Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat, penyaluran kredit perbankan pada April 2018 mencapai Rp4.807,5 triliun atau tumbuh 8,9 persen (yoy), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar 8,5 persen (yoy). Pertumbuhan kredit tersebut didorong oleh peningkatan penyaluran kredit kepada debitur korporasi dan perseorangan.
Berdasarkan data BI, seperti dikutip di Jakarta, Kamis, 31 Mei 2018 menyebutkan, kredit korporasi dengan pangsa 48,6 persen dari total kredit tercatat tumbuh 7,6 persen (yoy), meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 7,2 persen (yoy). Sementara debitur perorangan mencatatkan pertumbuhan kredit 9,6 persen (yoy), atau lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar 9,3 persen (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan pertumbuhan kredit perbankan tersebut terjadi pada kredit investasi (KI) yang tumbuh meningkat dari 5,3 persen (yoy) pada Maret 2018 menjadi 7,5 persen (yoy). Peningkatan pertumbuhan KI terutama terjadi pada sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) dari minus 0,2 persen (yoy) menjadi tumbuh 5,8 persen (yoy) yang didorong oleh peningkatan aktivitas ekonomi menjelang bulan Ramadhan.
Peningkatan pertumbuhan Kl sektor PHR khususnya terjadi pada subsektor perdagangan eceran makanan, minuman, dan tembakau di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Selain itu, faktor pendorong pertumbuhan penyaluran kredit juga berasal dari kecenderungan makin mudahnya penyaluran kredit perbankan, terutama pada aspek suku bunga yang lebih rendah serta biaya persetujuan kredit yang lebih murah.
Peningkatan pertumbuhan KI juga terjadi pada sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dari 8,2 persen (yoy) menjadi 12,8 persen (yoy). Peningkatan pertumbuhan terbesar Kl sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan terutama terjadi pada Kl yang disalurkan kepada perusahaan subsektor gedung perkantoran pada proyek-proyek di DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Di sisi lain, Kredit Konsumsi (KK) justru tumbuh melambat dari 11,4 persen (yoy) pada Maret 2018 menjadi 11,1 persen di April 2018 (yoy). Demikian juga pertumbuhan Kredit Modal Kerja (KMK) tercatat melambat dari 8,4 persen (yoy) pada Maret 2018 menjadi 8,2 persen (yoy) utamanya disebabkan oleh perlambatan KMK sektor industri pengolahan serta sektor konstruksi.
Baca juga: BI: Kenaikan Bunga Acuan, Belum Tentu Diikuti Bunga Kredit
Seiring dengan peningkatan permintaan masyarakat terhadap rumah tinggal, kredit properti mengalami pertumbuhan dari 13,3 persen (yoy) menjadi 13,6 persen (yoy) khususnya pada kredit KPR/KPA dan real estate. Pertumbuhan kredit KPR/KPA tercatat meningkat dari 11,9 persen (yoy) menjadi 12,4 persen (yoy) yang didorong oleh pertumbuhan kredit untuk KPR tipe 22-70 yang berlokasi di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur.
Untuk kredit real estat tercatat tumbuh 12 persen (yoy) di April 2018, Iebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 9,1 persen (yoy) terutama didorong oleh pertumbuhan kredit real estate gedung perkantoran di Jawa Timur dan gedung perbelanjaan di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Namun, kredit konstruksi tercatat tumbuh melambat dari 18,1 persen (yoy) menjadi 16,6 persen (yoy).
Di sisi lain, BI mencatat pada April 2018 suku bunga kredit dan simpanan berjangka kembali turun sejalan dengan masih berlanjutnya transmisi penurunan suku bunga kebijakan BI. Rata-rata suku bunga kredit perbankan tercatat sebesar 11,10 persen, turun 8 basis points (bps) dari bulan sebelumnya.
Sementara itu, suku bunga simpanan berjangka dengan tenor 1, 3, 6, dan 12 bulan pada April 2018 masing-masing tercatat 5,64 persen, 5,83 persen, 6,16 persen, dan 6,37 persen, turun dibanding bulan sebelumnya sebesar 5,65 persen, 5,88 persen, 6,29 persen, dan 6,46 persen. Sementara itu, suku bunga simpanan berjangka dengan tenor 24 bulan tercatat meningkat dari 6,74 persen pada Maret 2018 menjadi 6,78 persen pada April 2018.
Menurut BI, akselerasi pertumbuhan kredit di bulan April 2018 telah memengaruhi pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2). Pada April 2018, posisi M2 tercatat Rp5.408,6 triliun atau tumbuh 7,4 persen (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan bulan Maret 2018 yang tumbuh 7,5 persen (yoy).
Pertumbuhan M2 yang lebih lambat dipengaruhi oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) yang tumbuh 10,2 persen (yoy), menurun dari bulan sebelumnya yang sebesar 11,9 persen (yoy). Sementara itu, uang kuasi tercatat tumbuh dari 6,2 persen (yoy) menjadi 6,6 persen (yoy) sehingga menopang pertumbuhan uang beredar.
Selain pertumbuhan kredit, ekspansi keuangan pemerintah juga memengaruhi pertumbuhan M2. Tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus) tercatat tumbuh 8,6 persen (yoy) pada April 2018, meningkat dibandingkan dengan bulan Maret 2018 yang tumbuh 5,9 persen (yoy).
Namun demikian, data BI juga menyebutkan, bahwa pertumbuhan M2 di April 2018 tertahan oleh perlambatan aktiva luar negeri bersih yang tumbuh 6,4 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 9,3 persen (yoy). (*)
Jakarta - Perusahaan pembiayaan PT Home Credit Indonesia (Home Credit) terus berupaya meningkatkan inklusi keuangan… Read More
Jakarta - Hilirisasi nikel di Pulau Obi, Maluku Utara membuat ekonomi desa sekitar tumbuh dua… Read More
Jakarta - Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi mendukung langkah Induk Koperasi Unit Desa (Inkud)… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) untuk pertama kalinya menggelar kompetisi Runvestasi pada… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi tanggapan terkait penutupan Indeks Harga Saham Gabungan… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Self-Regulatory Organization (SRO), dengan dukungan dari Otoritas… Read More