Jakarta – Serangan siber yang mendera bank-bank di Tanah Air tak pernah usai. Teranyar, salah satu bank terbesar di Tanar Air diduga menjadi sasaran ransomware. Sadar akan risiko serangan siber, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) terus memperkuat sistem keamanan yang menyangkut data dan dana nasabah.
Direktur Utama PT Allo Bank Indonesia Tbk Indra Utoyo mengatakan, pihaknya terus memperkuat frame work dari sisi pertahanan (defend) dan response dalam menjaga sistem keamanan data dan dana nasabahnya.
“Bagaimana kami bisa memberlakukan defend yang sekuat-kuatnya dan di sisi lain bisa melakukan respons yang secepat-cepatnya apabila terjadi sesuatu,” katanya dalam Public Expose Allo Bank secara daring pada Jumat, 20 Desember 2024.
Baca juga : Ngeri! Ada 122,79 Juta Serangan Siber ke RI, Sektor Ini Target Utamanya
Selain sisi defend dan response tersebut, pihaknya juga terus melakukan identifikasi dari data-data yang berisiko. Lalu, melakukan proteksi maksimal menggunakan teknologi yang terus diperbaharui.
“Kemudian juga tools dan proses untuk melakukan deteksi, sehingga kalau terjadi anomali bisa mendeteksi dengan cepat agar tidak meluas serangan siber,” jelasnya.
Ia menegaskan, aspek governance, teknologi, proses dan people diterus diperkuat untuk memastikan aspek pertahanan sudah kuat dan menghasilkan respons yang cepat.
“Di samping itu, dari sisi eksternal, kami juga kolaborasi dengan pelaku industri seperti fintech, regulator, penegak hukum hingga badan siber untuk untuk memperkuat secara ekosistem dalam menghadapi sindikasi-sindikasi dari serangan siber,” bebernya.
Indra mengungkapkan, Allo Bank sendiri menyisihkan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk memperkuat informasi teknologi (IT).
Baca juga : Begini Cara Allo Bank Jalankan Aturan Keamanan Siber dari OJK
“Untuk biaya Capex itu 15 persen dari revenue perusahaan,” jelasnya.
Menurut catatan Infobanknews, capex Allo Bank untuk memperkuat IT sebesar lebih dari Rp500 miliar pada tahun 2023.
“Nilainya lebih dari Rp500 miliar tapi tidak sampai Rp1 triliun,” kata Indra kepada wartawan dalam acara Open Finance Summit 2023, Rabu, 21 Juni 2023. (*)
Pakar Keamanan Siber dan Forensik Digital Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan, Ransomware merupakan salah satu ancaman terbesar dalam dunia digital yang bisa menimpa siapa saja, mulai dari individu hingga perusahaan besar.
Bahkan, serangan ini dapat melumpuhkan sistem komputer serta menimbulkan dampak finansial yang signifikan.
“Pada prinsipnya semua serangan ransomware bertujuan untuk masuk ke dalam sistem, mencuri data dan kalau bisa mendisrupsi sistem guna mendapatkan keuntungan finansial berupa uang tebusan. Jadi ganasnya (bashe ransomware) yah sama saja (dengan jenis ransomware lainnya),” katanya, dikutip Jumat, 20 Dese
Ia mencontohkan, salah satu contoh serangan ransomware yang berhasil mengganggu operasional korbannya adalah serangan ransomware yang pernah dialami oleh salah satu bank syariah di Indonesia.
Menurutnya, ransomware berhasil mengenkripsi dan meng-copy data korbannya. Namun, tidak berhasil mendisrupsi sistem dan tidak sampai mengganggu operasional. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta – Pemerintah tengah mempersiapkan aturan mengenai revisi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA)… Read More
Jakarta - PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank) terus melakukan ekspansi bisnis dengan memperluas… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) bersama Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) pionir layanan dan Perum DAMRI… Read More
Jakarta – Bank Mandiri kembali menegaskan komitmennya dalam pemberdayaan ekonomi perempuan melalui kolaborasi strategis dengan… Read More
Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (20/12) kembali ditutup bertahan pada… Read More
Suasana saat peluncuran Bank Mandiri jadi sponsor Jakarta LavAni Livin' Transmedia untuk bertanding pada laga… Read More