Perbankan

Kredit Korporasi Diproyeksi Tetap Positif di Kuartal III 2025, Ini Pendorongnya

Jakarta – Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual mengungkapkan belanja korporasi hingga kuartal III 2025 dirpoyeksi tetap positif. Utamanya untuk keperluan belanja modal atau Capital Expenditure (Capex) yang dilakukan sejumlah perusahaan-perusahaan besar. Sehingga, kredit di segmen korporasi masih tumbuh positif.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Juni 2025 kredit di segmen korporasi tumbuh 9,75 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan total pertumbuhan kredit nasional yang sebesar 7,92 persen yoy.

“Kalau kita lihat suasana hati dari kebanyakan korporasi di semester I 2025, bahkan sampai ke kuartal III, itu masih cukup baik. Mereka tetap spending, untuk Capex terutama. Dan ini digenjot terutama untuk korporasi-korporasi besar, tadi disampaikan tumbuhnya (kredit korporasi) masih cukup baik ya, mendekati 10 persen,” kata David dalam acara Infobank Banking Connect yang digelar Infobank Digital bersama dengan FIS System dan Inti Corpora Teknologi di Jakarta, Rabu, 8 Oktober 2025.

Baca juga: OJK Proyeksi Kredit Korporasi Tembus USD3.115,4 Miliar di 2035

Meski begitu, menurut David, korporasi belum maksimalkan untuk berinvestasi. Dia menilai mayoritas korporasi masih menyimpan dananya ke instrumen investasi jangka pendek dalam menjaga likuiditasnya, seperti Surat Berharga Negara (SBN) maupun giro.

“Tapi memang untuk strategi pengaturan likuiditas, kelihatan banyak CFO itu ketika dia ada excess likuiditas, dia kecenderungannya untuk menaruhnya di instrumen-instrumen investasi jangka pendek yang relatif liquid dan returnnya baik, contohnya SBN atau giro,” paparnya.

Baca juga: OJK Ungkap Segmen Korporasi Masih Mendominasi Kredit Perbankan Nasional

Dengan begitu, lanjut David, di saat yang sama ketika korporasi membutuhkan likuiditas untuk pembayaran dividen, mereka bisa memanfaatkan money market (pasar uang).

“Jadi dari kredit korporasi itu sebenarnya porsi dari money market yang paling besar. Dan ini kan likuid ya, tiap hari kita bisa roll over untuk kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan. Jadi ini strategi yang banyak dilakukan oleh korporasi,” imbuhnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

5 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

5 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

6 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

7 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

8 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

8 hours ago