Moneter dan Fiskal

Konsumsi Rumah Tangga Masih Tumbuh Tinggi, BPS: Ada Perpindahan Belanja ke Online

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dengan kontribusi sebesar 54,25 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 yang tercatat sebesar 5,12 persen.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud menjelaskan, faktor pendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga adalah naiknya kebutuhan primer dan tingginya mobilitas masyarakat.

“Mobilitas penduduk cukup tinggi di triwulan II, kemudian meningkatnya kebutuhan primer untuk beberapa kegiatan karena ada momentum hari libur, hari besar keagamaan, dan lain sebagainya. Kebutuhan bahan makanan dan makanan jadi, meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur,” ujar Edy Mahmud, dalam Rilis BPS, Selasa, 5 Agustus 2025.

Baca juga: BPS Catat Harga Beras di Tingkat Grosir hingga Eceran Kompak Naik

Sedangkan, peningkatan mobilitas masyarakat turut berdampak pada konsumsi sektor transportasi dan akomodasi. Pertumbuhan ini selaras dengan pertumbuhan transportasi dari sisi lapangan usaha dan sisi pengeluaran yang cukup tinggi.

“Mobilitas perjalanan memanfaatkan hari libur ditunjukkan oleh perjalanan wisnus yang tumbuh 22,32 persen yoy, bahkan dibandingkan dengan triwulan I atau qtq tumbuh 17,34 persen. Jadi mobilitas penduduk di triwulan II ini betul-betul sangat meningkat,” jelasnya.

Lebih lanjut, peningkatan transportasi dan akomodasi juga tecermin dari banyaknya perjalanan melalui darat yang memanfaatkan jalan tol dengan volume transaksi yang naik 2,86 persen qtq.

Selain itu, optimisme permintaan rumah tangga meningkat pada kuartal II 2025, yang berdampak pada kenaikan impor barang konsumsi sebesar 7,60 persen yoy dan 9,80 persen qtq.

Baca juga: Ekonomi RI Tumbuh 5,12 Persen di Kuartal II 2025, Lampaui Ekspektasi Pasar

Kemudian, perdagangan melalui daring atau transaksi online dari e-retail dan marketplace mencapai 7,55 persen qtq. Menurutnya, ini menunjukan adanya perubahan perilaku konsumsi atau belanja masyarakat secara daring.

“Jadi ada hal yang baru yang mungkin belum pernah dibuka tadi adalah fenomena adanya shifting dari belanja secara offline ke belanja online yang barangkali belum pernah dibuka. Jadi kita memang mudah melihat fenomena apa secara langsung atau offline, tapi yang apa secara online barangkali cukup sulit untuk bisa dilihat,” tandasnya. (*)

Editor: Yulian Saputra

Irawati

Recent Posts

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

5 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

5 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

6 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

7 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

8 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

8 hours ago