Jakarta – Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menegaskan akan terus memberi dukungan penuh bagi siapapun yang ingin menjadi eksportir, baik individu maupun pelaku usaha.
Sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan yang berdiri berdasarkan UU No 2 Tahun 2009, dan bersifat sovereign, LPEI berkomitmen untuk terus memberikan pelatihan pendampingan bagi pelaku usaha, termasuk usaha kecil menengah (UKM) di berbagai daerah.
“LPEI akan membantu siapapun yang ingin menjadi eksportir. Dalam kerangka bisnis milenial, LPEI mendorong start up menjadi UKM yang stabil hingga menjadi pengusaha yang berorientasi ekspor,” ujar Direktur Pelaksana II LPEI, Djoko Retnadi, dalam pernyataannya yang dikutip Senin, 16 November 2020.
Dia mengungkapkan, LPEI sebagai SMV memiliki tugas antara lain memberi pembiayaan baik di luar negeri, dalam negeri, penjaminan, asuransi, dan jasa konsultasi.
Salah satu program Jasa Konsultasi yang dimiliki LPEI yakni Coaching Program for New Exporters (CPNE) yang merupakan program pemberian pelatihan bagi calon eksportir mengenai kegiatan ekspor secara keseluruhan. Dari mulai penjelasan tentang bisnis ekspor, mendampingi hingga bisa ekspor secara langsung atau mandiri.
“Jasa Konsultasi sejak 2015 hingga September 2020 sudah menciptakan 59 eksportir baru, membantu 240 Usaha Menengah Beroirentasi Ekspor untuk masuk Global Marketplace, meningkatkan capacity building dalam bentuk program Desa Devisa, termasuk membantu 17 community development,” ucap Djoko.
Tahap berikutnya, program CPNE LPEI akan di selenggarakan secara virtual berupa kursus untuk calon eksportir baru, pelatihan ekspor tematik, melakukan pertemuan daring bagi alumni CPNE dan pelatihan ekspor rutin. Diharapkan dengan digitalisasi CPNE, LPEI dapat menjangkau peserta hingga seluruh wilayah Indonesia.
Selain itu, Program Jasa Konsultasi LPEI juga melakukan program Marketing Handholding (MH) yang memberikan pendampingan intensif untuk pemasaran produk UKM mitra binaan LPEI guna membuka pasar luar negeri dan meningkatkan nilai ekspor.
Program ini pun sudah berhasil dimana pada tahap pertama Program MH pada tahap pertama, terdapat 44 UKM klaster rempah-rempah, buah dan sayur, serta kelapa dan turunannya. Adapun produk itu ditawarkan melalui Marketplace seperti Alibaba.com.
Selanjutnya pada Program MH tahap dua, sudah terdapat 20 UKM klaster handicraft dan furniture, juga dipasarkan di Marketplace Alibaba.com. Dan pada Program MH tahap ketiga, ada 30 UKM klaster kopi, teh, cokelat, makanan dan minuman dengan Marketplace Tradekey.com.
Untuk memudahkan para calon eksportir dalam melihat peluang pasar di luar negeri dan sebagai bagian dari promosi ke luar negeri, LPEI telah membuat e-katalog mitra binaan orientasi ekspor. E-katalog 2018 sudah berisi 130 mitra binaan. Untuk 2019 dan 2020 masih dilakukan inventarisasi.
“LPEI terbuka dan siap mendukung individu, usaha kecil menengah, untuk menjadi pengusaha yang mampu menembus pasar ekspor. Karena menjadi entrepreneur lebih baik daripada menjadi pegawai,” jelasnya.
Pada saat yang bersamaan, pemilik Klinik Kopi Yogyakarta, Firmansyah menambahkan, bagi mereka yang baru merintis usaha, harus memiliki prinsip bisa memberikan hal baru, inovasi baru, layanan baru, sehingga produk dan layanan bisa diterima konsumen dan pasar. Apalagi persaingan semakin ketat.
“Janganlah jadi follower, tapi jadilah pelopor. Dan janganlah mengikuti tren, tapi ciptakanlah tren, karena perang harga bukanlah penentu dalam persaingan,” ujarnya.
Hal lain yang perlu juga dikelola oleh mereka yang baru merintis usaha adalah selalu melakukan improvisasi dan evaluasi dari setiap produk layanan yang sudah diluncurkan ke pasar. Hal ini menjadi penting untuk melihat, apakah tren konsumen sudah berubah, atau justru ada peluang baru dari perubahan tren yang terjadi di masyarakat yang berpeluang untuk dikembangkan menjadi produk baru atau layanan baru. (*)
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding paylater atau Buy Now Pay Later (BNPL) di perbankan… Read More
Jakarta - Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menargetkan jumlah agen asuransi umum mencapai 500 ribu… Read More
Jakarta – Di tengah fenomena makan tabungan alias mantab akhir-akhir ini, pertumbuhan antara ‘orang-orang tajir’… Read More
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut tren pertumbuhan UMKM cenderung melambat, sejalan dengan risiko kredit UMKM… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti pentingnya peningkatan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia… Read More
Bandung - PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) mengambil langkah agresif untuk mengatasi… Read More