Arsip foto- Mantan Presiden Soeharto. (Foto ANTARA/Ali Anwar)
Poin Penting
Jakarta – Jejak panjang kepemimpinan Soeharto meninggalkan warisan sejarah yang kompleks dan kontras. Sosok yang dijuluki Bapak Pembangunan, yang memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade, kembali menjadi sorotan setelah mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Soeharto menjadi 1 dari 10 tokoh yang dianugerahi gelar prestisius tersebut oleh Presiden RI Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin, 10 November 2025. Ia dinilai memiliki jasa besar bagi bangsa dan negara yang patut dikenang.
Baca juga: Presiden Prabowo Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional, Termasuk ke Soeharto dan Gus Dur
Perwira militer dan politikus ini sempat membawa Indonesia pada puncak kekuasaan dengan stabilitias politik dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun, kejayaan itu runtuh pada 1998, memicu krisis multi dimensi yang mengguncang Tanah Air.
Mengutip buku “Soeharto: Biografi Singkat 1921-2008″, pada pertengahan 1997 nilai tukar rupiah anjlok hingga Rp3.000 per dolar AS. Kondisi ini menandai awal keruntuhan ekonomi Orde Baru.
Tak tinggal diam, pemerintah mengambil kebijakan yang terbilang “kontroversial” dengan mengambangkan nilai rupiah mengikuti mekanisme pasar. Namun, langkah ini tak mampu membendung kejatuhan mata uang nasional.
Bahkan, otoritas moneter sempat membatasi pembelian dolar AS hingga maksimal 5 juta dolar per transaksi serta menerapkan sistem forward, di mana setiap dolar yang dibeli baru bisa diserahkan 2-3 bulan kemudian.
Baca juga: Rupiah Dekati Level Krisis 1998, BI Tegaskan Ekonomi Tetap Stabil
Situasi semakin genting setelah Bank Dunia melaporkan sekitar 20-30 persen dana pembangunan Indonesia telah diselewengkan selama bertahun-tahun.
Soeharto kemudian meminta bantuan Dana Moneter Internasional (IMF). Bantuan ini disetujui melalui perjanjian yang diteken pada 15 Januari 1998.
Sayangnya, kesepakatan tersebut justru membawa tekanan politik baru, termasuk pengawasan ketat IMF terhadap kebijakan ekonomi Indonesia.
Ambruknya nilai tukar rupiah menyebabkan harga barang-barang pokok melonjak tajam dan inflasi meroket. Sebaliknya, daya beli masyarakat merosot drastis.
Di sisi lain, lebih dari 70 persen perusahaan besar dan kecil gulung tikar. Akibatnya, kredit macet menghantam industri perbankan nasional.
Banyak perusahaan yang mengandalkan bahan baku impor dan utang luar negeri terpaksa menutup usaha. Sekitar 20 juta orang menjadi korban PHK
Baca juga: Pesan Agus Martowardojo Kepada Para Bankir: Jaga Integrity dan Kepercayaan Agar Tidak Terjadi Krisis
Dikutip dari berbagai sumber, berikut catatan krisis ekonomi menjelang lengsernya Soeharto (1997- Mei 1998):
1. Kelanjutan Dampak Ekonomi
Meskipun Soeharto telah mundur, dampak krisis ekonomi seperti pengangguran dan kemiskinan masih berlanjut dalam jangka pendek.
2. Transisi Menuju Reformasi Ekonomi
Era reformasi dimulai dengan fokus pada pemulihan ekonomi. Krisis menjadi titik balik yang memaksa Indonesia menata kembali sistem ekonomi dan keuangan nasional agar lebih transparan dan akuntabel.
3. Penataan Ulang Sistem Nasional
Krisis menjadi pelajaran penting untuk memperkuat pengawasan sistem keuangan dan mendorong pemerintahan yang bersih dari korupsi. Hal ini menjadi fondasi bagi pemulihan ekonomi jangka panjang. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting Menhut Raja Juli Antoni dikritik keras terkait banjir dan longsor di Sumatra, hingga… Read More
Poin Penting Roblox resmi ditunjuk DJP sebagai pemungut PPN PMSE, bersama empat perusahaan digital lainnya.… Read More
Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More
Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More
Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More
Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More