Analisis

Kredit Tumbuh 9,4% di September 2017, Ini Rinciannya

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat, penyaluran kredit pada September 2017 tercatat sebesar Rp4.569,9 triliun atau tumbuh 9,4 persen (year on year/yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,4% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit perbankan terjadi pada seluruh jenis penggunaannya.

Seperti dikutip data BI, di Jakarta, Selasa, 31 Oktober 2017 merincikan, penyaluran Kredit Modal Kerja (KMK) pada September 2017 tercatat sebesar Rp1.123 triliun atau mengalami pertumbuhan 9,6 persen (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan di bulan sebelumnya yakni sebesar 7,3 persen (yoy).

Sejalan dengan hal tersebut, Kredit Investasi (KI) juga turut mengalami peningkatan pertumbuhan dari 6,8 persen (yoy) pada Agustus 2017 menjadi 7,1 persen (yoy). Demikian pula, kredit Konsumsi (KK) terakselerasi dari 10,2 persen (yoy) pada bulan Agustus 2017 menjadi 11 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp1.325,5 triliun.

Akselerasi pertumbuhan KMK itu didorong oleh pertumbuhan kredit yang disalurkan kepada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel & restoran yang masing-masing tumbuh meningkat dari 4,6 persen (yoy) dan 5,5 persen (yoy) menjadi sebesar 8,2 persen (yoy), dan 6,9 persen (yoy) yang masing-masing mencapai Rp546,4 triliun dan Rp763,2 triliun.

Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan pada KMK, Kredit Investasi (KI) juga tercatat mengalami pertumbuhan terutama terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan yang masing-masing meningkat dari 7,3 persen (yoy) dan 12,3 persen (yoy) menjadi 8 persen (yoy) dan 12,6 persen (yoy) pada September 2017.

Selanjutnya, pertumbuhan Kredit Konsumsi (KK) utamanya terjadi pada peningkatan kredit kepemilikan rumah (KPR). Pertumbuhan KPR dan KPA tercatat meningkat dari 10,4 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 10,6 persen (yoy) atau mencapai Rp393,8 triliun pada bulan September 2017.

Demikian juga dengan kredit real estate tumbuh meningkat sebesar 8,9 persen (yoy), dari sebelumnya 8,5 persen (yoy). Meski begitu, akselerasi kredit KPR/KPA dan real estate tersebut tidak sejalan dengan pertumbuhan kredit pada sektor properti yang melambat pada bulan September 2017 menjadi tumbuh 13,2 persen (yoy), dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,5 persen (yoy).

Perlambatan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan sektor kredit konstruksi terutama konstruksi perumahan menengah, besar dan mewah (tipe di atas 70). Sedangkan kredit konstruksi tumbuh melambat dari 22,1 persen (yoy) menjadi 20,2 persen (yoy) pada September 2017.

Dari sisi suku bunga kredit dan suku bunga simpanan berjangka mengalami penurunan yang mencerminkan pengaruh pelonggaran kebijakan moneter melalui transmisi suku bunga. Rata-rata suku bunga kredit perbankan tercatat sebesar 11,60 persen, turun 8 basis points (bps) dari bulan sebelumnya, mengikuti penurunan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate yang turun 25 basis poin pada September 2017.

Demikian juga dengan suku bunga simpanan berjangka dengan tenor 1, 3, 6, 12, dan 24 bulan masing-masing tercatat sebesar 6,09 persen, 6,46 persen, 6,80 persen, 6,99 persen dan 6,91 persen, atau mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 6,30 persen, 6,54 persen, 6,86 persen, 7,06 persen dan 6,94 persen.

Pertumbuhan kredit tersebut telah memengaruhi pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2). Pada September 2017, posisi M2 tercatat sebesar Rp5.252,8 triliun atau tumbuh 10,9 persen (yoy), lebih tinggi dibanding dengan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,0% (yoy).

Sementara jika dilihat berdasarkan komponennya, peningkatan pertumbuhan M2 tersebut terutama bersumber dari pertumbuhan komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) yang tumbuh meningkat dari 12,3 persen (yoy) pada bulan Agustus 2017 menjadi 15,8 persen di September 2017 (yoy).

Selain pertumbuhan kredit, faktor yang memengaruhi peningkatan pertumbuhan M2 yakni ekspansi operasi keuangan Pemerintah Pusat (Pempus) Ekspansi operasi keuangan Pempus tercermin dari kewajiban Bank Indonesia dan perbankan kepada Pempus yang mengalami penurunan dari 23,4 persen (yoy) pada Agustus 2017 menjadi minus 0,3 persen (yoy) pada September 2017. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Tinjau PLTU Suralaya, Bahlil Pastikan Suplai Listrik Wilayah Jamali Aman Selama Nataru

Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengapresiasi kesiapan PLN dalam… Read More

19 mins ago

Per 20 Desember 2024, IASC Blokir 5.987 Rekening dan Selamatkan Dana Rp27,1 Miliar

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan telah melaporkan hingga 20 Desember 2024, Indonesia Anti-Scam… Read More

1 hour ago

KSEI Bidik Pertumbuhan 2 Juta Investor pada 2025

Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik penambahan sebanyak dua juta investor di pasar… Read More

1 hour ago

KSEI Masih Kaji Dampak Kenaikan PPN 12 Persen ke Pasar Modal RI

Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) masih mengkaji ihwal kenaikan PPN 12 persen… Read More

3 hours ago

PPN 12 Persen QRIS Dibebankan ke Pedagang, Siap-siap Harga Barang Bakal Naik

Jakarta – Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More

3 hours ago

IHSG Ditutup Naik 1,61 Persen, Dekati Level 7.100

Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Senin, 23 Desember 2024, ditutup… Read More

4 hours ago