Perbankan

Likuiditas Perbankan RI Banjir, Tapi Waspadai Dua Ancaman Ini

Jakarta – Perbankan di Indonesia dinilai cukup kuat dari sisi permodalan dan likuiditas. Sehingga mampu bertahan terhadap ancaman krisis perbankan seperti yang terjadi di Amerika Serikat (AS) hingga Eropa. Hal ini, tercermin dari CAR (Capital Adequacy Ratio) perbankan RI sebesar 26,10% per Maret 2023.

Robohnya Silicon Valley Bank (SVB) di AS, disebabkan tak lain karena mismatch. Selama pandemi COVID-19, SVB mempunyai arus likuiditas yang deras. Bahkan, simpanan yang masuk ke “brankas” SVB tiga kali lebih besar. Sementara, likuiditasnya sebagian besar ditaruh pada US T-Bill – surat berharga pemerintah AS. Tidak salah karena US T-Bill ini aman. Namun, karena Fed Fund Rate (FFR) naik, maka US T-Bill merosot.

Akibatnya SVB rugi hingga US$1,8 miliar dan tak mampu mengumpulkan modal. Dan, celakanya para nasabah pemilik uang mulai mengambil dananya. Pengambilan dana terjadi terus-menerus, sehingga SVB tak kuat lagi menanggung derita likuiditas.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, kesehatan perbankan Indonesia memang masih dalam taraf yang baik. Akan tetapi, gelombang buruk perbankan global memberikan dampak tak langsung, yang mana mengharuskan sistem keuangan lebih berhati-hati.

Nailul menambahkan, kolapsnya beberapa bank di global telah menimbulkan setidaknya dua ancaman krisis bagi perbankan, yaitu kepercayaan deposan dan tingkat suku bunga bank yang tetap naik.

“Jangan sampai bank kita masuk dalam jajaran bank yang sakit karena kepercayaan ke sistem perbankan berkurang,” ungkap Nailul saat dihubungi Infobanknews, dikutip, Rabu, 12 April 2023.

Menurut Nailul, Bank Indonesia (BI) harus menahan tingkat suku bunga lagi, karena perbankan harus diberikan kelonggaran. Terlebih tingkat inflasi juga bisa dikendalikan melalui kebijakan fiskal. “Bank Indonesia harusnya menahan suku bunga lagi, jangan dinaikkan karena perbankan harus diberikan kelonggaran,” katanya.

Seperti diketahui, BI telah menahan suku bunga acuannya di level 5,75% sejak Februari 2023. BI menilai suku bunga tersebut telah memadai dalam meredam inflasi, sehingga tidak diperlukan lagi untuk mengerek suku bunganya. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Irawati

Recent Posts

HBAP Kantongi Pinjaman Rp19,24 Trliun dari Bank Mandiri, untuk Apa?

Jakarta - Dalam mendukung pemerataan dan pemenuhan kebutuhan listrik nasional, Bank Mandiri jalin kemitraan strategis… Read More

3 mins ago

United Tractors (UNTR) Mau Bagikan Dividen Interim Rp2,42 Triliun, Simak Jadwalnya

Jakarta - PT United Tractors Tbk (UNTR) sebagai emiten distributor alat berat mengumumkan akan melakukan… Read More

20 mins ago

LPS Pertahankan Tingkat Bunga Penjaminan Demi Menjaga Stabilitas Sistem Perbankan

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa tengah menyampaikan keterangansaat konferensi pers terkait penetapan Tingkat… Read More

1 hour ago

AAUI Ungkap Peluang Usaha Menjanjikan di Era Prabowo-Gibran, Ini Daftarnya

Jakarta - Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memproyeksikan sejumlah peluang usaha asuransi umum yang memiliki… Read More

2 hours ago

Naik 9,4 Persen, Laba Bersih Sarana Menara Nusantara jadi Rp1,60 Triliun di Semester I 2024

Jakarta - PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mencatatkan laba bersih Rp1,60 triliun di semester… Read More

3 hours ago

Program 3 Juta Rumah Prabowo, SMF Rekomendasikan Intervensi Khusus

Lampung - Program 3 juta rumah yang digaungkan presiden terpilih Prabowo Subianto terbilang ambisius. Untuk… Read More

4 hours ago