Moneter dan Fiskal

Langkah BI Jaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Jakarta – Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Juda Agung mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian masih tumbuh kuat yang didorong oleh permintaan domestik. Hal ini perlu dijaga dengan memperluas sumber-sumber perekonomian domestik, termasuk dukungan dari sektor keuangan khususnya kredit perbankan.

Pasalnya, dari sisi ekspor, Indonesia sudah mengalami penurunan dikarenakan perekonomian Tiongkok yang melemah. Di mana mayoritas ekspor RI ditujukan ke Tiongkok.

Baca juga: BI Jamin Kebijakan Insentif Likuiditas Tak Akan Ganggu Stabilitas Sistem Keuangan

“Tantangannya bagi kita ke depan bagaimana agar mometum pertumbuhan ekonomi pasca Covid dapat terus terpelihara di tengah tadi tantangan Tiongkok. Sehingga ekspor kita berisiko mengalami pelemahan dan juga harga-harga komoditas sekarang ini sudah mulai menunjukkan perlambatan,” kata Juda dalam Seminar Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial, Rabu, 13 September 2023.

Dalam hal ini, BI memperkuat stimulus kebijakan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan melalui implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) bagi perbankan. 

Kebijakan ini salah satunya menetapkan untuk menambah besaran total insentif, yaitu paling besar 4 persen (400 bps), atau meningkat dari sebelumnya paling besar 2,8 persen (280 bps) atau senilai Rp158 triliun.

Seperti diketahui, kredit perbankan pada Juli 2023 tercatat sebesar 8,54 persen, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 7,7 persen.

Namun, Juda menilai, penyaluran kredit masih perlu didorong agar sesuai dengan upaya dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

“Dan ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan rencana bisnis bank (RBB) yang secara rata-rata di atas 11 persen. Bank-bank besar pun juga di atas 11 persen,” ungkapnya.

Baca juga: Begini Strategi Bank Mandiri Dalam Menjaga Likuiditas

Untuk itu, BI melakukan pengiuatan stimulus bagi perbankan dengan menerbitkan kebijakan insentif makroprudensial. Yang mana akan menambah insentif likuiditas bagi pervankan sebesar Rp158 triliun yang sebelumnya sebesar Rp108 triliun.

“Kami lebih konservatif, perkiraan BI kredit 9-11 persen insya Allah tercapai. Untuk dasar itu kami di BI melakukan penguatan stimulus bagi perbankan dengan menerbitkan kebijakan insentif makroprudensial yang akan berlaku 1 Oktober 2023,” imbuhnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Rapor Kinerja AUKSI 2024: Pelanggan Baru Naik 32 Persen, Transaksi Tumbuh 18 Persen

Jakarta – PT Balai Lelang Asta Nara Jaya (AUKSI) mencatat kinerja solid di 2024. Hal… Read More

8 mins ago

Begini Strategi MPMRent Hadapi Persaingan Bisnis Sepanjang 2025

Jakarta - PT Mitra Pinasthika Mustika Rent (MPMRent) menerapkan sejumlah strategi dalam menghadapi persaingan bisnis… Read More

17 mins ago

Rupiah Diproyeksi Berada di Level Rp16.800-Rp17.000 per Dolar AS

Jakarta - Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto memproyeksikan nilai tukar… Read More

49 mins ago

Jurus MPMInsurance dalam Meningkatkan Kecepatan dan Aksesibilitas Nasabah

Jakarta – Sejumlah jurus dilakukan PT Asuransi Mitra Pelindung Mustika (MPMInsurance) dalam menjawab ekspektasi konsumen… Read More

1 hour ago

Bisnis Bullion Jadi Incaran, OJK Ungkap Siapa yang Boleh Terlibat

Jakarta – Bisnis bullion atau emas batangan semakin menarik minat sejumlah lembaga jasa keuangan (LJK).… Read More

1 hour ago

Jaga Stabilitas Rupiah, BI Diproyeksi Akan Tahan Suku Bunga di Level 5,75 Persen

Jakarta - Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto memproyeksikan Bank Indonesia… Read More

2 hours ago