Jakarta – PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) mencatat rekor laba bersih sebesar US$37,8 juta dan pendapatan sebesar US$194,4 juta untuk kinerja tahun 2020. Jumlah tersebut meningkat tajam dibandingkan dengan laba bersih tahun sebelumnya sebesar US$21,2 juta dan pendapatan sebesar US$101,5 juta.
Mengutip laporan keuangan yang dipublikasi perusahaan, Senin, 7 Juni 2021, Dikarenakan kondisi pasar tahun 2020 yang penuh tantangan, Perseroan mencatatkan beberapa pos luar biasa dan/atau non tunai. Dengan penyesuaian tersebut, laba bersih yang
disesuaikan adalah US$49,1 juta untuk tahun 2020 dan US$16,7 juta untuk tahun 2019, meningkat 194,0% untuk periode tersebut.
“Pada saat yang sama, EBITDA meningkat dari US$54,3 juta menjadi US$119,6 juta, meningkat sebesar 120,2 %,” kata kata Direktur Utama BULL Wong Kevin.
Selama tahun 2020 sendiri, BULL menambah jumlah kapal dari 25 kapal menjadi 38 kapal. Pada saat yang sama, kapasitas tonase efektifnya meningkat dari 1,4 juta DWT menjadi 2,1 juta DWT, meningkat 50,0%.
Rata-rata Time Charter Rate (TCR) internasional untuk segmen kapal tanker utama BULL tetap stabil. Sementara TCR rata-rata untuk kapal tanker aframax/LR2 meningkat sebesar 5,9% selama tahun
2020, untuk kapal tanker ukuran handy size turun sebesar 3,5%.
Perusahaan sendiri meyakini prospek untuk sisa tahun 2021 positif, karena tingkat vaksinasi yang cepat dan telah mengurangi tingkat infeksi COVID-19 secara drastis.
China, Uni Eropa/Inggris Raya dan Amerika Serikat yang merupakan setengah dari seluruh permintaan minyak dunia rata-rata akan telah memvaksinasi lebih dari 75% warganya dalam 3,5 bulan ke depan. Ini telah memotong tajam kasus baru harian sebesar 55% hanya dalam 1 bulan dan memungkinkan pencabutan lebih cepat lockdowns di seluruh dunia.
Berdasarkan ini, para analis telah meningkatkan perkiraan pertumbuhan ekonomi mereka. Dana Moneter Internasional (IMF) sekarang memperkirakan bahwa ekonomi global akan melaju sebesar 6,0% pada tahun 2021 dan 4,4% pada tahun 2022, yang jauh lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan rata-rata 2,5% selama 10 tahun terakhir.
Hal ini didorong oleh ekspektasi bahwa Amerika Serikat akan tumbuh sebesar 6,4%, China sebesar 8,4%, dan India sebesar 12,5%. Hal ini menyebabkan sebagian besar analis termasuk dari OPEC dan Goldman meningkatkan perkiraan mereka untuk permintaan minyak untuk mendorong pertumbuhan ini.
Dalam laporan bulanan terbaru mereka di bulan Mei, OPEC memperkirakan permintaan minyak global akan naik menjadi 99,7 juta barel per hari pada 4Q21 dibandingkan dengan 94,8 juta barel per hari pada 2Q21, peningkatan tertinggi dalam sejarah. Goldman bahkan lebih bullish, memperkirakan peningkatan permintaan minyak hingga 100 juta barel per hari pada akhir Juli, yang merupakan peningkatan 5,2 juta barel per hari dalam volume minyak yang perlu diangkut, peningkatan 5,5% hanya dalam 2 bulan. (*)
Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) buka suara terkait isu serangan ransomware terhadap… Read More
Jakarta– Di Industri musik Tanah Air, nama Fajar Satritama sudah tidak asing terdengar. Ia dikenal… Read More
Jakarta - Mahkamah Agung (MA) telah mengeluarkan putusan kasasi yang diajukan PT Sri Rejeki Isman… Read More
Jakarta - Setelah didera kerugian selama empat tahun berturut-turut, KB Bukopin Finance (KBBF) mulai bangkit… Read More
Jakarta - Stasiun Whoosh Karawang akan resmi melayani penumpang mulai 24 Desember 2024. Pembukaan ini… Read More
Jakarta – Pemerintah tengah mempersiapkan aturan mengenai revisi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA)… Read More