Perbankan

Kolaborasi Apple dan Goldman Sachs Diprediksi Bentuk Sistem Perbankan Baru

Jakarta – Kolaborasi antara perusahaan teknologi raksasa, Apple, dengan bank investasi AS Goldman Sachs yang telah terjalin sejak akhir tahun lalu disinyalir akan menciptakan ekosistem keuangan besar di masa depan. Kolaborasi ini juga diperkirakan akan menjadi masa depan baru untuk sistem perbankan di seluruh dunia, dimana perusahaan produk teknologi akan bekerja sama dengan lembaga perbankan untuk menciptakan layanan keuangan yang terintegrasi.

Pada pekan lalu misalnya, Apple secara resmi telah mengumumkan kepada konsumennya di AS bahwa mereka sudah bisa membuka rekening tabungan dan mendapatkan bunga dari produk Apple Card. Tidak tanggung-tanggung, melalui produk Apple Card yang secara teknis dikelola oleh Goldman Sachs itu akan memberikan bunga tahunan kepada nasabahnya sebesar 4,15%. Besaran bunga tersebut terbilang cukup berani, dimana rata-rata perbankan di AS biasanya hanya menawarkan besaran bunga kurang dari setengah nilai simpanan nasabah.

Tak cukup hanya sampai di situ, perusahaan teknologi beraset USD2,6 triliun ini juga tidak memberikan batasan minimum simpanan, tak ada penguncian dana, serta dijamin oleh Federal Deposit Insurance Corporation atau FDIC yang berperan selayaknya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Indonesia. Peluncuran produk baru itu terjadi di tengah upaya keras bank-bank regional untuk mempertahankan basis simpanan mereka sebagai buntut dari krisis Silicon Valley Bank dan tech winter yang melanda industri startup.  

Secara teknis, Apple sebenarnya tidak memiliki lisensi perbankan. Perihal lisensi perbankan, Apple sepenuhnya bergantung pada Goldman Sachs atau yang memiliki julukan Marcus ini. Goldman Sachs memiliki sertifikat negara bagian dan dijamin oleh FDIC. Dalam istilah fintech, Apple adalah neobank seperti Chime, Revolut, dan Monzo. Dimana pembedanya adalah bahwa Apple memiliki popularitas brand yang sangat kuat, mengingat terdapat dua miliar lebih iPhone yang tersebar di seluruh dunia, yang sekarang berfungsi sebagai jaringan cabang Goldman.

“Ini benar-benar inovasi yang gila untuk menjaga segala sesuatunya berada dalam satu ekosistem,” ujar David Donovon selaku wakil presiden eksekutif jasa keuangan untuk perusahaan konsultan Publicis Sapient, seperti dikutip dari Forbes, Kamis, 27 April 2023.

“Apple melaju dengan kecepatan tinggi dan banyak bank yang mengemudi 45 mph di jalur yang benar,” jelas analis lainnya, Dan Ives. R dari Wedbush Securities.

Melalui rekening tabungan Apple Card, calon nasabah bisa membuat akun rekening hanya dalam hitungan menit, dan hadiah pembelanjaan mereka yang berupa uang tunai harian secara otomatis akan disalurkan ke akun rekening mereka. Akun tersebut akan ditampilkan di dasbor dompet digital Apple, sehingga pengguna bisa melacak saldo dan bunga yang diperoleh. Apple Card sekaligus memungkinkan Apple untuk menawarkan fitur iPhone baru lainnya kepada konsumennya hanya dengan memperbaharui dompet digital bawaannya.

Rekening tabungan baru ini hanyalah yang terbaru dari serangkaian penawaran layanan keuangan dari perusahaan teknologi yang digagas Steve Jobs itu. Bulan lalu, perusahaan mulai menawarkan produk buy now, pay later yang memberi konsumen pilihan untuk membagi pembayaran menjadi empat cicilan tanpa bunga atau biaya. Sementara itu, pada bulan Juli tahun lalu, Apple telah meluncurkan layanan tap-to-pay yang memungkinkan merchant menerima pembayaran langsung dari iPhone mereka. Dengan menawarkan produk keuangan seperti ini kepada konsumen dan merchant, Apple mengintegrasikan dirinya ke dalam setiap aspek kehidupan konsumen, seraya mengumpulkan biaya transaksi dan penjualan silang produknya sendiri.

Sementara itu, Goldman Sachs sendiri beroperasi di belakang layar. Melalui skema kolaborasi ini, Goldman Sachs yang sudah berusia 154 tahun tersebut menjelma menjadi pemain infrastruktur seperti Evolve dan Cross River, penyedia layanan perbankan tanpa merek yang melayani fintech lainnya. “Kemitraan seperti inilah yang pada dasarnya dapat membuat perbankan menjadi tidak terlihat,” kata Chris Nichols selaku direktur pasar modal di SouthState Bank.

Sebagai informasi, survei tahunan “Keyakinan pada Institusi” perusahaan polling Gallup pada tahun lalu, menyatakan bahwa hanya 27% orang Amerika yang dilaporkan memiliki “banyak atau cukup banyak” kepercayaan pada bank mereka. Angka itu turun dari puncaknya 60% pada tahun 1979. Sebaliknya, Apple berada di posisi teratas selama sepuluh tahun berturut-turut pada tahun 2022 menurut peringkat Merek Terbaik Global tahunan Interbrand. Satu-satunya bank yang masuk 25 besar adalah JPMorgan, peringkat 24, tepat di depan YouTube. Steven Widjaja

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Kisi-kisi OJK akan Kondisi Perbankan Pasca Pemangkasan BI Rate

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa penurunan suku bunga acuan atau BI Rate akan memengaruhi… Read More

6 hours ago

Jokowi Terima 10 Nama Calon Pimpinan dan Dewas KPK, Pansel: Berasal dari Aspirasi Publik

Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menerima nama-nama calon pimpinan (capim) Komisi Pemberantasan… Read More

7 hours ago

Soal Kasus Dugaan Gratifikasi IPO, OJK Tegaskan Pegawainya Tak Terlibat

Jakarta - Kasus dugaan gratifikasi lima karyawan Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam melakukan penawaran umum… Read More

8 hours ago

Allianz Life Gandeng Bank HSBC Luncurkan Produk Asuransi Baru, Simak Manfaatnya

Jakarta - PT Asuransi Allianz Life Indonesia (Allianz Life) dan PT Bank HSBC Indonesia (Bank… Read More

8 hours ago

Ini yang Dilakukan OJK-Kominfo dalam Persempit Ruang Gerak Judi Online

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan tengah berupaya… Read More

11 hours ago

OJK Ungkap Alasan Pertumbuhan DPK Lebih Rendah Dibanding Kredit

Jakarta – Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae mengungkapkan penyebab pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)… Read More

12 hours ago