Jakarta– Di tengah tantangan perekonomian yang relatif kurang kondusif di awal tahun 2019, yang ditandai dengan kondisi politik di Indonesia yang memanas menjelang Pemilu 2019, PT Bank Sahabat Sampoerna (”Bank Sampoerna”) tetap menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik. Hal ini antara lain tercermin dari pertumbuhan laba bersih perseroan hingga kuartal pertama tahun 2019 sebesar Rp25 miliar
atau tumbuh sebesar 75% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp14 miliar.
Pertumbuhan laba Bank Sampoerna secara yoy, terutama ditopang oleh peningkatan pendapatan bunga bersih (Net Interest Income). Pendapatan bunga bersih meningkat sebesar 7% dari Rp150 miliar pada kuartal pertama 2018 menjadi Rp161 miliar pada periode
yang sama tahun ini.
Ali Rukmijah, Direktur Utama Bank Sampoerna menegaskan, pihaknya optimis melihat pertumbuhan yang sangat positif di awal tahun 2019.
“Ditambah dengan Bank Sampoerna telah merapkan manajemen risiko yang prudent dan mengadopsi best practice global dalam pengelolaan manajemen risiko, Bank Sampoerna akan mampu secara konsisten mengelola pertumbuhan,” kata Ali melalui keterangan resminya di Jakarta, Selasa 14 Mei 2019.
Selain itu, tidak kalah pentingnya adalah efisiensi operasional yang
dilakukan. Di tengah pertumbuhan yang dibukukan, beban operasional pada kuartal pertama tahun 2019 dapat ditekan menjadi sebesar Rp131 miliar, menurun 5%
dibandingkan yang dibukukan pada periode yang sama tahun 2018.
“Secara konsisten, kami mencermati dinamika perkembangan bisnis yang terjadi saat ini. Posisi permodalan yang kuat, kecukupan likuiditas dan kualitas kredit yang sehat merupakan faktor utama bagi pertumbuhan bisnis ke depannya,” tambah Ali.
Selain itu, jumlah pinjaman per akhir Maret 2019 tercatat sebesar Rp7,7 triliun atau naik 21% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang tercatat sebesar Rp6,4 triliun. Sesuai dengan visi dan misi dari Bank Sampoerna untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dari keseluruhan portfolio pinjaman yang disalurkan pada Maret 2019 ini, sekitar 68% disalurkan pada sektor ini.
Pada saat yang sama, Bank Sampoerna berhasil membukukan pencapaian penghimpunan dana pihak ketiga per 31 Maret 2019 sebesar Rp8,5 triliun, meningkat dibandingkan yang dicapai 1 tahun sebelumnya sebesar Rp7,3
triliun.
Dalam hal penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), peningkatan dana murah berupa giro dan tabungan (CASA) mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan deposito. Rekening giro pada Bank Sampoerna tercatat membukukan pertumbuhan yoy sebesar 41% menjadi Rp487 miliar, sedangkan tabungan tumbuh 23% yoy menjadi Rp863
miliar.
Jumlah deposito juga mengalami kenaikan yang baik sebesar 15% yoy menjadi Rp7,2
triliun. Hal ini berdampak pada peningkatan pada CASA ratio ke tingkat 16% dibandingkan dengan 14% pada satu tahun sebelumnya.
Pertumbuhan penyaluran pinjaman dan penghimpunan DPK yang seimbang menjadikan rasio pinjaman terhadap total simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) tetap terjaga dengan baik. LDR per akhir Maret 2019 terjaga di level 90,53%. Angka ini tidak terlalu jauh berbeda dari yang tercatat per Maret 2018 sebesar 87,57%. (*)
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan telah melaporkan hingga 20 Desember 2024, Indonesia Anti-Scam… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik penambahan sebanyak dua juta investor di pasar… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) masih mengkaji ihwal kenaikan PPN 12 persen… Read More
Jakarta – Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Senin, 23 Desember 2024, ditutup… Read More
Jakarta – Di tengah penurunan kunjungan wisatawan, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) tercatat mampu… Read More