Jakarta – PT BFI Finance Indonesia (BFI Finance) di tahun 2022 berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,8 triliun, atau naik 59,7% yoy. Tahun 2022 menjadi titik balik bagi BFI Finance pasca pandemi dengan dinamika industri keuangan yang menantang.
Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono menyampaikan, capaian positif ini tak lepas dari mobilisasi masyarakat yang kembali aktif, daya konsumsi yang mulai menggeliat, serta kondusifnya perekonomian nasional sepanjang tahun lalu yang ditunjang oleh ekspor yang gencar dibarengi derasnya aliran investasi ke berbagai sektor usaha.
“Industri pembiayaan nasional ikut terkerek dengan tren pertumbuhan dan kualitas yang baik sepanjang tahun berjalan. Walaupun terjadi peningkatan inflasi akibat ancaman resesi di tengah ketidakpastian pasar keuangan global dan berimbas pada kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) sebanyak empat kali selama tahun 2022, dari 3,5% menjadi 5,5%, tetapi secara keseluruhan dampaknya dapat dikendalikan,” ujar Sudjono dikutip Selasa, 14 Februari 2023.
Dia menerangkan, di tahun 2022, penyaluran pembiayaan baru (booking) mencapai Rp20 triliun atau tumbuh 52,7% yoy, yang merupakan booking tertinggi sepanjang sejarah perusahaan. Dengan aset yang mencapai Rp22 triliun atau tumbuh 40,3%.
Sementara Dldari sisi piutang pembiayaan yang dikelola tercatat Rp20,5 triliun atau tumbuh 40,7% yoy dengan portofolio pembiayaan roda empat sebesar 67,3%, alat berat dan mesin 13,0%, roda dua 11,9%, pembiayaan agunan sertifikat rumah dan ruko (property-backed financing) 4,2%, serta syariah sebesar 3,6%.
“BFI Finance berhasil meminimalisir dampak pandemi dan mengembalikan pertumbuhan bisnis sepanjang tahun 2022 ke level yang lebih tinggi dari posisi prapandemi serta diatas rata- rata industri. Berbagai keputusan strategis dan pemutakhiran proses bisnis sepanjang pandemi kemarin telah memberikan hasil yang baik di tahun 2022. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan yang sehat juga tingkat risiko yang terkendali, dimana nilai pencadangan, kualitas aset, dan seluruh rasio penting keuangan yang menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya,” jelasnya.
Sementara itu, Return on Assets (RoA) dan Return on Equity (RoE) masing-masing berada di posisi 12,2% dan 21,9%. BFI Finance juga mencatatkan RoA dan RoE diatas rata-rata industri tahun 2022, yakni RoA sebesar 5,7% dan RoE sebesar 14,4%, berdasarkan Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2022.
Di awal pandemi Covid-19, BFI Finance telah menyalurkan relaksasi kredit kepada lebih dari sepertiga konsumen yang berhak. Sejalan dengan normalisasi kegiatan ekonomi masyarakat, restrukturisasi kredit juga terus menurun secara masif di tahun 2022 dengan konsumen tersisa tinggal 1,6% dan kontrak restrukturisasi yang masih aktif hanya tersisa 0,4% dari nilai total piutang pembiayaan.
Rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) juga mampu ditekan di angka bruto 1,00% atau turun 25 bps yoy dengan NPF coverage berada pada angka 4,1 kali. Persentase NPF ini lebih rendah dari rata-rata industri yang dilaporkan mencapai 2,32% per Desember 2022.
“Rapor kinerja yang apik tahun 2022 menjadi bekal BFI Finance untuk menyongsong tahun 2023 dengan penuh optimisme. Perusahaan tetap fokus pada penyediaan solusi keuangan yang bersifat customer centric dengan menyesuaikan kebutuhan setiap segmen pasar melalui pengembangan teknologi informasi dan kapasitas digitalisasi,” pungkasnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More
Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More
Jakarta - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More
Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More