Market Update

MAMI: Reaksi Negatif Konflik Dagang Akan Berkurang

Jakarta — Hingga saat ini pasar finansial global masih terus dipengaruhi oleh sentimen konflik dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Secara jangka pendek, berita baru mengenai konflik dagang, atau tarik-ulur negosiasi antara kedua negara masih saja dapat terjadi yang dapat menyebabkan volatilitas di pasar finansial.

“Namun ke depannya, menurut kami reaksi negatif pasar terhadap berita terbaru mengenai konflik dagang akan semakin berkurang, karena pasar sudah semakin memprice-in (semakin mengekspektasikan) dampak dari konflik dagang,” ujar Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Dimas Ardhinugraha dalam keterangannya, Kamis (15/11).

Sementara itu, terkait Rupiah yang bergerak stabil di kisaran Rp 14.800 – Rp 15.200, di tahun 2019, menurut Dimas, saat ini stabilitas Rupiah merupakan fokus utama pemerintah dan bank sentral. Sebagai contoh Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga 150 bps (1,5 persen) untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Dan sepertinya Bank Indonesia masih akan menaikkan suku bunga lagi.

Selain itu, dari sisi pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menjaga stabilitas Rupiah, terutama dengan cara mengerem impor. Menurut kami Pemerintah dan Bank Indonesia yang lebih proaktif menjaga rupiah, merupakan hal yang positif dan membantu mendukung sentimen pasar dan menjaga stabilitas.

“Namun memang pergerakan Rupiah dalam jangka pendek akan sangat bergantung pada perkembangan sentimen pasar global. Sebagai contoh, baru-baru ini ada kabar positif bahwa bahwa Presiden Trump optimistis bisa mencapai kesepakatan dagang dengan Tiongkok. Kabar ini bisa mengangkat sentimen pasar global menjadi lebih positif dan membuat Rupiah menguat ke level 14.900an dari sebelumnya level 15.000an,” katanya.

Dimas menambahkan, peluang pasar saham dan obligasi Indonesia saat ini masih menawarkan potensi yang atraktif. Kalau kita lihat ada beberapa faktor pendukungnya, yaitu penyesuaian ekspektasi investor terhadap pasar saham Indonesia membuat valuasi pasar saham turun ke level yang atraktif.

“Pasar obligasi juga pada level yang atraktif. Imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun saat ini di kisaran 8,5%, salah satu negara dengan rating investment grade, yang memiliki imbal hasil tertinggi, menjadikan obligasi Indonesia sangat menarik di mata investor asing,” tutupnya. (Ayu Utami)

Risca Vilana

Recent Posts

Joseph Chan Fook Onn Mundur dari Kursi Direktur Bank OCBC NISP

Jakarta - PT Bank OCBC NISP Tbk mengumumkan pengunduran diri salah satu direkturnya, yakni Joseph… Read More

2 hours ago

Transaksi Cashless Bank Mega Syariah Naik Selama Libur Akhir Tahun 2024

Jakarta – Bank Mega Syariah mencatatkan peningkatan transaksi cashless selama periode liburan akhir tahun 2024. Peningkatan ini terlihat… Read More

10 hours ago

Dorong Investasi Asing, Bank Mandiri Promosikan Sektor IT ke Investor Hongkong

Jakarta - Bank Mandiri terus memperkuat daya saing Indonesia dengan mendorong investasi langsung (direct investment)… Read More

12 hours ago

Hapus Kredit Macet UMKM Dikhawatirkan Moral Hazard, Begini Kata Menko Airlangga

Jakarta – Pemerintah mulai mengeksekusi kebijakan penghapusan tagih piutang bagi nasabah UMKM. Kebijakan ini diatur dalam Peraturan… Read More

14 hours ago

Pagar Laut di Tangerang Persulit Nelayan Cari Ikan, DPR: Usut Pihak Bertanggung Jawab!

Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI, Riyono, menyoroti polemik mengenai pagar laut yang terbuat… Read More

14 hours ago

Usia Muda Terbelenggu Utang, Rata-rata Pinjamannya Tembus Rp9 Juta

Jakarta – Kemudahan berutang secara daring rupanya membuat kelompok generasi milenial terjerat belenggu hutang. Rerata pinjamannya… Read More

15 hours ago