Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menjanjikan kembali dukungannya yang kuat terhadap Israel di tengah meningkatnya kekerasan di Gaza dan Lebanon.
Dukungan tersebut diketahui dalam sebuah percakapan melalui sambungan telepon selama 30 menit antara Biden dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Rabu (9/10).
Berdasarkan laporan Al Jazeera, Gedung Putih mengatakan bahwa Wakil Presiden Kamala Harris yang mencalonkan diri dalam Pilpres AS untuk menggantikan Biden ikut serta dalam dukungan tersebut.
“Presiden menegaskan komitmennya yang kuat terhadap keamanan Israel. Dia (Biden) dengan tegas mengutuk serangan rudal balistik Iran terhadap Israel pada 1 Oktober,” kata pernyataan tersebut.
Sebelumnya, Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menggambarkan pembicaraan itu sebagai hal yang “langsung” dan “produktif”.
Baca juga : Aksi Balas Dendam, Iran Luncurkan Ratusan Rudal ke Israel
Seruan itu muncul ketika Israel mempertimbangkan serangan terhadap Iran sebagai tanggapan atas peluncuran rudal balistik Iran yang menargetkan situs militer Israel pekan lalu.
Jean-Pierre mengatakan, Biden dan Netanyahu melakukan “diskusi” tentang konfrontasi dengan Iran meski tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Iran sendiri menembakkan rentetan rudal ke pangkalan-pangkalan Israel pekan lalu sebagai aksi balas dendam atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan seorang jenderal Iran di Beirut.
Sementara itu, Pemerintah AS berjanji untuk memastikan bahwa Iran akan menghadapi konsekuensi berat atas serangan tersebut.
Presiden AS juga menyarankan agar Washington menentang pemboman ladang minyak Iran.
“Israel belum menyimpulkan apa yang akan mereka lakukan. Itu sedang dalam pembahasan,” katanya kepada wartawan.
“Jika saya berada di posisi mereka, saya akan memikirkan alternatif lain selain menyerang ladang minyak Iran,” tambahnya.
Sebab, serangan semacam itu akan membuat harga minyak melonjak di seluruh dunia, yang dapat berdampak buruk bagi Harris menjelang pemilu tanggal 5 November.
AS telah memberikan dukungan militer dan diplomatik tanpa syarat kepada Israel sejak pecahnya perang di Gaza.
Meskipun Washington telah memperingatkan agar tidak memperluas perang, pemerintahan Biden mengatakan akan mendukung serangan Israel di Lebanon, yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang dan membuat lebih dari satu juta orang lainnya mengungsi.
Baca juga : Kutuk Serangan Israel ke Lebanon, Jokowi Minta PBB Ambil Tindakan Cepat
Gedung Putih mengatakan, Biden, dalam panggilan teleponnya dengan Netanyahu, telah menekankan perlunya solusi diplomatic terhadap krisis di Lebanon. Biden juga menyatakan keprihatinannya terhadap warga sipil Lebanon.
“Presiden menegaskan hak Israel untuk melindungi warganya dari Hizbullah, yang telah menembakkan ribuan rudal dan roket ke Israel selama setahun terakhir, sambil menekankan perlunya meminimalkan kerugian terhadap warga sipil, khususnya di wilayah padat penduduk di Beirut,” katanya.
Namun pada hari Selasa, Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa Washington tidak lagi mengupayakan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah karena kelompok Lebanon “berada di posisi yang tidak menguntungkan”.
Pada hari yang sama, Netanyahu memperingatkan rakyat Lebanon bahwa jika mereka tidak berbalik melawan Hizbullah, negara mereka akan menghadapi perang panjang yang akan menyebabkan kehancuran dan penderitaan seperti di Gaza.
Sementara itu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller memperingatkan, tidak boleh ada aksi militer di Lebanon yang mirip dengan Gaza”.
Namun sebagian wilayah selatan dan timur Lebanon serta pinggiran selatan Beirut, Dahiyeh, sudah mengalami kehancuran yang luas akibat pemboman Israel. Ketika perang meluas di Lebanon, Israel terus melanjutkan kampanye militernya di Gaza.
Para aktivis hak asasi manusia Palestina menuduh pemerintah Israel melakukan kampanye pembersihan etnis di bagian utara wilayah tersebut dengan menahan bantuan dan menutup pusat-pusat penampungan warga sipil.
Pada Rabu, Miller menyatakan keprihatinannya tentang kemungkinan pelanggaran di Gaza.
“Kami telah menjelaskan kepada pemerintah Israel bahwa mereka mempunyai kewajiban berdasarkan hukum humaniter internasional untuk mengizinkan makanan dan air serta bantuan kemanusiaan lain yang diperlukan untuk masuk ke seluruh wilayah Gaza, dan kami sepenuhnya mengharapkan mereka untuk mematuhi kewajiban tersebut,” tandasnya.
AS memberi Israel setidaknya USD3,8 miliar bantuan militer setiap tahunnya, dan pemerintahan Biden telah mengizinkan USD14 miliar bantuan lebih lanjut kepada sekutunya untuk membantu mendanai perang yang sedang berlangsung. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More