Jakarta – Ekonomi AS ternyata mencatatkan kinerja yang lebih baik, melampaui ekspektasi yang ada untuk akhir tahun kemarin. Kinerja yang cukup cemerlang ini terjadi di tengah peningkatan biaya pinjaman dan biaya hidup di AS.
Ekonomi AS tumbuh 2,9% secara tahunan pada kuartal keempat akhir tahun lalu, seperti dilansir dari BBC, Senin, 30 Januari 2023.
Pertumbuhan itu memang turun 3,2% dibanding kuartal sebelumnya, ketika penjualan rumah dan sektor konstruksi mengalami tren penurunan.
Beberapa analis sempat menyampaikan kekhawatirannya terkait ekonomi AS yang tengah menuju jurang resesi, meskipun pasar tenaga kerja tengah menunjukkan tren peningkatan.
Tingkat pengangguran di AS tercatat berada pada level terendah dalam sejarah, namun sektor ekonomi lainnya berada pada tren pelemahan.
Di bulan Desember, yang biasanya tingkat konsumsi masyarakat berada pada level tertinggi, malah mengalami penurunan. Hal itu dapat dilihat dari penjualan retail yang turun 1,1% dari bulan sebelumnya.
Di samping itu, sektor manufaktur juga tercatat alami pelemahan, yang dibarengi dengan penurunan harga-harga saham secara tajam di tahun lalu.
Dalam laporan yang diterbitkan Kamis lalu, sektor perumahan yang sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga, dilaporkan mengalami penurunan kinerja hingga hampir 27% pada kuartal terakhir tahun 2022. Dimana hal ini juga didorong oleh penurunan pembangunan hunian baru. Namun demikian, tingkat belanja konsumen sebagai pendorong utama kinerja ekonomi AS tetap menunjukkan pertumbuhan yang solid, walaupun mengalami perlambatan.
Sementara dalam periode satu tahun penuh di 2022, ekonomi AS tercatat mengalami pertumbuhan 2,1%. Turun dari tahun sebelumnya yang tercatat bertumbuh hingga 5,9%, yang menjadikannya pertumbuhan kinerja ekonomi AS tercepat sejak 1984.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan tersebut membuat harga-harga barang melonjak, yang kemudian membuat bank sentral AS harus mengintervensi pasar melalui kebijakan moneternya untuk membawa harga-harga barang kembali stabil.
Tahun lalu, bank sentral AS, the Federal Reserve atau The Fed, menaikkan suku bunga acuan dari hampir 0% ke lebih dari 4%. Menjadikannya kenaikan suku bunga tertinggi dalam 15 tahun terakhir.
Para pejabat The Fed pun menyampaikan bahwa mereka tetap berharap agar perekonomian AS bisa beradaptasi dengan kenaikan suku bunga yang ada hingga tingkat suku bunga dapat kembali turun ke posisi normal (soft landing).
“Selama hampir setahun, The Fed terus mencoba untuk mencapai soft landing dengan menaikkan level suku bunga untuk masa waktu yang singkat, yang cukup untuk menurunkan inflasi tanpa harus menyebabkan resesi. Ini jelas bahwa kondisi perekonomian AS tetap kuat di tengah upaya The Fed untuk menurunkan tingkat suku bunga,” ujar Richard Flynn selaku managing director di Charles Schwab UK, dikutip dari BBC. Steven Widjaja
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More