Jakarta – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), optimis akan terus memperbaiki kinerjanya secara berangsur. Hal ini didorong oleh situasi kenaikan harga baja yang membaik secara signifikan sejak dua tahun terakhir.
“Harga baja terus mengalami penurunan sejak 2011 hingga 2015. Saat ini harga HRC CFR domestik di Desember 2017 sudah mencapai USD562/mt naik tajam 260% dari bulan Desember 2015 yang hanya mencapai 216/mt,” ungkap Direktur Utama KRAS, Mas Wigrantoro Roes Setiyadi saat melakukan paparan publik, di Jakarta, Rabu, 27 Desember 2017.
Ia memaparkan bahwa, kenaikan harga baja ini dipicu oleh meningkatknya permintaan baja di China yang disebabkan oleh factor restocking dan menguatnya permintaan baja untuk sector perumahan.
Rencana pemerintah China untuk mengurangi produksi baja 100-150 juta ton dalam lima tahun ke depan juga turut memberikan sentiment positif bagi penguatan harga baja global.
Di sisi lain tingkat permintaan HRC juga mengalami peningakatan sebesar 6,6% yoy menjadi 4,4 juta ton selama periode Januari-Desember 2017.
Tren positif kenaikan harga baja juga diikuti langkah Perseroan untuk melakukan ekspansi yang sudah direncanakan.
Melihat pertumbuhan permintaan baja nasional yang mencapai 12,7 juta ton di tahun 2016 dan adanya gap suplai baja domestic dan impor yang mencapai 6,9 juta ton di tahun yang sama, Perseroan menambah produksi HRC yang akan rampung pada tahun 2019. Kondisi itu akan menambah 1,5 juta ton produksi HRC menjadi 3,9 juta ton per tahun.
Selain itu, untuk memenuhi plat baja pangsa pasar otomotif, perusahaan patungan Krakatau Nippon Steel Sumikin dibangun dan sudah beroperasi secara komersial sejak Juli 2017. Sejalan dengan itu, pasar baja konstruksi juga akan diisi dengan perusahaan patungan Krakatau Osaka Steel, keduanya telah beroperasi komersial dan berkapasitas 500.000 ton per tahun.
“Tidak hanya itu, melalui kerja sama operasi dengan Sango dari Jepang, kami juga memningkatkan kemampuan produksi wire rod agar dapat menyuplai produk wire rod ke sector otomotifsebesar 40.000 ton per tahun. Melalui kerja sama ini KRAS akan meningkatkan produksi wire rod menjadi 400.000 ton dari yang sebelumnya mencapai 350.000 ton per tahun,” ucapnya.
Untuk kinerja selama periode sembilan bulan pertama 2017, KRAS membukukan pendapatan senilai US$ 1,04 miliar. Nilai pendapatan tersebut naik 5,87% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kuatnya harga jual rata-rata produk baja Perseoan menjadi faktor pendorong kenaikan pendapatan.
Harga jual rata-rata untuk produk HRC (hot rolled coil), yang memberikan sumbangan terbesar pada pendapatan Perseroan, mengalami kenaikan hingga 33,33% menjadi senilai USD583 per ton, begitu pula dengan harga jual rata-rata produk baja Perseroan lainnya seperi CRC (cold rolled coil), long product, dan pipa. (*)
Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Ditjen IKMA)… Read More
Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menetapkan dua nama baru sebagai tersangka dalam pengembangan… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 27 Tahun 2024 tentang… Read More
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membeberkan proses pengembangan kegiatan usaha bullion atau usaha yang berkaitan dengan… Read More
Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) mengoptimalkan fasilitas digital banking yang dimiliki sebagai alternatif… Read More
Jakarta - Menjelang libur dan cuti bersama perayaan Natal 2024, indeks harga saham gabungan (IHSG)… Read More