtu, 3 Februari 2024.
Baca juga: Saham EBT Makin Diminati, PGEO Resmi Tembus Indeks LQ45
Di sisi lain, pergerakan saham PGEO juga sangat menarik, karena bertahan di level tinggi. Menurut Myrdal, pada tahun lalu pergerakannya stabil di atas Rp1.000 dan cenderung akan menuju ke angka Rp1.600 per lembar saham.
“Apalagi kondisi pasar global yang cukup kondusif pada penurunan suku bunga Federal Reserve System (The Fed). Selain itu, masuknya PGEO ke Indeks LQ45 membuatnya menjadi saham yang benefit dan tentunya akan menambah kepercayaan bagi investor global untuk masuk ke PGEO,” jelas Myrdal.
Menurutnya, LQ45 merupakan kelompok saham prestisius yang memberikan keuntungan bagi investor. Masuknya PGEO ke dalam indeks ini meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan investor global terhadap PGEO.
Hal ini membuka peluang bagi PGEO untuk menarik lebih banyak investor dan meningkatkan pendanaan, sehingga memperkuat posisi PGEO dalam mengembangkan energi panas bumi dan berkontribusi pada transisi energi nasional.
Baca juga: SPBU Hidrogen Pertamina Bakal Percepat Transisi Energi
Meski demikian, Myrdal melihat PGEO memiliki kebutuhan ekspansi yang cukup kuat. Namun, iklim suku bunga global dan nasional sulit turun karena ketidakpastian kebijakan The Fed dalam menurunkan suku bunga acuan global.
“Jika ke depan melakukan ekspansi maka harus konsisten untuk mendorong bisnis green economy, misalkan geothermal, hidro, atau cahaya. Karena PGEO kepanjangan dari pemerintah dan kita harapkan untuk tetap fokus on track,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama
Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More
Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More
Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More
Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More
Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More
Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More