Jakarta – PT Bank Permata Tbk (PermataBank) mencatatkan laba bersih setelah pajak pada Semester I 2018 sebesar Rp289 miliar. Realisasi laba bersih tersebut mengalami penurunan Rp332 miliar (53,46 persen) bila dibandingkan dengan posisi laba bersih tahun lalu diperiode yang sama yakni Rp621 miliar.
Jika dilihat dari laporan keuangan Juni 2018 yang dipublikasikan di laman PermataBank, penurunan laba ini dipicu karena adanya kenaikan biaya operasional sebesar 35,58 persen (yoy) menjadi Rp2,6 triliun di akhir Juni 2018, dibandingkan sengan tahun sebelumnya diperiode yang yakni sebesar Rp1,9 triliun.
Namun demikian, menurut Direktur Utama PermataBank Ridha DM Wirakusumah, beban operasional di semester pertama tahun 2018 ini relatif stabil dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Bank juga mempertahankan efisiensi kegiatan operasional dengan tetap menerapkan manajemen biaya secara disiplin.
Meski laba bersih menurun, penyaluran kredit PermataBank justu mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Hingga Semester I 2018, PermataBank menyalurkan kreditnya sebesar Rp103,2 triliun, atau tumbuh 11 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu diperiode yang sama yakni Rp92,7 triliun.
Ridha menjelaskan, pertumbuhan kredit di Semester I 2018 dikontribusikan oleh seluruh segmen baik ritel maupun korporasi. Bank tetap memfokuskan pertumbuhan kredit secara selektif bagi nasabah dengan kualitas kredit yang baik berlandaskan asas prudensi dan tetap menjaga rasio kredit bermasalah.
Baca juga: PermataBank Kucurkan Dana Rp300 Miliar ke General Electric Healthcare
Pada Semester I 2018, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) PermataBank tercatat sebesar 4,3 persen (gross) dan 1,5 persen (net) atau mengalami penurunan bila dibandingkan dengan posisi akhir Juni ditahun sebelumnya yang tercatat mencapai 4,7 persen (gross) dan 1,8 persen (net).
“Ini selaras dengan upaya Bank untuk terus menjaga dan memperbaiki kualitas asetnya melalui penagihan, restrukturisasi dan likuidasi kredit bermasalah secara intensif,” ujar Ridha seperti dikutip dari keterangannya, di Jakarta, Selasa, 14 Agustus 2018.
Di sisi lain, likuiditas bank terjaga baik dan relatif stabil, tercermin dari Loan to Deposit Ratio yang sebesar 86 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dana murah (CASA) juga naik 4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu terkait dengan manajemen likuiditas untuk melayani kebutuhan transaksional nasabah.
Posisi permodalan Bank semakin kuat dengan selesainya penjualan seluruh penyertaan di PT Astra Sedaya Finance, yang terlihat dari penguatan rasio Common Equity Tier 1 (CET-1) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) masing-masing sebesar 17,2 persen dan 19,6 persen, atau jauh lebih tinggi dari ketentuan minimum modal yang berlaku.
“Di semester pertama ini, disamping pertumbuhan kredit yang menjanjikan dan pengelolaan good book yang terus membaik, Bank juga secara intensif meningkatkan keunggulan teknologi melalui peluncuran PermataMobile X, yang merupakan aplikasi mobile banking revolusioner di pasar,” ucapnya. (*)
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More