Presiden Direktur Manulife Syariah Indonesia, Fauzi Arfan. (Foto: Alfi Salima Puteri)
Poin Penting
Jakarta – Pemisahan unit usaha syariah (spin-off) yang kerap dianggap sekadar kewajiban regulasi justru menjadi titik lonjakan kinerja bagi PT Manulife Syariah Indonesia.
Resmi beroperasi sebagai entitas mandiri sejak 1 Desember 2024, Manulife Syariah menunjukkan agresivitas bisnis dengan pertumbuhan underwriting, aset kelolaan, hingga permodalan yang jauh di atas rata-rata industri.
Presiden Direktur Manulife Syariah Indonesia, Fauzi Arfan mengatakan, tahun pertama pasca spin-off dimanfaatkan untuk membangun fondasi yang kokoh agar pertumbuhan perusahaan bersifat berkelanjutan.
Fokus utama diarahkan pada penguatan tata kelola syariah, permodalan, portofolio produk, serta kanal distribusi. Strategi tersebut mulai menunjukkan hasil nyata dalam waktu kurang dari satu tahun.
Baca juga: Kolaborasi Danamon, Manulife, dan Prasmul Hadirkan Produk Tabungan-Asuransi Jiwa
Per Oktober 2025, Manulife Syariah Indonesia mencatatkan pendapatan underwriting kontribusi sebesar Rp534 miliar.
Pada saat yang sama, total aset kelolaan syariah meningkat signifikan hingga mencapai Rp1,69 triliun.
Fauzi menegaskan capaian tersebut terjadi dalam periode yang relatif singkat sejak perusahaan berdiri sebagai entitas mandiri.
Menurut Fauzi, kunci penetrasi pasar asuransi syariah terletak pada ketersediaan produk yang relevan dan mudah diakses masyarakat.
Ia menilai, mustahil mendorong pertumbuhan pasar syariah jika pilihan produknya terbatas.
“Gimana masyarakat bisa menikmati layanan syariah kalau produknya nggak ada? Maka dibuatlah beberapa produk,” ujarnya dalam acara Exclusive Media Interview di Jakarta, Senin (15/12).
Sejumlah produk baru pun diluncurkan, mulai dari perlindungan pendidikan, produk kesehatan, hingga produk fleksibel yang mendapatkan respons pasar cukup kuat.
Fauzi menyebut, antusiasme tersebut tercermin langsung pada lonjakan pendapatan underwriting.
“Alhamdulillah respons pasarnya cukup banyak. Itu terlihat dari pendapatan underwriting kontribusi kita yang sudah mencapai Rp534 miliar dalam waktu kurang dari setahun,” tuturnya.
Baca juga: Deal! Manulife Wealth & Asset Management Akuisisi Schroders Indonesia
Pertumbuhan bisnis tersebut turut mendorong lonjakan aset kelolaan syariah. Fauzi mengungkapkan, hingga Oktober 2025, aset kelolaan Manulife Syariah sudah mendekati Rp1,7 triliun, meningkat tajam dibandingkan posisi awal.
“Aset kelolaan syariah mengalami peningkatan yang sangat besar, menjadi Rp1,69 triliun,” sebutnya.
Selain produk, penguatan distribusi menjadi pilar penting dalam strategi Manulife Syariah. Perusahaan mengandalkan dua mesin utama, yakni jalur agency dan bancassurance.
Saat ini, Manulife Syariah didukung sekitar 14 ribu agen. Di sisi lain, kemitraan dengan Bank Danamon menjadi kanal bancassurance utama yang terus dikembangkan.
Keunikan produk syariah juga memberikan keunggulan tersendiri. Fauzi menjelaskan, produk syariah Manulife dapat dipasarkan tidak hanya melalui cabang syariah, tetapi juga cabang non-syariah.
“Kalau produk syariah itu boleh dijual di cabang syariah maupun non-syariah. Kebalikannya nggak bisa. Itu uniqueness dan beautynya syariah,” katanya.
Baca juga: Survei Manulife: Banyak Pensiunan di RI Masih Bergantung pada Keluarga
Dari sisi permodalan, Manulife Syariah juga berada pada posisi yang sangat longgar. Per Oktober 2025, tingkat Risk Based Capital dana tabarru tercatat sebesar 799 persen, jauh melampaui ketentuan minimum regulator. Sementara RBC dana perusahaan mencapai sekitar 3.978 persen.
“Artinya secara permodalan kita sangat kuat. Secara RBC kita juga sangat strong,” tegas Fauzi. (*) Alfi Salima Puteri
Poin Penting Rekonstruksi pasca-bencana di Sumatra diproyeksi mencapai Rp50 triliun–70 triliun dan berpotensi meningkat karena… Read More
Poin Penting Reliance Sekuritas menyatakan akan mengikuti arahan BEI terkait rencana demutualisasi yang saat ini… Read More
Poin Penting Resolusi finansial perlu strategi terukur, dimulai dari evaluasi pemasukan, pengeluaran, aset, dan liabilitas.… Read More
Poin Penting RELI targetkan dua penerbitan efek di 2026, masing-masing satu IPO saham dan satu… Read More
Poin Penting AAUI mencatat estimasi sementara klaim asuransi akibat bencana di Sumatra mencapai Rp567 miliar… Read More
Poin Penting BCA proyeksikan kredit 2026 tumbuh 9–10 persen, sejalan dengan target Bank Indonesia di… Read More