Jakarta – Kinerja solid berhasil ditunjukkan Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) sampai dengan September 2024 (triwulan III 2024). Bank ini mampu mencetak pertumbuhan laba yang signifikan serta kualitas kredit yang baik. Hanya saja, tantangan tampak terlihat pada efisiensi operasional dan efektivitas fungsi intermediasi.
Mengutip laporan keuangan publikasi periode September 2024 pada Rabu, 13 November 2024, SCBI membukukan laba bersih Rp412 miliar atau tumbuh 62,75 persen secara tahunan (yoy). Tumbuhnya laba ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang naik 16,21 persen, menjadi Rp2,10 triliun.
Pendapatan bunga bersih yang mengembang itu merupakan hasil dari peningkatan pendapatan bunga sebesar 19,10 persen, menjadi Rp3,24 triliun, yang diikuti dengan kenaikan beban bunga 24,88 persen, menjadi Rp1,13 triliun.
Pendapatan bunga yang tumbuh solid turut memperbaiki net interest margin (NIM) bank yang dipimpin Rino Santodiono Donosepoetro sebagai chief executive officer (CEO) ini menjadi 4,68 persen dari sebelumnya 3,79 persen. Perbaikan NIM ini mencerminkan efisiensi SCBI dalam pengelolaan aset produktif yang menghasilkan bunga.
Baca juga: Daaz Bara Lestari Optimistis Pendapatan Naik 20 Persen di Akhir 2024, Begini Strateginya
Dari sisi efisiensi operasional, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) SCBI mengalami sedikit peningkatan dari 86,67 persen menjadi 89,03 persen. Peningkatan ini menjadi refleksi dari membengkaknya biaya operasional lainnya yang mencapai Rp1,50 triliun atau naik 20,89 persen.
Meski begitu, kenaikan BOPO ini masih dalam batas wajar, kendati sedikit mengurangi tingkat efisiensi bank dibandingkan tahun sebelumnya.
Lebih jauh, kualitas kredit SCBI makin baik dengan penurunan rasio kredit bermasalah (NPL). NPL gross turun dari 2,44 persen menjadi 2,40 persen, dan NPL net turun signifikan dari 0,68 persen menjadi 0,31 persen.
Kedua rasio itu berada jauh di bawah batas aman 5 persen. Hal ini mencerminkan ketahanan SCBI dalam menjaga kualitas asetnya dan mengelola risiko kredit dengan baik di tengah tantangan ekonomi yang fluktuatif.
Tapi, rasio loan to deposit ratio (LDR) mengalami penurunan cukup dalam dari 63,63 persen pada September 2023 menjadi 49,54 persen di September 2024. Angka LDR ini berada jauh di bawah rentang ideal yaitu 78 persen-92 persen, yang menandakan SCBI memiliki likuiditas yang cukup, namun belum optimal dalam penyaluran kredit.
Penurunan LDR itu sejalan dengan turunnya penyaluran kredit SCBI sebesar 23,70 persen, menjadi Rp24,03 triliun, meskipun dana pihak ketiga (DPK) tumbuh positif sebesar 13,87 persen, menjadi Rp51,09 triliun.
Baca juga: IPO Newport Marine Services Catat Oversubscribed 60,51 Kali
Pada akhir September 2024, SCBI Indonesia membukukan total aset Rp91,72 triliun atau tumbuh 4,50 persen dari September 2023 yang sebesar Rp84,77 triliun.
Sementara, permodalan SCBI terlihat tetap kuat dengan capital adequacy ratio (CAR) yang meningkat dari 22,83 persen menjadi 24,41 persen. Hal ini memberi landasan kuat untuk mendukung pertumbuhan SCBI ke depan.
Adapun rasio return on assets (ROA) sedikit menurun dari 0,94 persen menjadi 0,89 persen, sedangkan return on equity (ROE) meningkat dari 3,07 persen menjadi 4,75 persen, menunjukkan peningkatan dalam pengembalian modal yang lebih tinggi bagi para pemegang saham. (*) Ari Nugroho
Jakarta – Rencana aksi korporasi BTN untuk mengakuisisi bank syariah lain masih belum menemukan titik terang. Otoritas… Read More
Suasana saat penandatanganan strategis antara Dana Pensiun Lembaga Keuangan PT AXA Mandiri Financial Services (DPLK… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal kedatangan satu perusahaan dengan kategori lighthouse yang… Read More
Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menyatakan bahwa Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang… Read More
Jakarta - Zurich Topas Life berhasil mencatat kinerja yang solid hingga September 2024, dengan kontribusi… Read More
Jakarta - Fenomena judi online (judol) di Indonesia kian marak, ditandai dengan lonjakan transaksi hingga… Read More