Nasional

Laporkan Sri Mulyani Rp258 M, Ombudsman Tunggu Putusan Presiden

Jakarta – Ketua Ombudsman Mokhammad Najih masih menunggu kabar Presiden Joko Widodo dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terkait aduan masyarakat mengenai  maladministrasi atas belum dilaksanakannya putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap oleh Kementrian Keuangan dan pihak terkait.

“Kami masih menunggu dalam waktu 60 hari reaksi atau putusan Presiden dan juga DPR atas apa yang aktan dilakukan untuk Kementrian Keuangan, “ ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu, 15 Maret 2023.

Bagi Ombudsman sendiri, pelaksanaan putusan pengadilan tersebut merupakan satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Kementrian Keuangan dibawah kendali Sri Mulyani. Apalagi kata dia pelaksanan tersebut sudah melalui putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap. 

“Kita menunggu bagaimana sikap keteladanan dan kenegarawan dari pemerintah untuk memberikan contoh kepada masyatakat atas kepatuhan hukum dan keputusan pengadilan,” ucapnya. 

Sebelumnya, Ombudsman RI telah menerbitkan surat rekomendasi mengenai laporan masyarakat tersebut kepada Sri Mulyani. Surat rekomendasi tersebut bernomor register 001RM03.01/IX2022 yang dikeluarkan Ombudsman pada 13 September 2022.

Adapun rekomendasi yang dikeluarkan Ombudsman tersebut sebagaimana yang diatur dalam Pasal 38 Ayat (1) Tahun 2008 tentang Ombudsman RI.

“Dalam surat laporan tersebut ada 9 putusan pengadilan, yang mewajibkan Menteri Keuangan untuk melakukan pembayaran sejumlah uang kepada para terlapor dengan total pembayaran Rp258 miliar, “ jelasnya.

Pihak Kementrian Keuangan sendiri telah memberikan tanggapan tertulis pada 11 Desember 2022. 

Surat tersebut pada intinya menyampaikan tentang implementasi rekomendasi ombudsman masih menunggu dilakukan review atas putusan-putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap oleh tim pemenuhan kewajiban negara.

Sesuai dengan UU No.37 Tahun 2008 pihaknya menegaskan bahwa rekomendasi ombudsman mengikat dan wajib dilaksanakan oleh pihak Kementrian Keuangan dan pihak terkait. 

Lanjutnya, apabila tidak dilaksanakan maka di dalam UU tersebut disebutkan bahwa Presiden dan DPR sebagai level tertinggi dapat mengambil langkah-langkah putusan dalam memberikan sanksi  secara administratip kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani. 

“Misalnya memberhentikan posisinya sebagai Menteri Keuangan dan sebagainya, tergantung dengan keputusan Presiden atau DPR,” tegasnya. (*)

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

3 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

4 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

6 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

7 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

7 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

10 hours ago