Perbankan

Ketua Perbarindo Beberkan 4 Tantangan Utama bagi Industri BPR

Jakarta – Ketua Umum Perhimpunan Bank Perekonomian Rakyat Indonesia (Perbarindo), Tedy Alamsyah, menguraikan sejumlah tantangan yang harus dihadapi industri BPR dalam waktu dekat. Ada empat isu utama yang menjadi perhatian, yakni regulasi, kepercayaan (trust), jejaring (networking), dan teknologi.

Menurut Tedy, beban terbesar bagi industri BPR pada 2025 adalah penerapan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) untuk menyesuaikan dengan standar International Financial Reporting Standard (IFRS).

“Yang pertama adalah regulasi. Sama-sama kita pahami, bahwa kita mengalami tantangan pasca diundangkannya UU P2SK. Yang signifikan saat ini dampak adalah POJK 1 (2024),” kata Tedy dalam acara Infobank Economy Mastery Forum 2025 bertajuk Unlock Opportunity in Global Economic Change, Jumat, 29 Agustus 2025.

Meski begitu, Tedy optimistis mayoritas pelaku BPR dapat beradaptasi dengan kebijakan ini.

Baca juga: Ini Dia BPR-BPR dengan Rating Kinerja “Sangat Bagus” Tahun 2025 Versi Infobank

Tedy menegaskan pentingnya membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap BPR, terutama mengingat pengalaman krisis 1998 yang sempat menggerus trust publik terhadap perbankan.

“Dan satu-satunya cara untuk membangun trust adalah dengan penerapan tata kelola yang baik, atau kita sebut sebagai good corporate governance (GCG). As an entity BPR, dan as personal kita sebagai pelaku industri,” jelasnya.

Tantangan berikutnya yakni jejaring atau networking. Tedy mengingatkan para pemain di BPR agar senantiasa bekerja sama dengan pelaku lainnya. Ia menegaskan, ini merupakan era kolaborasi, di mana pelaku industri tidak bisa bergerak sendiri.

Teknologi dan Pergeseran Nasabah

Terakhir, ada tantangan berupa implementasi teknologi. Di tengah derasnya perkembangan teknologi, Tedy mengajak BPR-BPR untuk selalu up to date dengan keberadaan mereka. Apalagi, mulai ada pergeseran target nasabah pelaku industri, dari generasi tua ke generasi muda.

Baca juga: Boediono: Buku Terbaru Sigit Pramono Bisa Jadi Rujukan Perbankan Bertransformasi

Sebagai penutup, Tedy mengingatkan muruah BPR sebagai “pelayan” pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Karena, mereka adalah penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) dalam negeri, yakni sebesar 65 persen.

No matter what will happen to this global economy, insyaallah kami akan tetap commit untuk kembali ke fitrah untuk melayani masyarakat micro, small, and enterprise,” pungkasnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Yulian Saputra

Recent Posts

Hadapi Disrupsi Global, Dua Isu Ini Menjadi Sorotan dalam IFAC Connect Asia Pacific 2025

Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More

32 mins ago

BAKN DPR Minta Aturan Larangan KUR bagi ASN Ditinjau Ulang, Ini Alasannya

Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More

1 hour ago

IHSG Sesi I Ditutup Menguat ke 8.655 dan Cetak ATH Baru, Ini Pendorongnya

Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More

2 hours ago

Konsumsi Produk Halal 2026 Diproyeksi Tumbuh 5,88 Persen Jadi USD259,8 Miliar

Poin Penting Konsumsi rumah tangga menguat jelang akhir 2025, didorong kenaikan penjualan ritel dan IKK… Read More

3 hours ago

Menteri Ara Siapkan Ratusan Rumah RISHA untuk Korban Banjir Bandang Sumatra, Ini Detailnya

Poin Penting Kementerian PKP tengah memetakan kebutuhan hunian bagi korban banjir bandang di Sumatra melalui… Read More

4 hours ago

Livin’ Fest 2025 Resmi Hadir di Bali, Bank Mandiri Dorong UMKM dan Industri Kreatif

Poin Penting Livin’ Fest 2025 resmi digelar di Denpasar pada 4-7 Desember 2025, menghadirkan 115… Read More

4 hours ago