Yellen: Fed Fund rate Naik dalam Beberapa Bulan ke Depan

Yellen: Fed Fund rate Naik dalam Beberapa Bulan ke Depan

oleh Agung Galih Satwiko

 

PASAR keuangan global minggu lalu umumnya cukup positif setelah pelaku pasar mulai mempersiapkan diri akan potensi naiknya Fed Fund rate bulan Juni atau Juli mendatang. Rangkaian pesan hawkish dari pejabat the Fed yang kemudian diafirmasi oleh pernyataan yang tegas dari Janet Yellen minggu lalu sedikit banyak mengurangi volatilitasi dan ketidakpastian kapan Fed Fund rate akan naik. Dalam seminggu terakhir Indeks Nikkei Jepang naik 1,66%, DAX Index Jerman naik 3,73%, dan S&P 500 AS naik 2,28%.

Beberapa hasil polling terakhir menunjukkan sebagian besar warga UK menghendaki UK tetap berada di dalam EU. Dalam polling yang dilakukan oleh The Telegraph yang hasilnya dirilis minggu lalu, 55% responden menghendaki UK tetap di EU, sementara 42% menghendaki Brexit. GBP cenderung menguat terhadap USD sejak minggu kedua April seiring dengan risiko Brexit yang memudar.

Data Ekonomi zona Eropa cenderung melemah. Minggu lalu data Eurozone flash Purchasing Managers Index sektor manufaktur untuk bulan Mei turun menjadi 51,5 dari bulan April sebesar 51,7. Sementara data PMI sektor jasa tidak berubah di level 53,1.

Menteri Keuangan zona Eropa minggu lalu menyetujui cairnya dana talangan bagi Yunani sebesar EUR10,3 miliar atau USD11,5 miliar. Selain itu disepakati juga untuk membahas langkah-langkah restrukturisasi utang Yunani. Kesepakatan tersebut tercapai setelah sebelumnya parlemen Yunani menyetujui UU yang mengatur mengenai kebijakan pengetatan di Yunani (austerity measures).

Dari AS, pertumbuhan ekonomi AS triwulan 1 2016 minggu lalu direvisi dari 0,5% menjadi 0,8%. Sementara itu data penjualan rumah baru AS di bulan April naik 16,6%, kenaikan terbesar dalam 24 bulan terakhir, dengan harga-harga rumah tercatat pada rekor tertinggi. Di sisi lain US manufacturing PMI turun dari 50,8 pada bulan April menjadi 50,5 pada bulan Mei, level terendah sejak September 2009. Namun demikian Janet Yellen dalam pernyataannya menegaskan bahwa Fed Fund rate kemungkinan dapat dinaikkan dalam beberapa bulan ke depan (Juni dan/ atau Juli).

Dari pasar domestik, Fitch Ratings mengafirmasi sovereign credit rating Indonesia pada level investment grade, yaitu BBB- dengan outlook stabil. Dalam siaran persnya Fitch menyebutkan rendahnya beban utang, pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan, dan rendahnya risiko di sektor perbankan mendorong afirmasi tersebut. Fitch juga menyimpulkan bahwa reformasi yang telah dilakukan dengan rangkaian kebijakan ekonomi telah dan akan berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia. Di sisi lain Fitch menyoroti tingginya sentimen pasar terhadap isu eksternal dan perlunya memperbaiki iklim investasi.

Harga minyak dunia minggu lalu ditutup naik. Harga WTI crude Nymex untuk pengiriman Juli berada di level USD49,3 per barrel, naik USD0,9 dari akhir minggu sebelumnya. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Juli berada di level USD49,3 per barrel naik USD0,6 dari akhir minggu sebelumnya. Harga minyak yang sempat menyentuh level terendah pada 20 Jan 2016 (dalam satu tahun terakhir), sejak itu terus meningkat dan hampir menyentuh level psikologis USD50 per barrel.

Minggu lalu Energy Information Administration melaporkan turunnya produksi minyak AS dan juga penurunan cadangan minyak AS. Selain itu Baker Hughes juga melaporkan turunnya jumlah kilang minyak AS yang aktif sebanyak dua unit sehingga menjadi 316 unit. Namun banyak pengamat pesimis harga minyak bisa terus naik, karena secara fundamental tidak terdapat permintaan yang signifikan dan juga harga yang semakin naik akan memberikan insentif bagi perusahaan shale gas untuk berproduksi yang tentunya akan membatasi harga minyak.

Yield UST dalam seminggu terakhir cukup volatile namun ditutup hampir tidak berubah dibandingkan akhir minggu sebelumnya. Yield UST tenor 10 tahun naik 0,2 bps ke level 1,85% (ytd turun 42 bps – akhir tahun lalu 2,27%). Sementara itu yield UST 30 dalam seminggu naik 2 bps ke level 2,65%.

Pasar SUN hari Jumat kemarin ditutup menguat. Yield SUN tenor 10 tahun turun 4 bps ke level 7,85% (ytd turun 89 bps – akhir tahun lalu 8,74%). Selama seminggu kemarin yield SUN 10 tahun menguat 7 bps. IHSG ditutup naik 30 poin (0,6%) ke level 4.814 (ytd 4,8% – akhir tahun sebesar 4.593). Investor asing membukukan net buy sebesar Rp362 miliar, sehingga year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp3,2 triliun. Selama seminggu kemarin IHSG berhasil membukukan peningkatan lebih dari 2%, naik 103 poin. Sementara itu, nilai tukar Rupiah selama seminggu kemarin ditutup menguat Rp21 menjadi Rp13.587/USD. NDF 1 bulan dalam seminggu terakhir menguat Rp24 di level Rp13.600/USD. CDS 5 tahun dalam seminggu terakhir turun 4 bps (persepsi risiko turun) ke level 190 bps. CDS Indonesia 5 tahun telah turun 40 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)

 

Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK

Related Posts

News Update

Top News