Moneter dan Fiskal

Luhut: Perang Dagang Memberikan Keberkahan

Yogyakarta – Perang dagang atau trade war yang terjadi di negara Amerika Serikat (AS) dinilai cukup mengkhawatirkan perekonomian negara emerging market, namun pemikiran tersebut sepertinya berbeda jauh dari pandangan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.

Luhut percaya, perang dagang yang masih berlangsung saat ini masih dapat memberikan dampak positif kepada negara Indonesia. Luhut menilai, dampak dari perang dagang tersebut membuat Indonesia lebih kreatif dan memutar otak untuk lebih selektif dalam melakukan impor dan menggenjot ekspor komoditas.

“Justru (trade war) buat kita ini keberkahan dalam kesulitan. Kami lihat yang selama ini kami royal impor ternyata gak perlu dan bisa diganti seperti palm oil,” kata Luhut setelah menghadiri acara Rakor Pusda dengan tema “Memperkuat Sinergi Dalam Akselerasi Pengembangan Destinasi Pariwisara Prioritas” di Hotel Ambarukmo Yogyakarta, Rabu 29 Agustus 2018.

Baca juga: BI: Perang Dagang Picu Kenaikan Bunga AS

Luhut pun tak ambil pusing mengenai angka defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Indonesia yang saat ini menyentuh 3% terhadap PDB. Dirinya menyebut, ditengah ketidakpastian perang dagang tersebut, Pemerintah masih optimis mampu menekan CAD dengan pariwisata melalui kebijakan bauran Crude Palm Oil (CPO).

Sebagai informasi, Pemerintah memang berupaya keras untuk menekan angka impor melalui kebijakan bauran Crude Palm Oil (CPO) sebanyak 20% terhadap solar atau B20 yang akan dilaksanakan pada September 2018 mendatang.

“Jadi tidak ada masalah, yang kita jaga (CAD) supaya gak lebih dari segitu. Dengan langkah ini keinginan pemerintah untuk tekan CAD dibawah 1% akan tercapai,” tambah Luhut.

Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan atau CAD masih meningkat pada triwulan II 2018. Defisit transaksi berjalan tercatat US$ 8,0 miliar atau 3,0% terhadap PDB pada triwulan II 2018, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan defisit triwulan sebelumnya sebesar US$ 5,7 miliar (2,2% PDB).(*)

Suheriadi

Recent Posts

KPEI Catat Transaksi CCP PUVA Capai USD168 Juta per Akhir Oktober 2024

Jakarta - PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) sebagai Central Counterparty Pasar Uang dan Valuta… Read More

5 hours ago

Analis Rekomendasikan Buy Saham BBNI, Ini Alasannya!

Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI melalui aplikasi wondr by BNI… Read More

5 hours ago

OJK: Peringkat Corporate Governance RI Masih di Bawah Vietnam

Jakarta - Meski masuk jajaran negara G-20 atau negara dengan ekonomi terbesar, Indonesia rupanya masih… Read More

6 hours ago

Gapensi Tolak Keras PPN 12 Persen: Bisa Perlambat Proyek Pemerintah

Jakarta – Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) menolak rencana pemerintah menaikkan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) menjadi… Read More

6 hours ago

IHSG Ditutup Meningkat 1,65 Persen, 299 Saham Hijau

Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Senin, 25 November 2024, ditutup… Read More

6 hours ago

Dari Generasi ke Generasi, Komitmen Universal BPR untuk Tumbuh Berkelanjutan

Jakarta - Universal BPR adalah contoh nyata bagaimana bisnis keluarga dapat berkembang dan beradaptasi dengan… Read More

6 hours ago