News Update

Kredit Pertanian Melesat, Pertambangan Anjlok

Jakarta – Sektor pertanian, sektor perikanan, sektor penyediaan akomodasi dan peneyedaiaan makan minum, serta sektor konstruksi adalah sektor-sektor indutsri yang menopang pertumbuhan kredit perbankan per Februari 2016.

Pada periode tersebut, kredit ke sektor pertanian tumbuh 21,11%. Penyaluran kredit ke sektor ini mencapai Rp254,43 triliun. Kendati tumbuh tinggi, kualitasnya terjaga yang tercermin dari rasio kredit bermasalah yang berada di level 2,05%.

Penopang pertumbuhan kredit lainnya yakni kredit ke sektor perikanan tercatat tumbuh sebesar 18,94% atau mencapai Rp8,93 triliun. Sementara rasio kredit bermasalahnya terjaga di kisaran 3,36%.

Maraknya pembangunan infrastruktur yang tengah dicanangkan pemerintah menjadi pendorong tumbuhnya kredit ke sektor konstruksi. Per Februari 2016, penyaluran kredit ke sektor konstruksi tumbuh sebesar 15,11%. Namun, penyaluran kredit ke sektor ini layak diwaspadai, sebab disertai dengan tingginya Non Performing Loans (NPL). Pada periode tersebut, NPL kredit tersebut mencapai 4,84% atau nyaris mendekati 5% yang merupakan batas maksimal yang diperkenankan regulator.

Gambaran penyaluran kredit ke sejumlah sektor ekonomi pada dua bulan pertama tahun ini belum banyak berubah jika dibandingkan dengan triwulan IV 2015, dimana, terdapat indikasi menurunnya kualitas kredit di beberapa sektor ekonomi. Menurut Laporan Perekonomian dan Perbankan yang diterbitkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),  terjadi penurunan kualitas kredit di sejumlah sektor ekonomi diantaranya disebabkan oleh anjloknya harga komoditas global.

Selain anjloknya harga komoditas, penyebab lain terhambatnya kredit adalah karena adanya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang  menyebabkan cash flow perusahaan manufaktur dan perdagangan terganggu. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan penyaluran kredit sektor manufaktur terhambat sehingga meningkatkan rasio kredit bermasalah.

Sektor pertambangan juga adalah salah satu sektor yang menyumbang NPL. Per Februari 2016, NPL sektor pertambangan  mencapai 4,64%. Kredit bermasalah sektor ini mencatatkan pertumbuhan sebesar 57,85%. Terseoknya sektor pertambangan juga terlihat dari penyaluran kredit yang terkoreksi minus 11,51% pada februari 2016.

Setor lain yang juga patut diwaspadai karena dinilai memubukukan kenaikan kredit bermasalah adalah sektor manufaktur, sektor perdagangan dan sektor transportasi.  (*)

Apriyani

Recent Posts

BSI Gelar Momentum Sujud Syukur dan Refleksi Capaian 2024

Wakil Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk Bob T. Ananta memberikan sambutan saat acara… Read More

55 mins ago

Konsumsi Listrik Kendaraan EV di SPKLU Meningkat 500 Persen Sepanjang Nataru

Jakarta - PT PLN (Persero) mencatat rekor lonjakan konsumsi energi kendaraan listrik selama periode Natal… Read More

5 hours ago

Indonesia Mengarungi 2025 yang Penuh Peluang dan Tantangan

Oleh Ryan Kiryanto, Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia TAHUN 2024 baru… Read More

9 hours ago

Berlaku Hari Ini! Berikut Daftar Barang Mewah yang Kena PPN 12 Persen

Jakarta - Mulai hari ini, 1 Januari 2025, pemerintah menerapkan kebijakan pajak pertambahan nilai (PPN)… Read More

15 hours ago

Lewat Program Ini, J Trust Bank Ajak Nasabah Menabung Sekaligus Dukung Kelestarian Laut

Jakarta – PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank) kembali menghadirkan program TORA Blue… Read More

15 hours ago

Mulai 1 Januari 2025 Transaksi Saham Kena PPN 12 Persen, Begini Penjelasan BEI

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelumnya telah menyampaikan bahwa akan melakukan penyesuaian pada… Read More

17 hours ago