“Paduka”. Sebutan ini barangkali kerap terdengar ribuan tahun silam pada zaman kerajaan nusantara. Biasanya, Paduka merupakan sebutan kehormatan yang ditujukan untuk raja atau bangsawan. Akan tetapi, di industri asuransi umum Indonesia, ada satu pria yang sering dipanggil Paduka oleh orang-orang di sekitarnya – sebutan yang tidak umum di zaman sekarang. Ialah Budi Herawan, Direktur Utama Asuransi Candi Utama sekaligus Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI).
“Saya selalu menghormati semua lapisan orang, hormat terhadap siapapun. Lalu, saya melihat salah satu film dulu, ada kata-kata Sri Paduka. Kemudian, kata Paduka itu saya gunakan (untuk panggilan) ke semua orang, maksudnya untuk menghormati mereka. Kemudian, mereka malah berbalik manggil saya Paduka juga,” kata Budi, menceritakan asal-usul tersematnya panggilan Paduka untuk dirinya, kepada Infobank, di coffee shop kawasan Kuningan, Jakarta, Senin, 20 Januari 2024.
Budi bercerita tentang pentingnya menghormati sesama. Selain itu, menghormati orang lain tidak mempunyai tolak ukur. Rasa hormat datang dari hati nurani, atau dari dalam diri seseorang dengan tulus, bukan karena paksaan atau kepentingan tertentu. Sikap menghormati juga harus dimiliki seorang leader untuk membangun kepercayaan dan integritas.
Baca juga: OJK Terbitkan 5 Aturan Baru Terkait Industri Asuransi-Dana Pensiun, Ini Rinciannya
Kendati begitu, kalau dilihat dari silsilah keluarga, sejatinya pria kelahiran Jakarta, 2 Oktober 1961 ini adalah keturunan ningrat. Sang Ibu mewariskan “darah biru” dari salah satu Raja terkemuka di pulau Jawa, serta darah pejuang dari pahlawan nasional Indonesia, seperti Mohammad Husni Thamrin dan Abdul Rachman Saleh.
Meski keturunan bangsawan, Budi merasa biasa saja. Ia tidak pamer atau memanfaatkannya untuk memperoleh kekuasan. Justru, ia lebih memilih low profile dan tetap rendah hati. Di industri asuransi umum pun, Budi meniti kariernya dari nol.
Kedua orang tua merupakan sosok utama di balik suksesnya karier seorang Budi saat ini. Selain dukungan, orang tua turut berperan besar menanamkan nilai-nilai kehidupan, leadership dan spiritual. Budi juga anak tunggal yang dididik dengan keras. Keras dalam arti, ia tidak dimanja meskipun menjadi anak satu-satunya. Ayahnya, yang pernah menjabat di lembaga pemerintah, mendidiknya untuk mandiri, dan mampu survive dalam menghadapi masa sulit.
“Orang tua juga berpesan jaga integritas. Kerja dimanapun harus menjaga integritas, karena kejujuran adalah kunci dari segalanya. Itu saja yang saya pegang hingga saat ini. Kalau mau dipercaya orang harus punya integritas,” tutur Budi.
Baca juga: AAUI Masih Kaji Dampak hingga Pengetatan Aturan Pasca Putusan MK Pasal 251 KUHD
Nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua, tampaknya sejalan dengan filosofi dari peci atau kopiah hitam yang selalu dikenakan Budi sejak tujuh tahun lalu. Budi amat lekat dengan peci hitam. Ia kerap mengenakan peci hitam dalam tiap kesempatan, terutama saat bekerja. Peci hitamnya itu ia anggap sebagai pengingat diri dan sebuah lambang kebijaksanaan.
“Kopiah bukan identik dengan satu agama saja, tetapi menonjolkan budaya Indonesia. Seperti pemimpin bangsa terdahulu yang memakai kopiah hitam. Menurut saya, kopiah hitam ini punya filosofi bahwa pemimpin tidak boleh berbuat hal buruk dan harus memegang nilai kejujuran. Jadi mungkin itu yang menjadi trigger saya kenapa (suka) pakai kopiah,” ungkap pria yang pernah menjabat sebagai Komisaris Independen Asuransi Bintang, Direktur Marketing Asuransi Bosowa Periskop dan Presiden Direktur Asuransi Victoria ini.
Baca selengkapnya Profil Budi Herawan dalam Majalah Infobank Nomor 562 Edisi Februari 2025. (*)