LPS: Suku Bunga Acuan Berpotensi Untuk Turun

Jakarta– Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai, laju kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sudah mencapai puncaknya dan potensial untuk menurun seiring perubahan arah The Fed yang lebih dovish dan upaya memberikan ruang kebijakan akomodatif menghadapi risiko perlambatan ekonomi.

Namun, seperti dikutip dalam Laporan Indikator Likuiditas LPS periode Juni 2019 di Jakarta, Senin 24 Juni 2019 menyebutkan, ruang rencana pelonggaran perlu memperhatikan risiko volatilitas di pasar keuangan dan risiko perang dagang yang potensial mempengaruhi kinerja neraca transaksi berjalan.

Dengan dipertahankannya suku bunga acuan BI 7-days reverse repo, maka arah suku bunga antar bank (JIBOR) diperkirakan bergerak dalam range terbatas merespon kondisi likuiditas yang cenderung relatif stabil.

Disisi lain, Rapat komite pembuat kebijakan (FOMC) di Federal Reserve (the Fed) pada 19 Juni 2019 memutuskan untuk menahan bunga di kisaran 2,25–2,50%. Meski nilai median proyeksi The Fed masih menunjukkan tingkat bunga akan bertahan sepanjang tahun, namun separuh dari 17 anggota menunjukkan keinginan untuk menurunkan suku bunga dalam 6 bulan ke depan.

Sejalan dengan pandangan yang makin dovish dari para pengambil keputusan The Fed, para pelaku pasar bahkan mengindikasikan adanya
peluang pemangkasan di akhir atau awal tahun depan antara 25-50 bps. Menurut Fed fund futures per 21 Juni 2019, pada bulan September mendatang, terdapat probabilitas sebesar 68,6% bahwa bunga acuan akan berada di bawah level saat ini.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia periode Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-days Reverse Repo Rate sebesar 6,00%. Keputusan ini diikuti dengan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah dalam upaya menambah ketersediaan likuiditas perbankan dalam pembiayaan ekonomi.

Selanjutnya BI akan terus mencermati kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal dalam mempertimbangkan terbukanya ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya inflasi dan kebutuhan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. (*)

 

Editor: Rezkiana Np

Suheriadi

Recent Posts

Tuntut Gibran Diganti, Ini Respons Presiden Prabowo terhadap Purnawirawan TNI

Jakarta - Penasihat Khusus Presiden Bidang Politik dan Keamanan, Wiranto mengungkapkan, Presiden Prabowo menghargai dan memahani delapan… Read More

29 mins ago

Laba Bank Jago Naik 178 Persen di Kuartal I-2025, Nilainya Segini

Jakarta – PT Bank Jago Tbk mencatatkan laba bersih Rp60 miliar di kuartal I/2025. Angka… Read More

1 hour ago

Rupiah Diprediksi Melemah Akibat Dolar AS yang Kembali Menguat

Jakarta – Nilai tukar rupiah diproyeksikan akan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dipengaruhi oleh sikap Presiden… Read More

3 hours ago

IHSG Hijau Lagi, Analis Prediksi Penguatan Terbatas di Kisaran 6.540–6.750

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka di zona hijau ke level 6.664,85… Read More

3 hours ago

Lewat OJK Infinity 2.0, Ekraf Siap Jadi Penggerak Ekonomi Nasional

Jakarta – Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Otoritas Jasa Keuangan… Read More

4 hours ago

Pasar Modal Indonesia Volatil, OJK: Masih Ada Kepercayaan dari Investor Retail

Jakarta - Saat ini, pasar modal Indonesia tengah menghadapi kondisi yang volatil. Menurut Ketua Dewan… Read More

5 hours ago