Ekonomi dan Bisnis

LPEI dan PLN Petakan Kebutuhan Listrik Wilayah untuk Peningkatan Ekspor

Jakarta – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) melakukan riset bersama/joint research dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/ Indonesia Eximbank mengenai dampak konsumsi listrik terhadap nilai ekspor dan pemetaan wilayah prioritas sektoral. Kajian bersama ini sebagai tindak lanjut dari penandatanganan kerjasama yang telah dilakukan kedua belah pihak pada 25 Agustus 2021 di Jakarta.

Tujuan dari riset bersama ini adalah untuk memetakan dan menghitung kebutuhan kapasitas listrik wilayah yang memproduksi suatu produk berorientasi ekspor, terutama produk yang berasal dari sektor bernilai tambah seperti 1) makanan & minuman, 2) kayu & furnitur, 3) pulp & kertas, 4) tekstil & produk tekstil, 5) otomotif, 6) alat mekanik & listrik dan 7) alas kaki.

Berdasarkan riset atas 827 sampel perusahaan (data konsumsi listrik dan ekspor dari perusahaan eksportir di Indonesia) dalam kurun waktu Februari 2019 hingga September 2021, maka diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara konsumsi listrik dengan nilai ekspor Indonesia dari ketujuh sektor bernilai tambah.

Kepala Divisi Indonesia Eximbank Institute (IEB Institute) LPEI, Rini Satriani menjelaskan, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa konsumsi listrik dan nilai ekspor sektoral memiliki hubungan dua arah yang signifikan dan saling mempengaruhi. Peningkatan konsumsi listrik sebagai salah satu input produksi secara langsung dapat meningkatkan nilai ekspor.

“Di sisi lain, ketika terjadi peningkatan permintaan global, maka nilai ekspor akan meningkat, sehingga turut mengungkit permintaan konsumsi listrik,” ujarnya seperti dikutip di Jakarta, 23 Juni 2022.

Ia menuturkan, bahwa konsumsi listrik memiliki dampak berupa nilai elastisitas yang positif terhadap peningkatan nilai ekspor Indonesia di tingkat sektoral dan wilayah. Beberapa wilayah di Indonesia bahkan memiliki nilai elastisitas di atas satu (>1) terhadap nilai ekspor sektoral, yang artinya bahwa setiap penambahan konsumsi listrik dapat mendorong peningkatan nilai ekspor suatu wilayah/sektoral.

Sebagai contoh, Provinsi Banten memiliki nilai elastisitas yang positif sebesar 1,13% terhadap nilai ekspor sektor makanan dan minuman (sektor mamin) dari wilayah tersebut. Artinya, jika terdapat penambahan listrik sebesar 1% pada sektor mamin, maka nilai ekspor sektor mamin akan meningkat sebesar 1,13%. Dengan demikian, hasil pengukuran elastisitas dapat mencerminkan pentingnya peran listrik sebagai salah satu input produksi industri berorientasi ekspor dalam meningkatkan nilai ekspor sektoral Indonesia, khususnya pada sektor-sektor yang memiliki nilai tambah.

“Hasil riset ini membuktikan pasokan listrik yang andal mampu mendukung aktivitas perekonomian nasional, terutama kegiatan ekspor. PT PLN (Persero) terus berkomitmen untuk menyediakan pelayanan listrik yang berkelanjutan dan terjangkau bagi para pelaku industri, khususnya berorientasi ekspor,” ungkap Executive Vice President Keuangan Korporat PT PLN (Persero), Teguh Widhi Harsono.

PT PLN (Persero) saat ini memiliki program-program untuk meningkatkan layanan penyediaan listrik antara lain adalah program layanan penyambungan baru (PB), layanan tambah daya (PD) dengan promo-promo sesuai tema terkini, layanan penyambungan sementara (PS), layanan listrik andal dan tanpa kedip yang lebih efisien, penjualan energi bersih melalui Renewable Energy Certificate (REC), hingga layanan listrik untuk pengguna kendaraan listrik (EV).

Selain itu, PLN menyediakan aplikasi PLN Mobile yang mendukung kebutuhan pelanggan melalui layanan berbasis online dari layanan keluhan dan gangguan, layanan permohonan PD/PB/PS, swacam, layanan internet Iconnet, layanan gangguan instalasi melalui listriQu, hingga marketplace.

PT PLN (Persero) dan LPEI akan terus berkolaborasi serta bersinergi dalam riset-riset bersama guna mendorong ekspor Indonesia dan mendukung produk-produk Indonesia agar mampu bersaing di pasar global serta memperkuat basis perekonomian nasional. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Kredit UMKM Kian Melambat, OJK Beberkan Penyebabnya

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut tren pertumbuhan UMKM cenderung melambat, sejalan dengan risiko kredit UMKM… Read More

7 mins ago

OJK Ungkap Dampak Negatif Perbedaan Inklusi dan Literasi Keuangan Indonesia

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti pentingnya peningkatan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia… Read More

19 mins ago

Sektor Otomotif Lesu, Adira Finance Banting Setir

Bandung - PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) mengambil langkah agresif untuk mengatasi… Read More

43 mins ago

IHSG Turun 1,73 Persen Pekan Lalu, 5 Saham Ini jadi Pemberatnya

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan mengalami penurunan sebesar 1,73 persen di… Read More

55 mins ago

Investor Simak! 3 Sentimen Berikut Bakal Pengaruhi Gerak IHSG Pekan Ini

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan yang signifikan pada periode pekan lalu… Read More

1 hour ago

OJK Terbitkan POJK Tentang Kegiatan Usaha Bulion, Ini Isinya

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 17 Tahun… Read More

1 hour ago