Jakarta – Asuransi Central Asia (ACA) menorehkan kinerja keuangan yang kinclong di sepanjang tahun lalu. Hal ini tercermin dari pendapatan premi bruto yang tumbuh 19,68% atau dari Rp2,55 triliun pada 2021 menjadi Rp3,05 triliun. Sejalan dengan itu, laba sebelum pajaknya juga meningkat 16,27% secara tahunan menjadi Rp395,33 miliar.
Direktur Utama ACA, Juliati Boddhiya mengatakan, dari segi produksi memang positif. Walaupun kondisi global mengalami tantangan, tapi kinerja bisnis ACA tetap meningkat dari tahun ke tahun. Ditambah, perekonomian Indonesia yang masih dikatakan cukup baik, jadi kita mengambil kesempatan atau opportunity untuk meningkatkan produksi premi.
Pertumbuhan ini pun berlanjut hingga kuartal pertama 2023. Di mana, pada laporan publikasi, premi bruto ACA meningkat 19,97% secara tahunan menjadi Rp705,91 miliar. Juliati mengatakan, setidaknya ada dua faktor yang membuat premi bruto perseroan tumbuh di kuartal pertama tahun ini.
“Mungkin pertama, kami mendapat kepercayaan dari masyarakat. Kedua, kita berusaha bisa memenuhi harapan dan permintaan klien kita, diadakan kerja sama atau komunikasi two ways. Jadi mereka kebutuhannya bagaimana, kita diskusikan kedua arah sehingga bisnis kita bisa bertumbuh dan klien kita akhirnya memilih ACA sebagai partner,” ujar Juliati, ketika ditemui Infobank di kantornya, di Jakarta, Rabu, 31 Mei 2023.
Di kesempatan yang sama, Direktur Keuangan, Investasi dan TI ACA, Indrawati Darmawan mengatakan, pertumbuhan bisnis ACA salah satunya karena perusahaan asuransi umum ini selalu mereview bisnis model yang cocok dengan situasi, risiko, dan berbagai macam hal yang sedang terjadi.
“Kita selalu mereview business model kita, karena ini adalah sesuatu yang fix. Kita lihat situasi, profil risiko, profil pembagian dari source of business kita, kita lihat pembagian dari line of business kita. Business model selalu kita review secara dinamis. Itu dari segi atas,” kata Indrawati.
Kemudian dari segi bawah, lanjut Indrawati, ACA juga coba menyeimbangkan ke portofolio daripada investasi. “Kalau kita melihat company-company di luar biasanya mereka profitable dari investasi. Jadi kita try to maintain setiap profitable daripada investasi maupun produksi,” ungkapnya.
“Jadi selalu balance business model di atas, tapi di tengahnya juga kita balance antara investasi dan penghasilan daripada underwriting result. Karena kan market semuanya fluktuasi, termasuk investasi. Jadi kalau kita bisa balancing itu artinya kita juga bisa bisa balancing risiko,” tukas Indrawati. (*) Bagus Kasanjanu
Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menegaskan peran strategis koperasi, khususnya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), dalam… Read More
Jakarta – Optimisme para pelaku usaha di Inggris terhadap ekonomi di Tanah Air masih solid.… Read More
Jakarta – Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI) baru saja menghelat Securities Crowdfunding Day 2024.… Read More
Jakarta - Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi agar bisa menghindari middle income trap.… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini (22/11) ditutup… Read More
Jakarta – Maya Watono resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama (Dirut) Holding BUMN sektor aviasi dan… Read More