Keuangan

Manulife Syariah Tancap Gas Pasca Spin-off, Underwriting Tembus Rp534 M per Oktober 2025

Poin Penting

  • Manulife Syariah mencatat pendapatan underwriting Rp534 miliar dan aset kelolaan Rp1,69 triliun per Oktober 2025.
  • Peluncuran produk baru serta penguatan jalur agency dan bancassurance mendorong penetrasi pasar asuransi syariah.
  • RBC dana tabarru mencapai 799 persen dan RBC dana perusahaan sekitar 3.978 persen, jauh di atas ketentuan regulator.

Jakarta – Pemisahan unit usaha syariah (spin-off) yang kerap dianggap sekadar kewajiban regulasi justru menjadi titik lonjakan kinerja bagi PT Manulife Syariah Indonesia.

Resmi beroperasi sebagai entitas mandiri sejak 1 Desember 2024, Manulife Syariah menunjukkan agresivitas bisnis dengan pertumbuhan underwriting, aset kelolaan, hingga permodalan yang jauh di atas rata-rata industri.

Presiden Direktur Manulife Syariah Indonesia, Fauzi Arfan mengatakan, tahun pertama pasca spin-off dimanfaatkan untuk membangun fondasi yang kokoh agar pertumbuhan perusahaan bersifat berkelanjutan.

Fokus utama diarahkan pada penguatan tata kelola syariah, permodalan, portofolio produk, serta kanal distribusi. Strategi tersebut mulai menunjukkan hasil nyata dalam waktu kurang dari satu tahun.

Baca juga: Kolaborasi Danamon, Manulife, dan Prasmul Hadirkan Produk Tabungan-Asuransi Jiwa

Per Oktober 2025, Manulife Syariah Indonesia mencatatkan pendapatan underwriting kontribusi sebesar Rp534 miliar.

Pada saat yang sama, total aset kelolaan syariah meningkat signifikan hingga mencapai Rp1,69 triliun.

Fauzi menegaskan capaian tersebut terjadi dalam periode yang relatif singkat sejak perusahaan berdiri sebagai entitas mandiri.

Menurut Fauzi, kunci penetrasi pasar asuransi syariah terletak pada ketersediaan produk yang relevan dan mudah diakses masyarakat.

Ia menilai, mustahil mendorong pertumbuhan pasar syariah jika pilihan produknya terbatas.

“Gimana masyarakat bisa menikmati layanan syariah kalau produknya nggak ada? Maka dibuatlah beberapa produk,” ujarnya dalam acara Exclusive Media Interview di Jakarta, Senin (15/12).

Produk Baru dan Respons Pasar Positif

Sejumlah produk baru pun diluncurkan, mulai dari perlindungan pendidikan, produk kesehatan, hingga produk fleksibel yang mendapatkan respons pasar cukup kuat.

Fauzi menyebut, antusiasme tersebut tercermin langsung pada lonjakan pendapatan underwriting.

“Alhamdulillah respons pasarnya cukup banyak. Itu terlihat dari pendapatan underwriting kontribusi kita yang sudah mencapai Rp534 miliar dalam waktu kurang dari setahun,” tuturnya.

Baca juga: Deal! Manulife Wealth & Asset Management Akuisisi Schroders Indonesia

Pertumbuhan bisnis tersebut turut mendorong lonjakan aset kelolaan syariah. Fauzi mengungkapkan, hingga Oktober 2025, aset kelolaan Manulife Syariah sudah mendekati Rp1,7 triliun, meningkat tajam dibandingkan posisi awal.

“Aset kelolaan syariah mengalami peningkatan yang sangat besar, menjadi Rp1,69 triliun,” sebutnya.

Perkuat Distribusi dan Permodalan

Selain produk, penguatan distribusi menjadi pilar penting dalam strategi Manulife Syariah. Perusahaan mengandalkan dua mesin utama, yakni jalur agency dan bancassurance.

Saat ini, Manulife Syariah didukung sekitar 14 ribu agen. Di sisi lain, kemitraan dengan Bank Danamon menjadi kanal bancassurance utama yang terus dikembangkan.

Keunikan produk syariah juga memberikan keunggulan tersendiri. Fauzi menjelaskan, produk syariah Manulife dapat dipasarkan tidak hanya melalui cabang syariah, tetapi juga cabang non-syariah.

“Kalau produk syariah itu boleh dijual di cabang syariah maupun non-syariah. Kebalikannya nggak bisa. Itu uniqueness dan beautynya syariah,” katanya.

Baca juga: Survei Manulife: Banyak Pensiunan di RI Masih Bergantung pada Keluarga

Dari sisi permodalan, Manulife Syariah juga berada pada posisi yang sangat longgar. Per Oktober 2025, tingkat Risk Based Capital dana tabarru tercatat sebesar 799 persen, jauh melampaui ketentuan minimum regulator. Sementara RBC dana perusahaan mencapai sekitar 3.978 persen.

“Artinya secara permodalan kita sangat kuat. Secara RBC kita juga sangat strong,” tegas Fauzi. (*) Alfi Salima Puteri

Yulian Saputra

Recent Posts

Rekonstruksi Bencana Sumatra Diproyeksi Tembus Rp70 T, Ekonom BCA Wanti-Wanti Fiskal

Poin Penting Rekonstruksi pasca-bencana di Sumatra diproyeksi mencapai Rp50 triliun–70 triliun dan berpotensi meningkat karena… Read More

6 hours ago

Respons Reliance Sekuritas (RELI) soal Dampak Demutualisasi BEI

Poin Penting Reliance Sekuritas menyatakan akan mengikuti arahan BEI terkait rencana demutualisasi yang saat ini… Read More

6 hours ago

2026 di Depan Mata, Ini Strategi Mengatur Keuangan di Tengah Risiko Ekonomi

Poin Penting Resolusi finansial perlu strategi terukur, dimulai dari evaluasi pemasukan, pengeluaran, aset, dan liabilitas.… Read More

8 hours ago

Reliance Sekuritas Bakal Bawa 1 Perusahaan IPO Tahun Depan, Ini Bocorannya!

Poin Penting RELI targetkan dua penerbitan efek di 2026, masing-masing satu IPO saham dan satu… Read More

8 hours ago

Klaim Asuransi Bencana Sumatra Capai Rp567 Miliar, AAUI Soroti Protection Gap

Poin Penting AAUI mencatat estimasi sementara klaim asuransi akibat bencana di Sumatra mencapai Rp567 miliar… Read More

9 hours ago

Ekonom BCA Ramal Kredit Tumbuh 10 Persen pada 2026

Poin Penting BCA proyeksikan kredit 2026 tumbuh 9–10 persen, sejalan dengan target Bank Indonesia di… Read More

10 hours ago