Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (BNI), Tbk (Persero) mencatatkan laba bersih di kuartal III-2021 sebesar Rp7,7 triliun atau mengalami pertumbuhan signifikan yang mencapai 73,9% secara year on year (yoy) bila dibandingkan dengan kuartal III-2020 yang sebesar Rp4,3 triliun.
Direktur Utama Bank BNI Royke Tumilaar dalam press conference virtual di Jakarta, Senin, 25 Oktober 2021 mengatakan, pertumbuhan laba bersih ini utamanya berasal dari pertumbuhan Fee Based Income dan Net Interest Income masing-masing sebesar 16,8% dan 17,6% secara YoY.
Menurut Royke, pencapaian ini juga merupakan hasil dari transformasi digital BNI yang salah satunya ditujukan untuk penguatan kapabilitas dalam transactional banking. BNI mencatat kinerja penghimpunan dana murah yang sangat sehat, salah satu faktor pendukung kredit yang solid.
Dimana komposisi himpunan dana murah atau CASA mencapai 69,7% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir ini. CASA tumbuh 8% YoY, yaitu dari Rp431,3 triliun pada kuartal III-2020, menjadi Rp465,7 triliun pada kuartal III-2021. CASA mendominasi DPK yang juga tumbuh 1,4% YoY dari Rp659,52 triliun pada kuartal III-2020 menjadi Rp668,55 triliun pada kuartal III-2021.
“Pertumbuhan CASA tersebut berdampak pada penghematan beban bunga sebesar 10 basis point dari kuartal sebelumnya,” ujar Royke.
Sementara pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) tumbuh 21,0% YoY yang tercapai dengan adanya struktur pendanaan (funding) berbiaya murah yang kuat, dimana berkontribusi dalam recovery Net Interest Margin (NIM) sebesar 50 basis point YoY. Pendapatan Bunga Bersih (NII) meningkat 17,6% YoY, yaitu dari Rp24,39 triliun dari kuartal III-2020 menjadi Rp28,70 triliun pada kuartal III-2021.
“Pertumbuhan NII ini merupakan efek pendistribusian kredit BNI yang masih tumbuh 3,7% YoY, yaitu dari Rp550,07 triliun pada kuartal III-2020, menjadi Rp570,64 triliun pada kuartal III-2021,” ucapnya.
Perseroan juga mencatatkan pertumbuhan Pendapatan Non Bunga yang kuat sebesar 14,2% YoY, yaitu dari Rp8,94 triliun pada kuartal III-2020, menjadi Rp10,21 triliun pada kuartal III-2021. Pertumbuhan Pendapatan Non Bunga ini bersumber dari peningkatan kinerja sumber FBI penting perseroan, seperti Pemeliharaan Kartu Debit dan Rekening yang tumbuh 5,8% YoY dari Rp1,81 triliun pada kuartal III-2020 menjadi Rp1,92 triliun pada kuartal III-2021
Kemudian untuk pendapatan layanan ATM dan e-channel tumbuh 12,4% YoY dari Rp1,01 triliun pada kuartal III-2020, menjadi Rp1,14 triliun pada kuartal III-2021, demikian juga FBI dari layanan Trade Finance yang meningkat 19,8% YoY dari Rp901 miliar pada kuartal III-2020, menjadi Rp1,08 triliun pada kuartal III-2021, serta pendapatan komisi dari Marketable Securities yang tumbuh 54,4% YoY dari Rp1,04 triliun pada kuartal III-2020, menjadi Rp1,59 triliun pada kuartal III-2021. (*)
Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengapresiasi kesiapan PLN dalam… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan telah melaporkan hingga 20 Desember 2024, Indonesia Anti-Scam… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik penambahan sebanyak dua juta investor di pasar… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) masih mengkaji ihwal kenaikan PPN 12 persen… Read More
Jakarta – Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Senin, 23 Desember 2024, ditutup… Read More