Jakarta – Mandiri Sekuritas memproyeksikan nilai tukar rupiah akan kembali berada di bawah Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) di kuartal III 2024.
Chief Economist Mandiri Sekuritas Rangga Cipta mengatakan, penguatan rupiah tersebut disebabkan oleh sinyal the Fed yang akan memangkas suku bunganya atau Fed Fund Rate (FFR) lebih cepat.
Bahkan, pemangkasan FFR bisa lebih banyak ketimbang ekpektasi awal yang hanya sebesar 25 basis poin (bps) di tahun ini akibat adanya potensi resesi AS semakin meningkat. Adapun saat ini FFR berada di level 5,5 persen.
Baca juga : Akhir Juli 2024, Nilai Tukar Rupiah Menguat Tipis 0,52 Persen
“Semakin besar harapan pemangkasan suku uang the Fed, seharusnya ini akan baik untuk rupiah. Makanya kita lihat mungkin di semester II 2024 seharusnya rupiah akan lebih kuat. Di Mandiri Sekuritas kita melihat di kuartal III, mungkin rupiah bisa menguat di bawah Rp16.000, mungkin kisaran Rp15.900,” ujar Rangga dalam Economic and Market Outlook Semester II 2024, Rabu 7 Agustus 2024.
Meski begitu, kata Rangga, di kuartal IV 2024 rupiah bisa kembali melemah atau beradai diatas Rp16.000 per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh sentimen di global maupun domestik.
Dari sisi global, adanya pemilu AS pada November 2024, dimana berdasarkan survei, Donald Trump lebih unggul dan berpotensi menang menimbulkan kekhawatiran bahwa AS akan lebih agresif terhadap China.
Baca juga : Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Pengaruhi Industri Reasuransi? Ini Jawaban Bos Indonesia Re
“Kita tahu bahwa ekspor kita ke China itu hampir 25 persen, jadi kalau ekonomi Amerika dan China keganggu pasti ekspor kita kesana juga terganggu, itu jadi yang mungkin bisa melemahkan rupiah di kuartal IV,” ungkapnya.
Dari sisi domestik, ketidakpastian atas pengumuman atau kabinet yang dipilih mendatang oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto menimbulkan wait and see para pelaku usaha.
“Orang pasti akan menunggu-nunggu saya kira apakah sosok yang dipilih Prabowo itu bisa mengakomodir kepentingan bisnis jadi mungkin saya lihat lebih ke arah ketidakpastian,” jelasnya.
Namun, jika kabinet yang dipilih bisa diterima oleh pasar, maka itu bisa mengkompensasi sentimen negatif dari global. Sehingga, jika rupiah melemah tidak akan sampai pada level Rp16.500 per dolar AS, tetapi masih berada dikisaran Rp16.000 – Rp16.100.
“Tapi di kuartal 4 kita melihat mungkin akan ada pressure lagi di rupiah, karena faktor yang tadi saya sebutkan, sehingga mungkin bisa kembali ke kisaran Rp16.000,” pungkasnya. (*)
Editor : Galih Pratama
Jakarta - UOB Indonesia memandang pentingnya literasi keuangan untuk membantu masyarakat memahami dan mengelola keuangan pribadi… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa penghapusan utang kredit usaha mikro, kecil, dan… Read More
Tangerang - PT Terang Dunia Internusa Tbk, menyiapkan sejumlah strategi khusus menghadapi pelemahan daya beli… Read More
Jakarta - Kasus yang menimpa PT Investree Radhika Jaya atau Investree menyita perhatian masyarakat, dianggap… Read More
Jakarta - Istilah open banking mengacu kepada aksesibilitas data yang semakin terbuka, memungkinkan bank untuk… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menggelar Indonesia Knowledge Forum (IKF) 2024, di… Read More