News Update

Kredit Tumbuh 108%, Laba BTPN Tembus Rp2,6 triliun

Jakarta – PT Bank BTPN Tbk berhasil mencatatkan kredit sebesar Rp141,8 triliun sepanjang 2019, atau tumbuh 108% dari periode yang sama 2018 (year on year/yoy).

Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana mengatakan, pertumbuhan penyaluran kredit sepanjang 2019 salah satunya ditopang oleh pembiayaan korporasi sebesar Rp75,7 triliun, yang tercatat tumbuh 15%.

Penyaluran pembiayaan dilakukan melalui sejumlah sindikasi untuk proyek ketahanan energi, ketahanan pangan, serta infrastruktur. Selain kredit sindikasi, Bank BTPN juga memberikan pinjaman secara bilateral ke perusahaan swasta nasional, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), industri otomotif, hingga perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor.

“Melalui pembiayaan ke segmen korporasi dan industri pendukungnya, kami bersama pemegang saham pengendali (SMBC) berkomitmen mendukung program nasional dalam mewujudkan pemerataan kesejahteraan serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Ongki di Jakarta, Selasa, 23 Maret 2020.

Selain pembiayaan korporasi, penyaluran kredit juga ditopang oleh segmen kredit usaha kecil dan menengah serta kelompok prasejahtera produktif melalui anak usaha, BTPN Syariah.

“Ditengah situasi perekonomian global yang menantang, Bank BTPN senantiasa menjaga penyaluran kredit tetap sehat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Hal ini tercermin pada rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) sebesar 0,8% (gross),” tambah Ongki.

Untuk menyeimbangkan laju pertumbuhan kredit, Bank BTPN menghimpun pendanaan senilai Rp145,8 triliun di 2019, meningkat 81% dari 2018.

Jumlah tersebut terdiri dari dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp86,9 triliun, pinjaman pihak lain Rp52,9 triliun, serta pinjaman subordinasi Rp 6 triliun.

Dari total DPK, Bank BTPN berhasil meningkatkan porsi current account savings account (CASA) menjadi 28% pada 2019, lebih tinggi dibandingkan porsi pada 2018 yang sebesar 13%.

Disisi lain, terkait dengan kecukupan likuiditas, Bank BTPN memiliki liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 219% dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 113%, jauh di atas ketentuan minimum regulator 100%. Sebagai informasi LCR merupakan instrumen untuk menghitung rasio likuiditas jangka pendek, sedangkan NSFR untuk menghitung rasio likuiditas jangka panjang.

Sampai akhir Desember 2019, aset Bank BTPN tercatat sebesar Rp181,6 triliun atau tumbuh 79% secara tahunan.

Adapun laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) mencapai Rp2,6 triliun, meningkat 40%. Dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 24,2%.

“Dengan dinamika perekonomian yang ada, hasil ini patut kami syukuri. Ini dapat memotivasi dan menjadi modal kami untuk melayani lebih banyak jutaan rakyat Indonesia,” tutup Ongki. (*)

Dwitya Putra

Recent Posts

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

43 mins ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

3 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

4 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

4 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

7 hours ago

Strategi Asuransi Tri Prakarta Perkuat Layanan bagi Nasabah

Poin Penting Tri Pakarta merelokasi Kantor Cabang Pondok Indah ke Ruko Botany Hills, Fatmawati City,… Read More

7 hours ago