Jakarta – PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) membukukan laba bersih sebesar Rp1,6 triliun sepanjang 2023. Pencapaian itu susut 9,02 persen year on year (yoy) dibandingkan Rp1,8 triliun di tahun sebelumnya.
Serangan siber yang terjadi di akhir semester I-2023 disinyalir menjadi biang keladi raihan laba bersih BFI Finance, karena perseroan sempat menghentikan sistem operasionalnya demi fokus pada keamanan digital. Perseroan melaukan recovery dan penyesuaian di berbagai lini. Imbasnya, pembiayaan baru (new booking) pun menurun 5 persen, atau menjadi Rp19,1 triliun.
Di kuartal IV 2023, proses recovery sudah tuntas dilakukan. BFI Finance pun kembali memacu kinerja, dan membukukan pertumbuhan pembiayaan baru sebesar 11,3 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Meksi terjadi koreksi dari sisi pembiayaan, secara fundamental, BFI Finance tetap solid.
Baca juga: Pembiayaan Tumbuh 18,38 Persen, WOM Finance Bukukan Laba Rp236,40 Miliar
Hal ini tercermin dari sejumlah indikator keuangan penting, seperti rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) bruto, yang bisa ditekan ke posisi 1,36 persen. Jauh lebih baik dibandingkan rata-rata peer-nya di industri pembiayaan sebesar 2,44 persen.
Total piutang pembiayaan yang dikelola (managed receiveables) juga mengalami kenaikan 7,4 persen, atau menjadi Rp22,0 triliun. Total aset perseroan juga mengembang 9,4 persen menjadi Rp24,0 triliun.
“Kami merespons tantangan sebagai peluang untuk bertumbuh dan semakin adaptif di segala kondisi. Kami fokus pada target konsumen yang tepat, proses pembiayaan yang efektif dengan menyesuaikan kepada risk appetite dan policy Perusahaan, serta posisi kapasitas penagihan (collection) yang seimbang,” tutur Sudjono, Direktur Keuangan BFI Finance, Senin, 26 Februari 2024.
Dari sisi pendapatan, BFI Finance juga tetap tumbuh positif. Sepanjang 2023, perseroan meraup total pendapatan sebesar Rp6,4 triliun, atau naik 18,0 persen dari tahun sebelumnya.
Baca juga: Tumbuh Double Digit, Laba Adira Finance Jadi Rp1,94 Triliun di 2023
Rentabilitas perseroan juga masih di atas rata-rata industri. Misalnya saja dari Rata-rata atas Aset (RoAA) dan Imbal Hasil Rata-Rata atas Ekuitas (RoAE) yang masing-masing di level 8,4 persen dan 17,7 persen, lebih tinggi ketimbang industri pembiayaan, yang masing-masing di level 5,6 persen dan 15,0 persen.
“Dengan segala dinamika yang terjadi di tahun 2023, kami berkomitmen untuk tetap tumbuh secara sehat,” pungkas Sudjono. (*) Ari Astriawan
Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menegaskan peran strategis koperasi, khususnya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), dalam… Read More
Jakarta – Optimisme para pelaku usaha di Inggris terhadap ekonomi di Tanah Air masih solid.… Read More
Jakarta – Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI) baru saja menghelat Securities Crowdfunding Day 2024.… Read More
Jakarta - Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi agar bisa menghindari middle income trap.… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini (22/11) ditutup… Read More
Jakarta – Maya Watono resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama (Dirut) Holding BUMN sektor aviasi dan… Read More