Ekonomi dan Bisnis

LPEI Dorong Pelaku Usaha Komoditas Minyak Atsiri Perluas Pasar Ekspor

Jakarta – Aromaterapi dipercaya menjadi salah satu metode alami untuk meminimalisir gangguan tidur, kondisi stres, depresi dan gangguan imunitas. Minyak atsiri sebagai salah satu bahan dasar utama membuat aromaterapi hadir melengkapi kebutuhan relaksasi masyarakat dunia. Indonesia sebagai negara yang menempati peringkat keenam eksportir minyak atsiri terbesar dunia (setelah India, Amerika Serikat, Perancis, Tiongkok dan Brazil), memiliki keragaman produk minyak atsiri.

Jenis minyak atsiri yang banyak diekspor adalah minyak atsiri berbasis rempah (dari serai, pala, kayu manis, jahem kapulaga, adas, dan cendana) dengan porsi 58,7%, diikuti oleh air distilasi dari essential oil 22,4%, minyak atsiri dari citrus 13,2% dan minyak atsiri dari mint 5,6%. Jenis-jenis minyak atsiri tersebut umumnya digunakan sebagai bahan baku industri, antara lain sebagai bahan perasa dan penguat aroma, parfum, produk rumah tangga dan produk farmasi.

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank terus berupaya mendukung komoditas tersebut agar semakin banyak pelaku usaha minyak atsiri yang dapat menembus pasar ekspor dan perluasan pasar ekspor minyak atsiri. Direktur Pelaksana yang membidangi Indonesia Eximbank Institute (IEB Institute) Agus Windiarto mengatakan, nilai ekspor minyak atsiri Indonesia hingga April 2021 mencapai USD83,9 juta dengan pertumbuhan sebesar 15,5% yoy. Peningkatan ini ditopang oleh meningkatnya harga minyak atsiri yang meroket pada masa pandemi.

“Selama tahun 2020 nilai dan volume ekspor minyak atsiri Indonesia naik masing-masing 16,45% (yoy) dan 14,69% (yoy) mencapai USD215,81 juta dengan volume 7,54 juta ton. Dalam lima tahun terakhir (2016-2020) nilai ekspor minyak atsiri Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan rata-rata tahunan majemuk atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) ekspor minyak atsiri Indonesia ke lima negara tujuan utama berada pada tren positif, kecuali ke Singapura,” ujar Agus Windiarto yang juga merangkap sebagai Corporate Secretary LPEI, Jumat, 6 Agustus 2021.

Berdasarkan kajian yang dihasilkan oleh IEB Institute, pertumbuhan majemuk per tahun atau CAGR nilai ekspor Indonesia selama periode 2016-2020 ke lima negara tujuan utama menunjukkan tren meningkat, yakni ke India naik 10,73% per tahun ke Amerika Serikat naik 4,79% per tahun, ke Perancis naik 2,38% per tahun dan ke Tiongkok naik 5,72% per tahun. Sementara ekspor ke Singapura menunjukkan tren penurunan tipis selama lima tahun terakhir di level -0,35% per tahun. 

Pada tahun 2020, Indonesia memiliki 189 eksportir minyak atsiri yang tersebar di seluruh provinsi dengan total nilai ekspor USD215,81 juta. Jawa Barat merupakan provinsi penyumbang ekspor minyak atsiri terbesar dengan nilai sebesar USD68,92 juta (setara 31,9% total ekspor minyak atsiri Indonesia), diikuti oleh Jawa Tengah sebesar USD36,61 juta (17,0%) dan Sumatera Utara sebesar USD33,24 juta (15,4%). Dari sisi sebaran eksportir, DKI Jakarta memiliki eksportir produk minyak atsiri paling banyak di Indonesia dengan 48 eksportir di 2020, diikuti oleh Jawa Barat (29 eksportir) dan Jawa Timur (24 eksportir).

Di tahun 2020 minat masyarakat terhadap produk minyak atsiri secara global menunjukkan peningkatan cukup tinggi, khususnya di Eropa seperti Prancis, Polandia, Irlandia, Belgia, Spanyol dan Belanda. Fakta ini tentunya menjadi angin segar bagi ekspor Indonesia. Momentum baik bagi komoditas minyak atsiri sebagai bahan penyusun aromaterapi dapat dipertahankan. Selain bahan mentah, para eksportir juga perlu meningkatkan nilai tambah minyak atsiri sehingga nilai ekspornya juga turut terdongkrak.

Menurutnya, meskipun tidak dapat langsung mengatasi COVID-19, namun aromaterapi dipercaya bermanfaat sebagai antiviral, antibakterial dan membantu meningkatkan imunitas tubuh. Melihat kebermanfaatannya dan antusiasme masyarakat global untuk menjaga kesehatan, diharapkan menjadi momentum bagi eksportir untuk meningkatkan ekspornya ke negara tujuan ekspor baik yang existing maupun negara tujuan baru yang potensial sehingga minyak atsiri Indonesia semakin mendunia. (*) 

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Korban PHK Dapat 60 Persen Gaji Selama 6 Bulan di 2025, Begini Detailnya

Jakarta – Pemerintah bakal memberikan bantuan tunai sebagai dukungan kepada para pekerja yang menjadi korban… Read More

9 hours ago

Divonis 15 Tahun Penjara dan Denda Rp1 Miliar, Crazy Rich Budi Said Ajukan Banding

Jakarta – Crazy Rich Surabaya, Budi Said mengajukan banding usai dirinya divonis 15 tahun penjara… Read More

10 hours ago

Top! Pemerintah Beri Diskon 50 Persen Iuran BPJS Ketenagakerjaan di 2025, Ini Ketentuannya

Jakarta - Pemerintah meluncurkan paket kebijakan ekonomi 2025 dengan salah satu langkah utamanya adalah pemberian… Read More

10 hours ago

Indef Soroti Masalah Fiskal yang Bikin Utang RI Makin Bengkak

Jakarta - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J. Rachbini… Read More

12 hours ago

Waskita Beton Precast Raih Kontrak Baru Rp2,22 Triliun per November 2024, Ini Rinciannya

Jakarta - PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) telah mencatatkan capaian positif yang ditandai dengan… Read More

12 hours ago

BOII Targetkan Laba 2025 Naik Dua Kali Lipat di Tengah Kenaikan PPN 12 Persen

Jakarta - Pemerintah resmi menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen.… Read More

16 hours ago