Pembiayaan kendaraan; Lesu. (Foto: Erman Subekti).
Menurunnya gairah penjualan otomotif ikut mengoreksi pertumbuhan pembiayaan di multifinance menjadi sekitar 5%. Hingga Q1 2015, pembiayaan hanya tumbuh 4,92%. Apriyani Kurniasih.
Jakarta–Berkah lebaran yang diikuti dengan naiknya penjualan kendaraan tak lagi dirasakan oleh industri otomotif. Hal ini tentu berdampak pula kepada industri multifinance. Menurunnya gairah penjualan kendaraan yang merupakan dampak dari lesunya ekonomi berimbas kepada lesunya pembiayaan kendaraan tahun ini.
Menurunnya penjualan kendaraan yang disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat juga dibarengi oleh momen lebaran yang berbarengan dengan momentum tahun ajaran baru. Hal ini membuat orang lebih memprioritaskan dananya untuk persiapan masuk sekolah ketimbang membeli kendaraan.
Sebastianus H. Budi, Direktur Utama Andalan Finance menuturkan bahwa musim lebaran tahun ini angka pembiayaan tak mengalami lonjakan seperti tahun-tahun sebelumnya. “Tahun ini hanya flat saja” imbuhnya.
Masih kata Sebastianus, dirinya berharap rata-rata pembiayaan per bulan tahun ini bisa mencapai Rp450 miliar, atau meningkat dari tahun lalu yang sebesar Rp300 miliar. Untuk mengejar target tersebut, Andalan Finance memfokuskan pembiayaanya pada pasar pembiayaan mobil bekas yang dinilai lebih stabil ketimbang pembiayaan mobil baru.
Lesunya pembiayaan kendaraan juga diakui oleh Wiwie Kurnia, Presiden Direktur Mega Central Finance (MCF). Menurutnya, pembiayaan kendaraan tahun ini berpotensi mengalami koreksi. Kondisi ini merupakan imbas dari perlambatan ekonomi yang terjadi.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), piutang pembiayaan (neto) perusahaan pembiayaan hingga triwulan I 2015 hanya membukukan pertumbuhan sebesar 4,92% menjadi Rp369,80 triliun. Sementara, piutang pembiayaan dari pembiayaan konsumen (consumer finance) yang didominasi oleh pembiayaan kendaraan tercatat mencapai 7,14% (secara year on year/yoy ) menjadi Rp246,14 triliun. Pangsa dari pembiayaan konsumen mencapai 66,56% terhadap total piutang pembiayaan. Masih berdasarkan data OJK, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan per April 2015 hanya tumbuh sebesar 7,01% secara yoy.
Memang, ada sejumlah stimulus yang bisa dimanfaatkan oleh industri pembiayaan, diantaranya adalah perluasan usaha dan pelonggaran Loan to Value (LTV). Hanya saja, keduanya belum bisa menstimulus pembiayaan di perusahaan pembiayaan. Perluasan usaha misalnya, belum terealisasi secara maksimal. Sejumlah multifinance masih mempelajari risikonya mengingat terjadi penurunan daya beli yang pasti dibarengi dengan meningkatnya risiko. Sementara, untuk pelonggaran LTV imbasnya tidak cukup signifikan dalam mendongkrak pembiayaan. Lagi-lagi karena adanya penurunan daya beli tadi.
Kondisi ini membuat proyeksi pertumbuhan pembiayaan kembali direvisi. Wiwie memproyeksikan, pertumbuhan pembiayaan kendaraan tahun ini hanya akan mencapai sekitar 5% hingga 8% atau menurun dari target awal yang sekitar 10%.
Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More
Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More
Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More
Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More
Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More
Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More