Ekonomi dan Bisnis

Kinerja PTPN Group Terus Membaik, Bagaimana Dampaknya ke PalmCo dan SupportingCo

Jakarta – Kinerja keuangan PTPN Group dan multiplier effect dari aktivitas perusahaan, diharapkan dapat membawa PalmCo dan SupportingCo berperan besar dalam industri dan perekonomian Indonesia. Asal tahu saja kinerja PTPN Group terus menunjukkan perbaikan sejak tahun 2021 sampai 2022, dan diperkirakan berlanjut di 2023.

Sepanjang tahun 2021, holding PTPN III (persero) membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp4,64 triliun. Angka ini naik sebesar 500 persen dibandingkan laba perusahaan tahun 2020 karena pada saat itu, perusahaan merugi senilai Rp1,14 triliun. Kinerja keuangan positif masih berlanjut hingga tahun 2022, laba bersih konsolidasi PTPN Group mencapai Rp5,51 triliun atau naik sebesar 19 persen dari tahun sebelumnya, sekaligus menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.

Selain dukungan dari transformasi bisnis yang telah dilakukan, Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Ryan Kiryanto mengatakan, rencana pembentukan PalmCo yang menggarap bisnis sawit dan SupportingCo sebagai perusahaan pengelola aset perkebunan, dapat meningkatkan daya saing PTPN Group di dalam negeri maupun di pasar global. 

“Rencana ini sangat bagus, PTPN Group akan bisa menjadi lebih kuat dari pada perusahaan sawit milik pesaing kita, yaitu perusahaan Pemerintah Malaysia. Namun, itu tadi harus lebih efisien, produktif dan modern. Termasuk harus sudah digitalisasi,” ujar Ryan dikutip 6 Agustus 2023.

Apalagi, jelasnya, ada rencana PalmCo mencatatkan sahamnya di bursa efek Indonesia melalui penawaran saham perdana (intial public offering/IPO). Dengan menjadi perusahaan tercatat, diyakini PalmCo dapat beroperasi secara efisien dan efektif. Sehingga, perbaikan kinerja perusahaan dapat terjadi secara berkelanjutan. 

Baca juga: Anak Usaha PTPN Group yang Tergabung Sub Holding Siap Capai Target Kinerja

Lebih jauh, dia mengatakan, jika telah dibentuk, PalmCo dan SupportingCo dapat diharapkan memiliki dampak ganda (multiplayer) dalam memperkuat industri sawit dan perekonomian Indonesia. Baik langsung kepada tenaga kerja maupun dari nilai tambah yang dihasilkan.

PalmCo, menurutnya, dapat diandalkan untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng pada kondisi-kondisi darurat, seperti di awal Perang Ukraina-Rusia yang menyebabkan kelangkaan minyak nabati di pasar internasional. Pada saat  minyak nabati di luar negeri langka, harga CPO ikut naik, sehingga produsen sawit di Indonesia memilih menjual CPO ke luar negeri, dibandingkkan menyediakan untuk kebutuhan lokal. 

“Sebagai penyandang kata “negara” dalam nama perusahaan, tentu PalmCo bisa ditugaskan untuk menstabilkan harga pada kondisi-kondisi tertentu. Tidak masalah. Asalkan tidak merugikan perusahaan. Jadi PalmCo dapat menjadi stabilitator harga minyak goreng,” terangnya. 

PalmCo dan SupportingCo, tambahnya, dapat berperan lebih besar dalam perekonomian karena industri sawit termasuk padat karya dan sekaligus padat modal. Dengan demikian lapangan kerja yang dibuka akan besar, sehingga akan mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan, terutama di sekitar lokasi perkebunan.

Sebagai perusahaan padat modal, PalmCo dan SupportingCo tentunya membutuhkan dukungan modal, baik dari pembiayaan, perbankan maupun dari pasar modal. Seberapa besar modal yang akan dikucurkan, jelasnya, tergantung pemilik, yaitu Pemerintah melalui Kementerian BUMN. 

Di sisi lain, yang tidak kalah pentingnya, jelas Ryan, SupportingCo dan PalmCo juga harus dipimpin oleh para direksi yang memiliki kemampuan di bisnis, prilaku dan mainset modern, serta terbuka. “Jadi pesan kepada Erick Thohir tempatkanlah orang-orang dari manajemen atau dari PTPN yang lain yang jago-jago yang punya talent-talent hebat di PTPN, sehingga kinerja anak usaha yang masih merah berubah menjadi positif,” tutupnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

34 mins ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

45 mins ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

3 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

3 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

4 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

4 hours ago