Categories: Market Update

Market Update 11 Januari 2016

oleh Agung Galih Satwiko

 

PASAR saham Asia hari Jumat 8 Januari 2016 ditutup menguat kecuali pasar saham Jepang. Bursa saham China naik hampir 2% setelah otoritas China, China Securities Regulatory Commission, menghentikan aturan automatic circuit breaker. Gain pada hari jumat juga diatribusikan oleh stabil dan cenderung menguatnya Yuan serta pembelian saham oleh state guided entities. Indeks Nikkei turun 0,08%, indeks Hang Seng naik 0,59%, Shanghai naik 1,97%, dan Singapore STI naik 0,77%.

Sementara pasar Eropa melemah setelah harga minyak kembali turun, meskipun data ketenagakerjaan US baik dan pasar China rebound. FTSE 100 Inggris turun 0,71%, DAX Jerman turun 1,31%, CAC 40 Prancis turun 1,58% dan IBEX 35 turun 1,66%. Mengikuti kejatuhan pasar Eropa, pasar ekuitas US pada hari Jumat 8 Januari 2016 juga ditutup melemah. Meskipun awalnya sempat menguat akibat positifnya data ketenagakerjaan, pasar US akhirnya ditutup melemah karena kekhawatiran akan melemahnya pertumbuhan ekonomi China. DJIA ditutup turun 1,02%, Nasdaq turun 0,97% dan S&P 500 turun 1,09%.

Dari US, data non-farm payroll menunjukkan ekonomi US menambah 292.000 pekerja pada bulan Desember, melampaui ekspektasi analis yang memperkirakan tambahan pekerja sebanyak 215.000 orang. Data employment bulan November juga direvisi meningkat dari 211.000 menjadi 252.000. Demikian juga data bulan Oktober yang direvisi naik dari 298.000 menjadi 307.000, kenaikan terbesar sepanjang 2015. Data ketenagakerjaan ini sangat positif dan menunjukkan keyakinan pelaku bisnis di US bahwa iklim bisnis di US akan terus menguat dan menyerap banyak tenaga kerja. Data unemployment yang dirilis hari Jumat menunjukkan level 5%, kurang lebih sama dengan level sebelum krisis 2008. Apabila data ketenagakerjaan ini terus membaik maka bukan tidak mungkin kenaikan Fed Fund rate akan dilakukan kembali pada bulan Maret mendatang.

Dari Eropa, data industrial production Jerman bulan November turun, demikian juga dengan Prancis. Data industrial production Perancis, ekonomi terbesar kedua setelah Jerman turun 0,9% pada bulan November. Turunnya data industrial production di negara dengan ekonomi terbesar di Eropa menunjukkan Eropa tengah kesulitan mengambil momentum pertumbuhan ekonominya. Sementara itu, data trade deficit UK menyempit di bulan November lalu, yaitu sebesar GBP10,6 miliar dibanding bulan sebelumnya yang mencatat defisit sebesar GBP11,2 miliar, terutama karena turunnya harga minyak.

Dari China, banyak pelaku pasar mempertanyakan flip flop kebijakan oleh Pemerintah China. Kebijakan circuit breaker dihentikan setelah diterapkan hanya selama 4 hari. Kebijakan tersebut membuat investor banyak menjual saham sebelum terkena penghentian sementara 15 menit, atau suspensi sampai akhir hari. Kebijakan circuit breaker sendiri sebenarnya ditujukan untuk mengurangi volatilitas di pasar saham. Namun kebijakan tersebut semestinya disesuaikan dengan kondisi setiap pasar yang berbeda-beda. Nicholas Brady, mantan US Treasury secretary yang menemukan ide circuit breaker menyebutkan bahwa level circuit breaker di China terlalu mudah tercapai, sehingga akan lebih bagus jika levelnya diperlebar. Sementara dari Indonesia, cadangan devisa Indonesia akhir Desember 2015 tercatat sebesar USD105,9 miliar naik signifikan daripada akhir bulan sebelumnya sebesar USD100,2 miliar terutama karena naiknya utang Pemerintah melalui penerbitan SBN valas.

Harga minyak WTI crude Nymex untuk pengiriman Februari turun USD0,11 (0,3%) ke level USD33,16 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Februari turun USD0,20 (0,6%) ke level USD 33,55 per barrel. Harga minyak terus menurun akibat penguatan mata uang USD. Sementara pasar UST hari Jumat pada awalnya sempat melemah akibat positifnya data ketenagakerjaan US, namun ditutup menguat akibat pasar melihat kemungkinan inflasi US masih akan tetap rendah setelah data worker pay sedikit menurun. UST 10 year turun 2 bps ke level 2,13%, sementara UST 30 year relatif tetap di level 2,925%. German bund 10 year turun 3 bps ke level 0,51%.

Pasar SUN relative stabil, yield SUN tenor 10 tahun turun 2 bps sebesar 8,80%. IHSG pada penutupan jumat naik 15,84 poin (0,35%) ke level 4.546,29. Asing membukukan net sell sebesar Rp696,2 miliar, sehingga year to date asing membukukan net sell sebesar Rp615,9 miliar. Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp5 ke level Rp13.922 per dolar AS. NDF 1M melemah Rp6 ke level Rp14.060. Persepsi risiko turun, CDS spread valas 5Y turun 7 bps ke level 241. Walaupun pergerakan rupiah relatif minim, dampak pelemahan yuan terhadap rupiah dan nilai tukar negara2 berkembang lainnya secara umum masih akan terus berlanjut pekan ini, yang mana akan tergantung pada tingkat kecepatan otoritas moneter Tiongkok mendevaluasi yuan seiring dengan upaya pemulihan pasar sahamnya. (*)

 

Paulus Yoga

Recent Posts

Mau ke Karawang Naik Kereta Cepat Whoosh, Cek Tarif dan Cara Pesannya di Sini!

Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More

10 hours ago

Komitmen Kuat BSI Dorong Pariwisata Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular

Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More

12 hours ago

Melalui Program Diskon Ini, Pengusaha Ritel Incar Transaksi Rp14,5 Triliun

Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More

12 hours ago

IHSG Sepekan Anjlok 4,65 Persen, Kapitalisasi Pasar Ikut Tertekan

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More

14 hours ago

Aliran Modal Asing Rp8,81 Triliun Kabur dari RI Selama Sepekan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More

20 hours ago

Bos BRI Life Ungkap Strategi Capai Target Bisnis 2025

Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More

21 hours ago